Mohon tunggu...
Ko In
Ko In Mohon Tunggu... Berikan senyum pada dunia krn tak sedikit yg berat beban hidupnya

Mendengar dan bersama cari solusi.

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Problem Solving atau Money Oriented?

21 September 2024   04:31 Diperbarui: 22 September 2024   13:22 605
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Money Oriented (Sumber gambar: Freepik)

Pendidikan tidak pernah mengajari siswa menjadi manusia yang memburu uang sebagai tujuan hidupnya atau money oriented. Namun tidak salah, jika sebagian lembaga pendidikan mengajarkan bagaimana cara memperoleh pekerjaan.

 

Tidak heran jika ini sebagai peluang untuk memperoleh keuntungan, pendapatan atau kekayaan lewat dunia pendidikan. Dengan mengesampingkan esensi makna dan tujuan dari pendidikan. Sebagian orang sampai hati melakukan manipulasi terhadap tujuan pendidikan. Entah dilakukan secara kelompok atau sendiri-sendiri. 

Salah satunya dengan mendirikan lembaga tinggi seperti sekolah tinggi, akademi, yang mengajarkan ilmu pengetahuan dan keterampilan tertentu. Agar peserta didiknya miliki kemampuan lebih dan siap berkompetisi di dunia kerja.

Istilah yang sedang trend saat ini sekolah vokasi. Sekolah pada jenjang tinggi yang menunjang penguasaan keahlian terapan tertentu.

(foto;svk UGM)
(foto;svk UGM)

Oleh karena itu jangan kaget pada periode tertentu, muncul sekolah tinggi yang booming. Pernah booming sekolah tinggi ilmu komputer, kemudian muncul sekolah pariwisata.

Saat jumlah peminat mulai jenuh atau turun. Muncul sekolah perawat, sejalan dengan munculnya rumah sakit baru di kota atau kabupaten. Bagi pemilik modal dan yang jeli melihat peluang, pendidikan dijadikan sarana untuk memperoleh uang. 

Pendidikan oleh sebagian pengurus yayasan pendidikan vokasi menjadi alat untuk mencari uang. Menimbun lebih banyak uang di kantong sekelompok orang dengan kedok mengembangkan sumberdaya manusia.

(foto:Mediaharapan.com)
(foto:Mediaharapan.com)

Apapun jenjang pendidikan dari sekolah menengah kejuruan, vokasi, strata satu dan dua. Tujuan pendidikan yang baik, salah satunya adalah sebagai bekal untuk mendapatkan pekerjaan, serta meningkatkan kualitas sumberdaya manusia. Tidak salah, karena untuk meningkatkan kesejahteraan.

Program-program didikan tersebut bertujuan agar peserta didik memiliki pengetahuan dan keterampilan praktis sesuai ilmu yang dipelajari. Sehingga dapat menerapkan di dunia kerja atau industri juga dapat mengatasi masalah yang dihadapi.

Mendirikan lembaga bimbingan belajar yang mengajarkan siswa trik dan tips agar dapat diterima di perguruan tinggi negeri favorit yang diinginkan. Bukan sesuatu yang salah.

Namun patut diingat pendidikan tidak hanya melulu mengajarkan bagaimana mengejar cita-cita. Pendidikan cukup hanya mengarahkan peserta didiknya supaya cepat memperoleh pekerjaan. Tetapi juga harus mampu bersaing, sekaligus menunjukkan kemampuan dalam mengambil keputusan di tengah persaingan keras kehidupan. Tanpa harus melupakan kepentingan orang lain dan dunia secara keseluruhan.

(grafis. Sindonews)
(grafis. Sindonews)

Masih ada yang lain agar tetap dipahami dan diingat oleh penyelenggara dan peserta pendidikan. Bahwa pendidikan dasarnya bukan money oriented. Bukan juga sebagai alat untuk mudah mendapatkan uang. Lewat jabatan atau pangkat usai lulus pendidikan.

Ki Hadjar Dewantara, pendiri perguruan Taman Siswa pada zamannya dan yang dianugerahi sebagai pahlawan. Telah mengingatkan terdapat tiga poin penting dasar terkait pendidikan.

Tujuan penting pendidikan adalah membentuk budi yang baik dan halus. Kedua, meningkatkan kecerdasan otak. Ketiga, mendapatkan kesehatan badan bagi peserta didik.

Guna mencapai hal tersebut Ki Hadjar Dewantara menegaskan adanya kesatuan yang jelas akan konsep pendidikan tersebut, lewat kata-kata yang cukup terkenal.

(foto:kompas.id)
(foto:kompas.id)

Ing Ngarsa Sung Tuladha. Ing Madya Mangun Karsa. Tut Wuri Handayani. Artinya kira-kira demikian, sebagai guru atau pendidik sudah seharusnya menjadi teladan, sekaligus mampu menciptakan ide kreatif dan memberikan motivasi serta arahan bagi peserta didiknya.

Demikian juga tokoh pendidikan dari Inggris, John Locke, tiga hal utama selaras dengan pendapat ang pendapat Ki Hadjar Dewantara. Pertama, pendidikan bertujuan untuk kemakmuran dan kesejahteraan manusia. Tujuan kedua, agar setiap individu berguna mencapai kecerdasan ilmu pengetahuan sesuai dengan kemampuannya.

Ketiga, pendidikan menawarkan karakter dasar bagi peserta didik untuk kebutuhannya agar menjadi pribadi dewasa serta bertanggung jawab pada diri atau lingkungannya.

Dengan kata lain, pendidikan menjadikan dan mengarahkan seseorang agar menjadi bermoral. Keempat, pendidikan menjadi sarana dan usaha memelihara serta membaharui sistem pemerintahan yang ada.

(ilustrasi:pariamantoday)
(ilustrasi:pariamantoday)

Tujuan pendidikan bukan money oriented. Bahkan kata-kata untuk memperoleh uang tidak satupun disebutkan oleh kedua tokoh tersebut. 

Kata kesejahteraan dan kemakmuran, memang disebut. Namun, bukan berarti pendidikan diterjemahkan ke money oriented. Orientasi pendidikan hanya semata-mata uang atau money. Ada hal lain yang perlu mendapatkan perhatian.

Salah satunya tentang moral. Tentang tanggung jawab, kematangan dan kedewasaan pribadi. Maka, patut mempertanyakan kedewasaan atau tanggung jawab moral ke mereka yang menyelenggarakan pendidikan, yang berorientasi pada uang atau money

(foto:shutterstock.com)
(foto:shutterstock.com)

Menghilangkan ajaran etika, moral dan etiket di sekolah tinggi, vokasi ataupun strata yang lebih tinggi. Adalah bencana kemanusiaan. Jangan heran jika menemui orang sukses yang congkak atau sombong. Orang kaya baru, yang tinggi hati. Lupa bahwa di atas awan masih ada langit.

Pendidikan itu mengajarkan problem solving, bagaimana melatih memecahkan masalah. Bukan melatih mencari uang. Tetapi melatih mencari pekerjaan, dapat ditemukan di Sekolah Menengah Kejujuran atau sekolah vokasi.

Pendidikan yang mengajak peserta didik terampil memecahkan setiap permasalahan. Akan menjadikan peserta didik lebih kreatif dan inovatif, serta potensi menjadi pembaharu pada zamannya. Lewat gagasan-gagasan cemerlang saat menghadapi kompleksitas masalah dalam kehidupan.

(grafis: pinterest)
(grafis: pinterest)

Uang, menjadi salah satu bagian tantangan kehidupan manusia. Bukan satu-satunya. Masih banyak yang harus dipikirkan dan diselesaikan. Termasuk relasi manusia dengan manusia, kelompok. Kelompok dengan kelompok dan individu atau manusia dengan alam.

Semua itu membutuhkan pendidikan bukan uang. Walau uang dapat menjadi perantara menyelesaikan masalah. Namun sayangnya tidak semua masalah tidak dapat diselesaikan dengan uang. 

Tapi pada kenyataannya, tidak sedikit mereka yang memakai baju coklat yang harusnya mengabdi ke rakyat dan negara. Di media sosial membuka citra keburukan dan kebobrokan mental mereka sendiri. Gara-gara money atau uang.

(foto:kupasmerdeka)
(foto:kupasmerdeka)

Pekerjaannya yang mulia dikotori dengan hal-hal berbau money oriented bukan melayani dan melindungi. Oleh karena itu patut mempertanyakan, pendidikan macam apa yang mereka terima jika sebagian anggotanya money oriented bukan problem solving.

Undang-undang jelas menyebutkan tugas mereka harus melayani dan melindungi masyarakat. Semoga, hal semacam ini tidak terjadi pada profesi pekerjaan lain. Hanya karena kesalahan kurikulum di pendidikan tinggi yang fokus ke uang dan uang Dengan meninggalkan ajaran adab serta moral.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun