Namun saat nasibnya berubah seratus delapan puluh derajat. Semua mata memandang, menghormati, memuji-muji bahkan berusaha dekat dengannya karena ada money, kekuasaan dan jabatan.Â
Drama ini sekedar hiburan untuk menyalurkan mimpi yang tidak dan belum tercapai atau merupakan usaha menciptakan karakter buruk pada seseorang. Khususnya perempuan, menjadi materialistis. Walau pria juga memiliki potensi sama.Â
No money, no honey. Ijinkan saya mengartikan secara vulgar. Tidak ada uang maka tidak ada perempuan. Begitu menyakitkan namun bukankah lebih menyakitkan jika seorang pria memiliki uang tetapi tidak memiliki perempuan atau kekasih. Untuk apa semua uang itu ?
Bagi pasangan yang sudah menikah, tidak sedikit pria memasrahkan seluruh pendapatan ke istri untuk dikelola guna memenuhi kebutuhan keluarga. Maka tidak jarang konflik rumah tangga muncul berawal dari masalah ekonomi. Bilamana kebutuhan uang atau money tidak tercukupi.
Tidak sepenuhnya salah jika pria dan perempuan sebelum melakukan ikatan resmi sebagai suami istri. Mereka mencoba mengenal satu sama lain , mengetahui bibit, Â bobot dan bebet dengan cara berpacaran.Â
Salah satu cara dengan mengintip seberapa tebal isi dompet kekasih atau pasangan. Lewat makan bersama di tempat makan mahal atau murah. Membeli barang-barang bermerek atau yang biasa-biasa saja.
Jika ternyata kekasih tidak seperti di film drama Korea dan Tiongkok. Maka tinggalkan No money, no honey. Namun jika ingin berjuang bersama demi kebahagiaan bersama demi cinta. Love bukan honey. Sepertinya patut dipertimbangkan kelanjutan cerita cintanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H