Mohon tunggu...
Widiyatmoko
Widiyatmoko Mohon Tunggu... Wiraswasta - Aviation Enthusiast | Aerophile | Responsible Traveler

Penggemar pesawat berbagai jenis dan pengoperasiannya serta perkembangannya melalui membaca. Airport of Birth : HLP Current Airport : DPS

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Makna Superpower bagi Sebuah Negara

3 September 2022   01:01 Diperbarui: 3 September 2022   07:55 908
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Kekuatan Militer (foto: pixabay.com)

Status sebagai negara superpower umumnya identik dengan kekuatan militernya karena dilihat sebagai kekuatan yang ampuh selain untuk melakukan tekanan serta serangan ke negara lain juga dalam konteks mempertahankan sebuah negara dari segala ancaman.

Anggapan ini sangat masuk akal bila kita kembali ke jaman Perang Dunia 1 dan 2 atau setelahnya itu dimana beberapa negara sering menggunakan kekuatan militernya, walau beberapa hanya sebatas gertakan atau dengan  pengadaan latihan militer.

Akan tetapi kekuatan militer sebenarnya terbangun dari kemampuan lain dan lebih utama dari sebuah negara yaitu ekonomi, karena peralatan dan perlengkapan militer tidak dibangun dalam semalam, diperlukan proses proses mulai dari riset, pendesainan, tes dan produksi dimana semuanya memerlukan dana yang tidak sedikit dan dapat memakan waktu yang lama.

Biaya yang harus dikeluarkan negara pun tidak berhenti pada keberadaan peralatan dan perlengakapan militer tersebut tapi juga berlanjut hingga pemeliharaan, upgrade, pelatihan SDM dan lainnya.

Sehingga kekuatan militer merupakan refleksi dari kekuatan ekonomi sebuah negara, semakin kuat kekuatan militer semakin kuat perekonomian negaranya.

Hal kontras dari pernyataan diatas dapat kita lihat pada perang Russia dengan Ukraina yang dapat diilustrasikan sebagai perang antara negara Superpower dengan negara yang dapat dikatakan sebagai negara yang tidak besar.

Banyak pengamat dan termasuk penulis memprediksi Rusia dapat mudah dan cepat menyudahi perang, akan tetapi pada kenyataannya tidaklah demikian.

Selain dari faktor semangat juang dan campur tangan negara "superpower" lainnya dan aliansinya juga ada faktor ketidakmampuan Rusia pada pelatihan personnel nya sehingga kecakapan mereka pada medan pertempuran tidak maksimal.

Seberapapun canggihnya dan sebanyak apapun alutsista jika tidak mempersiapkan personnel nya dalam menggunakannya maka apa yang terjadi bisa kita lihat di sisi Rusia.

Pelatihan sangat diperlukan untuk meningkatkan kemampuan dan kapabilitas personnel nya karena latihan militer dapat dikatakan sebagai simulasi dari keadaan peperangan sesungguhnya.

Banyak pengamat yang memprediksi diawal perang Rusia akan menggunakan pesawat pesawat tempurnya menghancurkan instalasi utama militer Ukraina seperti SAM (Surface-to-Air Missle) dan pertahanan darat Ukraina namun tidak terjadi dan mengakibatkan pergerakan pasukan darat Rusia tidak mendapat dukungan udara (air support).


Beberapa pengamat pun kemudian melakukan analisis nya yang kebanyakan menghasilkan pengamatan yang sama yaitu Rusia kekurangan persenjataan terutama rudal rudal serta merujuk pada kurangnya jam latihan para personnel nya terutama pilot pilotnya.


Bahkan diberitakan pada sebuah website berita bahwa Rusia terpaksa memperkerjakan kembali pilot pilot mereka yang sudah pensiun, dilain hal Rusia juga memerlukan dana untuk memperbaikki persenjataan dan perlengkapan militer mereka yang rusak yang dalam hal ini menggambarkan dua hal yaitu kuragnya jumlah peralatan dan perlengkapan militer serta kurangnya dana yang dialokasikan untuk pengadaan dan pemeliharaan alutsista.


Kekuatan militer vs Ekonomi Rusia ?
Anggaran militer Rusia menurut data International Institute for Straregic Study adalah sebesar USD 62.8 milyar pada tahun 2021 yang menempati urutan kelima setelah Inggris dengan USD 71.6 milyar.


Anggaran pertahanan sebuah negara memang tidak mempresentasikan pembelanjaan alusista baru saja tetapi juga mencakup biaya operasional, gaji personnel, pemeliharaan dan pelatihan dimana besarnya porsi tergantung pada negara masing masing.


Pertanyaan kemudian adalah mengapa negara negara barat melihat Rusia sebagai ancaman layaknya negara superpower dengan kekuatan militernya sedangkan anggaran pertahanannya masih lebih kecil dari Inggris yang luasnya lebih kecil dari Rusia ? bagaimana alokasi dana dari anggaran pertahanan Rusia ?


Jawabannya adalah kekuatan sumber alam yang dimiliki Rusia yaitu minyak dan LNG dimana beberapa negara di Eropa khususnya Jerman menggantungkan pasokan LNG dari Rusia.


Kekuatan ini kini dijadikan oleh Rusia sebagai kekuatan untuk menekan negara negara lain melalui penghentian pasokan serta kenaikkan harga gas alam dan lainnya, bukan lagi dengan kekuatan militer.


Kekuatan ekonomi dalam bentuk gas alam inilah yang dijadikan sebagai senjata politik Rusia dikala kekuatan militer mereka tidak lagi mampu melakukan fungsinya dengan maksimum.


Sedangkan untuk alokasi dana anggaran pertahanan Russia dapat terlihat dengan kurangnya persenjataan Rusia yang menandakan pula alokasi dana untuk pembelanjaan alusista tidak tergambar pada perang Rusia dengan Ukraina serta alokasi pada pelatihan personnelnya, entah kemana larinya dana anggaran tersebut.


Disini dapat disimpulkan bahwa kekuatan militer sebuah negara tidak saja tergantung pada besarnya anggaran pertahanannya saja namun juga pada pengalokasian dana anggaran tersebut berdasarkan kebutuhan dimana kebutuhan militer tidak saja mencakup segala hal yang rutin seperti gaji dan biaya operasional lainnya tapi juga upgrade kemampuan personnelnya dan alutsista nya serta pengadaan alutsista dalam menghadapi segala tantangan dan ancaman yang terus berkembang.


Kekuatan militer sangat bergantung pada kekuatan ekonomi sebuah negara, sehingga walaupun kecil jumlahnya namun tinggal bagaimana memaksimumkan anggaran yang ditetapkan melaui pengalokasian dana yang efektif dan tepat.


Akan tetapi Anggaran tak dapat dirumuskan tanpa perencanaan baik jangka pendek maupun jangka panjang, karena membangun kekuatan militer dapat dikatakan proses jangka panjang dan terus menerus (ongoing) seiring dengan perkembangan situasi yang dihadapi saat ini dan prediksi dimasa mendatang.


Contohnya dari perencanaan tersebut adalah rencana militer kita, TNi yang terangkum dalam Minimum Essential Force atau Kekuatan Pokok Minimum serta pada milter Amerika yang kini memfokuskan pada pelatihan dan riset serta kekuatan di aerospace mereka dengan berdirinya matra baru alam struktur militer mereka selain Angkatan Udara, Darat, Laut dan Marinir yaitu US Space Force yang didirikan pada tahun 2019 yang lalu.


Perencanaan tersebut berdasarkan kemampuan negara seperti pada MEF Indonesia dan juga melihat kebutuhan dari pihak militer dalam menghadapi tantangan dan ancaman dimasa mendatang seperti pada US Space Force (teknologi)


Kekuatan ekonomi adalah indikator utama dari negara superpower karena merupakan akar dari pertumbuhan pada segala bidang di sebuah negara sehingga semakin kuat perekonomian sebuah negara semakin kuat pula senjata politik sebuah negara dan itu lebih ampuh dari senjata militer.

Apa yang Rusia miliki sebagai negara superpower adalah sumber daya alamnya yang dapat menjadikan ekonomi Rusia sebagai senjata yang ampuh untuk menekan negara negara yang bergantung pada Rusia.

Sehingga superpower tidak lah selamanya terletak pada kekuatan militer saja tetapi bisa terletak pada eknomi, teknologi dan politik.

Rusia mungkin sudah tidak lagi sebagai negara superpower pada sisi militer namun tetap sebagai negara superpower di sumber daya alamnya yang masih dapat menekan negara negara lain.

Peperangan bisa memakan korban baik sipil maupun militer namun sanksi ekonomi seperti embargo perdagangan akan berdampak lebih luas dan bisa berlangsung lebih lama untuk bisa pulih.

Dengan melihat Rusia ini pula maka sebenarnya Indonesia yang memiliki kekayaan sumber daya alam bisa menjadi negara superpower walau dengan sistem bebas aktif nya, akan tetapi kita masih belum kuat dalam pengelolaannya sehingga kita masih bisa ditekan oleh negara negara lain, contohnya seperti embargo militer beberapa puluh tahun yang lalu serta perjanjian dan kesepakatan lainnya.

Referensi : Satu Dua Tiga Empat Lima Enam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun