Air salah satu kebutuhan manusia, setiap harinya kita mengonsumsi air untuk berbagai kebutuhan. Dari mandi, mencuci, dan minum. Air tak akan lepas dari keseharian kita. Namun semakin besarnya kebutuhan manusia akan air, ternyata tidak sejalan dengan ketersediaan sumber air. Tentunya air yang kita gunakan bersumber dari berbagai sumber, bias jadi air tanah atau perusahaan pengolahan air.
Khususnya di Jakarta ada dua perusahaan pengelolaan air, Aetra dan Palyja. Â Sejak tahun 1997 PAM Jaya bekerjasama dengan Suez Environment (wilayah pelayanan barat Jakarta) dan Thames Water ( wilayah pelayanan timur Jakarta) dengan batas wilayah pelayanan Sungai Ciliwung. Masa kerjasama pengelolaan air selam 25 tahun. Suez Environment dan Astratel Nusantara bersama-sama memiliki perusahaan bernama PT PAM Lyonnaise Jaya (Palyja). Â Sehingga Palyja melayani pengelolaan air di wilayah barat Jakarta.
Tentunya untuk mengolah air bersih, diperlukan air baku (raw water) untuk diolah. Sumber Air Baku Palyja 94,3 % berasal dari luar kota dan 5,7% dari sungai di Jakarta. Untuk sumber pengolahan air baku dari air sungai Jakarta, berasal dari Kali Krukut (4%) dan Sungai Cengkareng Drain (1,7%). Namun, ada hal menjadi menarik  dan unik dari pengolahan air dari Sungai Cengkareng Drain.
Air sungai dari Cengkareng Drain diolah di Instalasi Pengolahan Air (IPA) Taman Kota. IPA Taman Kota sudah beroperasi sejak tahun 1982. Namun karena kandungan ammonia yang tinggi pada air baku dari Sungai Cengkareng Drain, akhirnya pada tahun 2007 IPA Taman Kota berhenti beroperasi.
Palyja bekerjasama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) menemukan teknologi biofiltrasi. Dengan adanya teknologi biofiltrasi pada tahun 2012, IPA Taman Kota kembali beroperasi. Teknologi biofiltrasi adalah teknologi yang memanfaatkan bakteri untuk mengurangi kadar amonia dalam air. Dengan beroperasinya kembali IPA Taman Kota, Palyja menambah pengolahan air baku yang per detik menghasilkan 150 liter per detik.
Blogger Kompasiana berkesempatan untuk berkunjung ke IPA Taman Kota . Kami berkeliling dan melihat proses pengolahan air di IPA Taman Kota. Dengan hasil pengolahan air baku 150 liter per detik, memang terbilang kecil jika dibandingkan dengan IPA lain yang dimiliki oleh Palyja. Namun teknologi biofiltrasi menjadi ciri khas dan hal yang unik dalam pengolahan air. Diawali dari proses sumber air baku IPA Taman Kota, berjarak sekita 1,5 km di Intake Sungai Cengkareng Drain. Di sinilah air dari sungai dibersihkan dari kotoran besar dan dibawa ke IPA Taman Kota lewat pipa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H