2. Distribusi yang Tidak Merata: Banyak pihak mengkhawatirkan keterlambatan distribusi, terutama di daerah terpencil.
3. Sustainabilitas Program: Akankah program ini terus berjalan atau hanya akan berhenti setelah beberapa bulan karena anggaran terbatas?
Tanggapan Publik
Di media sosial, respons terhadap program ini beragam. Ada yang menyambut baik langkah ini sebagai terobosan untuk menyelamatkan generasi masa depan. Namun, ada pula yang skeptis, menyebutnya sebagai proyek politis menjelang tahun pemilu.
Salah satu penerima manfaat, Krisna, mengungkapkan pengalaman uniknya. "Saya senang dapat makanan gratis, tapi ayamnya keras, jadi susah dimakan," ujarnya sambil tertawa. Kisah ini viral dan menjadi bahan perdebatan warganet.
Benarkah Program Ini Akan Berhasil?
Pemerintah mengklaim program ini telah dirancang matang dengan melibatkan pakar gizi dan organisasi masyarakat. Namun, untuk memastikan keberhasilan, program ini harus didukung oleh pengawasan yang ketat, keterlibatan masyarakat, dan transparansi anggaran.
Apakah ini benar-benar langkah awal untuk memberantas gizi buruk, atau hanya janji manis tanpa hasil? Waktu yang akan membuktikan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H