Mohon tunggu...
Ko In
Ko In Mohon Tunggu... Wiraswasta - Berikan senyum pada dunia krn tak sedikit yg berat beban hidupnya

Mendengar dan bersama cari solusi.

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Buat Apa Teriak Gol Panjang?

25 Juli 2024   16:44 Diperbarui: 26 Juli 2024   08:00 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Dunia persepakbolaan Indonesia boleh dikata mengalami peningkatan kualitas permainan. Walau capaian prestasi belum sesuai dengan apa yang diharapkan oleh para petinggi pengurus sepakbola di negeri tercinta ini.


Namun sejalannya dengan waktu, peningkatan kualitas diharapkan tercapai prestasi bagi kesebelasan Indonesia. Baik di kawasan regional atau internasional. 

Ajang kompetisi sepakbola, pertandingan atau perebutan gelar dengan aneka judul Piala atau Champions, telah diikuti kesebelasan Indonesia. Tidak sedikit mengedepankan regenerasi pemain-pemainnya. Sengaja dikelompokkan dalam rentang usia tertentu. Apakah ini menandakan regenerasi berjalan sebagaimana yang diharapkan oleh pengurus dan petinggi olahraga di tanah air?

Melihat mereka berlaga dilapangan membawa nama Indonesia. Muncul semangat memiliki, rasa keberpihakan sehingga pada akhirnya memberi dukungan kepada kesebelasan Indonesia dengan cara masing-masing.

Beruntunglah mereka yang dapat memberi dukungan di lapangan secara langsung, melihat sekaligus merasakan aura kompetisi. Ditambah sorakan saat gol tercipta atau kekecewaan saat gol nyaris tercipta.

(Foto: rri.co.id)
(Foto: rri.co.id)

Belum lagi meneriakkan atau menyanyikan yel-yel kebanggaan sebagai bagian dari identitas tim atau kesebelasan Indonesia. Adrenalin seperti dipompa sehingga menciptakan sensasi tersendiri.

Bagaimana dengan sebagian orang, cuma mampu nonton atau melihat pertandingan kesebelasan Indonesia di rumah lewat televisi, saat melakukan pertandingan penting ? 

Sebagian warga kreatif menciptakan kebersamaan. Salah satunya dengan melihat pertandingan sepakbola secara bersama-bersama. Sebab kebersamaan dapat menumbuhkan keramaian sekaligus keakraban. Menjadikan seseorang lebih intim satu sama lain serta memunculkan ikatan perasaan, senasib dan seperjuangan.

(foto:antaranews.com)
(foto:antaranews.com)

Maka manakala siaran sepakbola dari televisi dipindahkan ke layar lebar, supaya warga satu RT (Rukun Tetangga) atau komunitas dapat nonton bareng atau bersama. Tidak jarang gelak tawa dan hal lucu muncul dengan sendirinya.

Namun, suasana itu tidak jarang dirusak oleh komentar host atau presenter, pembawa acara olahraga televisi yang menyiarkan secara langsung, olahraga sepakbola pada khususnya. 

Host tidak hanya memandu siaran supaya menarik, sembari menunggu pertandingan dimulai. Dengan menghadirkan beberapa praktisi, ahli atau pemerhati olahraga tertentu. Agar siaran berjalan sesuai koridor waktu yang telah ditentukan. 

Tetapi tidak sedikit host atau presenter menjadi nara sumber ketiga. Ikut menjadi ahli, pengamat yang tidak mumpuni tetapi malah mudah justifikasi, baik buruknya seorang pemain atau tim saat ada  di lapangan.

(foto:detik.com)
(foto:detik.com)

Bayangkan, sebelum atau saat pertandingan mulai. Presenter atau komentator melakukan analisa serta prediksi yang tidak akurat. Padahal tidak sedikit penonton itu hanya ingin menikmati ketegangan dan naiknya adrenalin saat proses gol tercipta atau tidak.

Itu dua alasan mengapa saya tidak pernah lagi nonton saluran atau chanel televisi, siaran olahraga dalam atau luar negeri. Khususnya dengan komentar dan presenter dari televisi lokal. Tadinya, cuma dua. Kini hampir semua saluran televisi yang menyiarkan acara olahraga tidak saya tonton. Lebih baik memilih berbagai chanel olahraga lewat YouTube. Tinggal pilih mana yang menjadi kebutuhan dan kesukaan.

Alasan ketiga, saya tak suka cara presenter dalam luapkan kesenangan, kegembiraan. Manakala kesebelasan dukungan kita menciptakan gol. Kemudian presenter meluapkan dengan kata gol panjang. Seolah-olah dia ikut gembira bersama kita namun dari bahasanya atau ungkapannya. Tidak ada ruh kesenangan atau kegembiraan sebagaimana kita alami. 

Termasuk saat kesebelasan Indonesia berhasil membuat gol ke gawang lawan. Ungkapan kegembiraan presenter tidak dapat mewakilinya kegembiraan dan kesenangan, para pendukung serta penonton sepakbola Indonesia. Walau kata golnya dipanjangkan atau diulang-ulangi.

(foto grafis: shutterstock.com)
(foto grafis: shutterstock.com)

Buat apa ucapkan atau teriakan kata gol dengan panjang, jika itu hanya mencontoh kebiasaan presenter televisi dari negara lain.  Tidak memberi nilai lokal negeri sendiri. Apakah ini menunjukkan kurang kreatifnya presenter ?

Belum lagi dengan omongan yang tidak ada habisnya, saat pertandingan berlangsung. Sehingga membuat kita sebagai penonton kesal dengan suaranya. Ingat kami itu nonton siaran olahraga sepakbola bukan siaran radio tentang olahraga sepakbola.

Dengan hal yang tidak disuka tersebut apakah memupus kesukaan saya untuk main sepakbola ? Walau tidak lewat pertandingan kompetisi tingkat kampung atau profesional di lapangan. Namun cukup nendang-nendang bola ke tembok dan memainkannya dengan kaki sendiri, di tempat yang sedikit lapang. Bolanya pun terkadang cukup memakai bola mainan yang terbuat dari plastik.

Menjaga mood untuk tetap berolahraga dapat dilakukan dengan berbagai cara supaya kesehatan terjaga tanpa harus dirusak oleh suara atau cara presenter atau host stasiun televisi dalam membawakan  acara olahraganya. Selamat berolahraga

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun