Mohon tunggu...
Michael Hadylaya
Michael Hadylaya Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Tersesat Itu Baik

9 Mei 2012   04:48 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:31 366
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam suatu kesempatan untuk berkelana, saya menemukan banyak hal yang menarik. Dari pengalaman yang terduga sampai yang tidak terduga. Bagi sebagian orang tersesat mungkin sudah biasa, namun seumur-umur baru kali ini saya tersesat, terlebih lagi di negeri orang.

Pengalaman ini terjadi tatkala saya mengikuti kegiatan yang diselenggarakan oleh salah satu organisasi kepemudaan. Saat itu saya kebagian untuk mengajarkan bahasa inggris kepada anak-anak di Rusia. Jangan membayangkan Rusia yang glamour seperti yang ada di televisi. Rusia yang saya datangi adalah pelosok terpencil. Alih-alih menuju Moskow, saya terdampar di Krasnoyarsk, sebuah kota di daerah Siberia.

Ya, Siberia, bagi kita yang membaca sejarah, pastilah tahu bahwa daerah ini merupakan daerah tempat pembuangan orang-orang bermasalah. Bukan karena tanpa sebab Siberia dipilih, kondisi alam yang tidak bersahabat, terlebih lagi kondisi cuaca yang sangat ekstrem dinginnya. Di Krasnoyarsk ini, bahkan berada di dalam kulkas lebih hangat daripada berada di luar ruangan.

Krasnoyarsk inilah yang menjadi tempat bertugas saya. Tantangan pertama yang segera saya hadapi adalah bahasa. Mungkin akan mudah jika seluruh penduduk kota itu dapat berbahasa Inggris, namun ternyata tidak. Bahasa Rusia merupakan tantangan tersendiri, tidak hanya pengucapan yang sulit tetapi juga hurup cyrilic nya membuat mata saya “berkunang-kunang”. Memang ada beberapa padanan bahasa Rusia yang mirip dengan bahasa Indonesia seperti “dwa” dengan dua, namun selebihnya berbeda jauh.

Singkat cerita, saya menjalankan aktifitas sehari-hari, naik bus dari halte terdekat dan berhenti di sekolah tempat saya mengajar. Akan tetapi pada hari itu berbeda. Saya tidak tahu apa gerangan saya salah menaiki bus.  Kenapa? Perkara sepele, saya salah membaca huruf cyrilic yang menyebutkan tujuan bus itu.

Makin lama, makin jauh dari tempat-tempat yang saya familiar melihat pemandangan kota Krasnoyarsk. Semakin lama semakin jauh saya dari pusat kota dan tiba-tiba saja saya sudah ada di atas perbukitan di pinggiran kota Krasnoyarsk. Prihatin, meminjam istilah SBY, dengan diri saya sang kondektur dan supir bus pun bertanya pada saya.

Namun dengan bahasa Rusia yang patah-patah saya hanya bisa menjawab “Ya nyet punimayuh” (saya tidak mengerti). Saya sendiri pun tidak tahu entah bahasa Rusia yang saya ucapkan itu benar atau salah secara grammer, yang pasti mereka mengerti bahwa saya tidak mengerti bahasa Rusia. Terus terang saja, Bahasa Rusia yang saya tahu cuma “riba i kartoshka” (ikan dan kentang), ya itu menu favorit saya di Krasnoyarsk sana.

Kembali pada kondektur dan supir bus, mereka mencoba mencari tahu kemana sebenarnya tujuan saya. Mereka berkata, “Gdyeh?” yang artinya dimana saya tinggal? Beruntung saja, sebagai turis yang baik, saya mengambil foto sebanyak-banyaknya landmark di Krasnoyarsk. Saya menunjukkan patung Eropa, tokoh mitos Yunani yang diculik oleh Zeus karena kecantikannya dan kini dijadikan nama benua itu.

Syukur, ternyata mereka segera tahu dimana patung itu berada. Mereka menyuruh saya menunggu di bus, dengan bahasa isyarat tentunya. Dalam kondisi kekurangan mereka, ternyata mereka masih sempat-sempatnya iba kepada saya dan menawarkan roti makan malam mereka yang jumlahnya tidak terlalu banyak itu. Saya terhenyak, bahkan dalam kekurangan pun mereka masih mau berbagi kepada orang asing seperti saya.

Saya akhirnya pulang dengan selamat, namun pengalaman ini tidak pernah saya lupakan. Di Krasnoyarsk yang cuacanya sangat dingin itu, ternyata masih ada orang-orang yang berhati hangat. Pertanyaan saya cuma satu ketika itu, ketika saya tiba di Indonesia, negeri saya sendiri, yang hangat itu, akankah saya mendapati orang-orang yang berhati hangat pula?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun