Kita bisa melihat Amerika pada perang Ukraina - Russia dimana Amerika menggunakan satelit dan media lainnya untuk mengumpulkan data dan informasi pergerakan pasukan Rusia sehingga dapat terlibat tanpa menerjunkan pasukan dan peralatan perangnya.
Singkatnya dengan memanipulasi informasi, satu pihak bisa membuat pihak lawan melakukan gerakan seperti yang diinginkan pihak yang memanipulasi informasi tersebut.
Dengan adanya battlespace ini, kini pihak militer tidak selamanya perlu untuk menerjunkan ribuan personnelnya untuk memenangkan pertempuran ataupun peperangan, cukup hanya berada di pangkalan militer mereka dengan segala peralatan dan fasilitas pendukungnya.
Bila kita menerapkan pada kehidupan nyata atau yang bisa disamakan dengan keadaan damai pada sisi militer maka battlespace dari peperangan informasi yang sedang kita hadapi juga adalah sama, hanya saja kita sebagai masyarakat berada diantara dua pihak yang terlibat pada peperangan informasi yang sebenarnya.
Kita pastinya sudah mengetahui siapa yang tengah terlibat pada peperangan informasi ini, namun yang perlu kita sadari adalah bahwa serangan serangan yang dilakukan oleh kedua pihak akan mempengaruhi aksi dan reaksi dari masyarakat yang berada di antara mereka, dan itu akan memberikan hasil berupa kemenangan dari satu pihak.
Untuk menjawab pihak mana kita berpihak  bisa terlihat dari aksi dan reaksi kita sendiri serta adakalanya dari salah satu pihak yang terlibat peperangan berupa denial.
Apa yang memicu dari peperangan informasi ini? Jawabannya sama dengan peperangan konvensional dimana bisa disebabkan oleh keadaan dimana pembicaraan tidak lagi mampu memecahkan konflik atau permasalahan sosial, hukum dan politik baik yang sudah berlalu, tengah berlaku dan akan berlaku terutama mendekati suatu perhelatan yang diinstrusikan oleh konstitusi misalnya.
Bila ada satu pihak yang memang menjadikan kepentingan masyarakat sebagai kepentingan utama maka kemenangan peperangan dari mereka adalah berupa dukungan namun ketika pihak satunya yang justru berhasil mendapat dukungan dari masyarakat maka akan menjadi hal yang tidak dapat dilihat sebagai masalah yang sederhana.
Untuk memenangkan pertempuran informasi ini dibutuhkan lebih dari seperangkat sistem dan perlengkapan canggih saja serta memerlukan lebih dari hanya persatuan dan kesatuan tetapi juga kordinasi , kita bisa melihat ini pada Amerika ketika mengjhadapi serangan 9/11.
Bila satu pihak memang sudah memiliki apa yang dibutuhkan seperti institusi inteligen, cyber security, pengelolaan informasi, militer dan lainnya, dimana kordinasi mereka berpusat, wewenang siapa yang harus meredam gejolak akibat dari serangan berupa information manipulation ?
Denial mungkin benteng pertahanan satu pihak tetapi juga dapat menjadi klaim kemenangan pihak lain bila mereka yakin akan output dari serangan yang dilakukan telah tercapai.