Misteri Hipotermia: Bagaimana Pendaki Gunung Bisa Menghadapinya?
Pendakian gunung selalu menawarkan pengalaman tak terlupakan, namun ada bahaya yang mengintai di ketinggian, salah satunya adalah hipotermia.Â
Kisah yang baru-baru ini viral di Instagram Mountnesia menyoroti seorang pendaki bernama Gigih Sulistyowati yang terpaksa dievakuasi karena mengalami hipotermia saat mendaki Gunung Lemongan di Lumajang, Jawa Timur. Kejadian ini terjadi pada 22 Juni 2024 dan menjadi pengingat betapa pentingnya persiapan dan kewaspadaan saat mendaki gunung.
 Apa Itu Hipotermia?
Hipotermia adalah kondisi ketika suhu tubuh turun drastis hingga di bawah 35C, menyebabkan jantung dan organ vital lainnya gagal berfungsi. Jika tidak segera ditangani, hipotermia dapat berakibat fatal, termasuk henti jantung dan kematian. Suhu tubuh normal manusia berkisar antara 36,5--37,3C. Penurunan suhu tubuh umumnya terjadi ketika tubuh terpapar suhu udara atau air dingin yang ekstrem tanpa perlindungan yang memadai.
 Penyebab dan Risiko Hipotermia
Hipotermia terjadi ketika panas tubuh yang hilang lebih banyak daripada yang dihasilkan. Beberapa kondisi yang dapat menyebabkan hipotermia antara lain:
- Berada di tempat dingin dalam waktu yang lama
- Mengenakan pakaian yang tidak cukup tebal saat cuaca dingin
- Terlalu lama mengenakan pakaian basah
- Berada di dalam air terlalu lama
Selain itu, beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko hipotermia meliputi bayi, balita, lansia, kelelahan, gangguan mental, konsumsi alkohol, penyalahgunaan NAPZA, dan kondisi medis tertentu seperti hipotiroidisme dan diabetes.
Gejala Hipotermia
Gejala hipotermia bervariasi dari ringan hingga berat. Pada tahap awal (32-35C), gejala termasuk kulit pucat, menggigil, dan napas cepat. Pada tahap sedang (28-32C), penderita mungkin mengalami inkontinensia urine, napas melambat, dan penurunan kesadaran. Pada tahap berat (di bawah 28C), penderita bisa mengalami kaku otot, denyut jantung sangat lemah, hingga pingsan.
 Penanganan Awal dan Pencegahan
Jika Anda menemui seseorang dengan gejala hipotermia, segera periksa denyut nadi dan pernapasannya. Jika sudah berhenti, lakukan resusitasi jantung paru (CPR) dan cari bantuan medis. Jika masih ada denyut nadi dan pernapasan, lakukan tindakan berikut:
- Pindahkan ke tempat yang lebih hangat dan kering.
- Ganti pakaian basah dengan yang kering.
- Tutupi tubuh dengan selimut atau mantel tebal.
- Berikan minuman hangat dan manis jika penderita sadar.
- Kompres hangat dan kering di leher, dada, dan selangkangan.
Untuk mencegah hipotermia, selalu pastikan tubuh tetap kering, mengenakan pakaian yang sesuai cuaca, dan menghindari aktivitas fisik yang berat saat suhu sangat dingin.
 Pentingnya Kesadaran Akan Hipotermia
Kisah Gigih Sulistyowati adalah pengingat penting bagi semua pendaki gunung untuk selalu mempersiapkan diri dengan baik dan memahami bahaya hipotermia. Dengan pengetahuan dan tindakan pencegahan yang tepat, risiko hipotermia dapat diminimalisir, sehingga pengalaman mendaki tetap aman dan menyenangkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H