6. Warna pada Kayu Kaukah tidak akan pernah luntur. Semakin tua umurnya, Kayu Kaukah akan berwarna lebih gelap, coklat tua hingga hitam legam.
7. Apabila di olesi minyak alami atau non alkohol, Kayu Kaukah akan menyerap minyak tersebut dan menimbulkan kesan warna lebih gelap pada Kayu Kaukah. Namun, warna ini hanya sementara, warna Kayu Kaukah akan berubah kembali seperti semula.
8. Kayu Kaukah yang di olesi minyak non alkohol, akan memperjelas retakan dari Kayu Kaukah yang tidak terlihat sebelumnya. Namun jangan khawatir, karena ini ciri khas dari Kayu Kaukah.
Kayu Kaukah adalah Bahtera Nabi Nuh?
Banyak masyarakat luas dan pemakai aksesoris Kayu Kaukah saat ini meyakini bahwa Kayu Kaukah telah ada sejak jaman nabi, bahkan telah digunakan oleh Nabi Nuh AS dalam pembuatan bahteranya. Namun, apakah itu benar?Â
Seorang ahli etnologi dari Malaysia, Dr Abdul Manan Embong, melakukan serangkaian penelitian selama satu tahun yang bekerjasama dengan pakar Geomologi dan Mineral Universiti Sains Malaysia (USM) Dr Hisham Hashim; pakar Botani Mesir, Prof Dr Mohammad Shakran Shuhatah; pakar Geologi Turki, Prof Ali Akbar Zurillah dan Penceramah sekaligus Penulis, Ahmad Shukri Ghazali Siraj.
Dalam penelitian yang dilakukan pada negara-negara yang dianggap sebagai asal muasal pohon Kayu Kaukah seperti di Mesir, Jordan, Turki dan Iran, beliau dan para ahli lainnya tidak menemukan spesies tanaman yang menggunakan nama Kaukah atau Kokka di dunia. Hanya ada beberapa nama yang mirip dengan Kaukah atau Kokka.
Seperti tanaman di Jepang yang memiliki nama yang hampir mirip dengan Kaukah atau Kokka, yaitu "Kokua" yang merupakan tanaman berbatang kecil dan menjalar yang digunakan untuk upacara keagamaan agama Shinto di Jepang, Dan di Turki, ada sejenis tumbuhan palem yang lazim di kenal sebagai "Kuka" oleh masyarakat Turki yang merupakan Palem Coco De Mer atau Melanococca untuk menghasilkan minyak.Â
Abdul Manan berkata, Kayu Kaukah berasal dari spesies pohon palem bernama latin Attalea funifera yang dimanfaatkan buah dan tempurungnya untuk membuat tasbih, gelang, dan cincin. Dan hanya digunakan sebagai perniagaan serta tidak ada bukti konkrit yang menyatakan bahwa Kayu Kaukah mempunyai khasiat atau keistimewaan tertentu.
Beliau pun menegaskan, tidak mungkin Kayu Kaukah digunakan dalam membuat bahtera Nabi Nuh AS, lantaran Kayu Kaukah tidak mampu bertahan dalam air (tenggelam). Material sebenarnya dalam pembuatan bahtera Nabi Nuh AS adalah kayu yang berasal dari Pine Cypress yang diperoleh dari pegunungan Ararat, Turki. Penemuan ini berdasarkan pada penelitian terhadap fosil bongkahan kayu lama berusia kira-kira 3,500 tahun milik seorang Arab Kurdis yang mengaku dirinya keturunan ke-1750 Nabi Nuh .
Menurut Abdul Manan, hasil penelitian ini juga sama seperti yang dilakukan oleh Ronald Eldon Wyat pada tahun 1954, yang menyatakan pohon "Pine Cypress" tumbuh di pergunungan Chaldea hingga pegunungan tengah Armenia di perbatasan Rusia dan ke pergunungan Ararat, tempat bahtera Nabi Nuh AS dikatakan berlabuh.