Pertanyaan sama muncul, mereka berolahraga untuk trend, supaya dilihat, pamer atau untuk kesehatan itu sendiri ? Sebab jalan-jalan lain di Yogya tidak seramai dilewati oleh masyarakat yang berolahraga. Contoh, Jl. Urip Sumoharjo atau orang Yogya lebih akrab menyebutnya Jl. Solo. Baru kemudian di Jl. Sudirman mulai terlihat cukup ramai dengan orang berolahraga karena tinggal beberapa meter sudah ada Tugu Yogya.
Tugu, salah satu ikon Yogya menarik bagi wisatawan dan palaku olahraga dadakan, untuk ber selfi lewat kamera handphone.Â
Fenomena apa ini ? Sekadar having fun atau pamer diri. Sebab tidak dipungkiri manusia itu butuh pengakuan eksistensi. Sebagaimana seorang perempuan, yang terbiasa diam-diam curi pandang ke laki-laki tapi setelah dilihat buang muka atau mata melihat ke arah lain.Â
Atau menginginkan pengakuan lewat media sosial lewat jumlah acungan jempol atau tanda hati berwarna merah di akun platform media sosial seperti Instagram, Facebook, Tik Tok dan yang lain.
Jangan cepat-cepat menghakimi mereka yang melakukan aktivitas olahraga malam hari. Atau yang setiap hari melakukannya di keramaian kota dengan tampilan menawan serta seksi. Serta memposting di akun media sosial dengan hal yang negatif.Â
Sebab tidak tertutup kemungkinan dengan aktivitas tersebut merupakan salah satu cara atau kanalisasi, guna membuang segala bentuk kepenatan menghadapi persoalan kehidupan. Sehingga mendapatkan kembali kestabilan emosi, ketenangan dalam memandang setiap persoalan. Apakah salah jika olahraga hanya untuk sarana rekreasi ?
Tengok pendapat para ahli di internet tentang apa fungsi olahraga. Maka tidak akan heran jika anda sekalian, sepertinya akan setuju dengan saya. Jika olahraga ternyata dapat juga untuk cuci mata.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H