Penulis seringkali dianggap profesi yang dianggap tidak bisa hidup sejahtera. Namun, ternyata ada yang berbeda dengan profesi penulis naskah film. Sebuah insight menarik yang didapatkan dari talkshow di Ideafest yang berlangsung pada akhir September 2024 di JCC Senayan.
Talkshow bersama Yulia Evina Bhara (Ebe), Irfan Ramli, dan Nauval Yazid membahas penulisan naskah film. Ternyata pada masa kini prosesnya dibuat personalisasi dan disesuaikan dengan keinginan tokoh, bukan apa yang ingin dilakukan.Â
Proses pengembangan naskah bisa produser, director, dan script writer. Sehingga lahirnya sebuah cerita untuk produksi film. Sebuah ide bisa direspon oleh sepuluh orang, kemudian berkembang dan diinternalisasi.Â
Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini (NKCTHI) salah satu film yang naskah dikembangan. Tidak hanya sekadar mengikuti rangkaian kutipan cerita dari buku, tetapi dibuat menjadi sebuah roadmap panjangan dengan turunan. Intelektual property menjadi model bisnis dari pengembangan NKCTHI, selain dari film itu sendiri.
Adanya Intelektual property menjadikan seorang penulis naskah film, bisa hidup dengan sejahtera. Tidak hanya film panjang, tetapi bisa dibuat sequel, dan film series.
Bahkan pada masa pandemi NKCTHI memperkenalkan film Story of Kale. Sehingga dapat menyelematkan keuangan perusahaan pada masa pandemi. Hal ini berkat pengembangan oleh tim marketing dan bisnis. Saat ini NKCTHI sudah memiliki tiga film dan sepuluh produk.
Selera penonton film Indonesia berubah. Jika saat ini menemukan diri di dalam film, ada tokoh dan cerita yang related. Bukan hanya sebatas melihat pengalaman orang lain, ketika menonton sebuah film.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H