Perempuan, mahluk yang selalu ingin tampil menarik, cantik serta menjadi pusat perhatian. Salah satunya lewat paras ayu dengan bermake-up. Perempuan di berbagai belahan dunia memiliki tradisi untuk selalu tampil cantik, setiap saat.
Jika perempuan zaman dulu berusaha tampil menarik dengan berbagai ramuan tradisional. Maka berbeda dengan kecenderungan perempuan saat ini.Â
Andai paras atau wajah tergolong biasa saja, tidak sedikit perempuan berperilaku ramah dan tebar pesona. Salah satunya lewat aroma wangi parfum kimiawi yang disemprotkan ke badan atau bajunya.
Perhatian atau pandangan mata dari lawan jenis, menimbulkan sensasi tersendiri bagi eksistensi perempuan. Demikian halnya aroma wangi perempuan bagi hidung laki-laki. Namun dibalik itu tidak sedikit orang yang kurang memahami dan menyadari bahwa produk pewangi. Ternyata ikut menyumbang terjadinya peningkatan efek rumah kaca.
Sejatinya efek rumah kaca bagi bumi, tidak selalu negatif. Salah satunya membuat suhu bumi hangat. Disebabkan oleh panas matahari yang terperangkap oleh berbagai gas, salah satunya karbon dioksida (CO2) di atmosfer bumi.Â
Namun akibat perilaku manusia yang kurang bijak, terhadap alam dan lingkungan dari tahun ketahun. Keseimbangan tidak lagi berjalan sebagaimana adanya.Â
Sinar matahari yang diterima bumi dan dipantulkan kembali ke atmosfer. Ternyata tidak sebagaimana yang dirasakan puluhan bahkan ratusan tahun lalu.Â
Sebab permukaan bumi semakin langka dengan tanaman seperti tumbuhan atau pohon. Termasuk berkurangnya paparan hutan di muka bumi dimana tumbuhan sebenarnya dapat mengurangi atau merubah panas matahari dengan berbagai gas atau zat yang bermanfaat bagi manusia dan lingkungan.
Kegiatan industri, transportasi dan ekploitasi alam secara berlebihan. Menjadikan jumlah CO2 di atmosfer bertambah. Belum lagi sebagian orang gemar mendapatkan sesuatu lewat cara-cara instan. Kurang menghargai proses sebab memahami waktu itu penting bagi kelestarian bumi.Â
Pengharum badan dari bahan kimia, salah satu contohnya. Ada yang menyebut parfum. Dimana tidak sedikit perempuan boros menggunakan parfum agar mampu menarik perhatian lawan jenis atau meningkatkan kepercayaan dirinya.Â
Tanpa menyadari bahwa bahan yang digunakan itu menyumbang terjadinya efek rumah kaca yang kurang menguntungkan bagi suhu bumi.
Sektor industri menurut bunghatta.ac.id menyumbang 21 persen  emisi karbon dioksida. Andai angka tersebut dikaji lebih dalam, sumbangsih parfum dan produk kosmetik dalam berkontribusi pelepasan CO2 ke atmosfer, barangkali perannya tidak dapat dianggap kecil.
Manusia memiliki akal budi, tidak membiarkan sebuah masalah menjadi besar dari sesuatu yang kecil. Berawal minimnya pengetahuan, sikap masa bodoh dan ego manusia. Terhadap persoalan lingkungan.
Pembiaran dan tidak memiliki kesadaran untuk mempertahankan hidup berkelanjutan. Bukan hanya untuk diri sendiri tetapi juga generasi mendatang adalah sikap yang harus dilawan atau dikikis perlahan.Â
Berapa diantaranya lewat pendidikan, penyebaran informasi. Agar manusia sebagai pewaris paling tinggi terhadap kehidupan di atas bumi. Dapat menunjukkan tanggungjawabnya  dalam menjaga bumi.
Dibalik wangi aroma tubuh yang menyebar kemana-mana sehingga mendatangkan pesona. Ternyata ada ancaman yang lebih besar, salah satunya membuat suhu atmosfer bumi semakin panas.Â
Risikonya, membuat gerah dan orang cepat berkeringat. Jika sudah demikian tidak sedikit orang yang merasa risi dengan bau badan. Kemudian tanpa pikir panjang sebagian orang menyemprotkan parfum ke badan. Guna memperoleh kesegaran instan.Â
Ditambah kemudahan mendapatkan parfum dari toko atau counter penjualan parfum yang letaknya tidak jauh dari jalan. Serta tidak perlu masuk ke mall.Â
Apalagi berbagai jenis parfum dapat dibeli secara online. Maka lengkap sudah lingkaran setan, yang mampu menjerumuskan manusia untuk merusak lingkungan, lewat  sebuah pesona.
Parfum atau perfume disebut juga fragrance merupakan campuran berbagai bahan aromatik pewangi, salah satu bahan dasarnya dibuat dari Phthalate. Menurut gav.org zat itu berfungsi sebagai pelarut dan stabilisator pada parfum serta sediaan wewangian lain.
Disamping itu Phthalate merupakan senyawa kimia dipergunakan membuat plastik agar lebih lama. Bentuknya cair, tidak berbau dan tidak berwarna. Namun tidak mudah menguap.Â
Produk seperti losion, shampo dan bedak bayi yang mengandung Phthalate di negara maju, Â dari tahun ketahun terus menurun. Apakah ini sebagai bentuk dari kesadaran akan dampak Phthalate ?
Berbagai sumber menyebutkan, senyawa kimia dalam pewangi buatan berkontribusi menjadi sumber pencemaran lingkungan jika lepas ke udara. Termasuk di tanah dan air saat produk kosmetik tersebut tercuci.
Senyawa-senyawa kimia yang terkandung dalam produk kosmetik atau kecantikan dapat mengganggu serta membunuh organisme hidup dalam tanah atau air, bahkan tidak sedikit mengakibatkan pencemaran.Â
Pencemaran menyebabkan rusaknya lingkungan sebab sistem kehidupan tidak lagi berimbang. Salah satunya mengakibatkan menipis lapisan ozon atau bahkan membuat lobang pada lapisan ozon yang memiliki banyak manfaat bagi kehidupan manusia.Â
Sekali lagi berbagai sumber menyebutkan bahwa parfum kimiawi, juga mengandung CFC (Chloro Fluoro Carbon) sebagaimana proses kerja pendingin ruangan. Dimana CFC yang terlepas ke udara dapat merusak lapisan ozon, yang dapat menyaring masuknya sinar ultraviolet dari matahari.
Tanpa disadari kehadiran bahan untuk mempercantik dan mempesona diri, tidak kalah berbahayanya jika terus menerus dipakai atau digunakan. Sehingga mengabaikan keseimbangan alam.Â
Memburu tampilan ayu dan menarik bahkan terkesan elegan. Lewat aneka kosmetik dari kutek, perona pipi dan minyak wangi atau parfum. Menunjukkan adanya keterkaitan langsung dengan kerusakan alam atau lingkungan. Tidak hanya menambah CO2 tetapi juga merusak lapisan ozon.
Maka partisipasi perempuan menuju Net Zero Emision (NZE) 2060, pertama mengembangkan sikap kritis bagi diri sendiri, sesama serta lingkungan.
Artinya dengan sikap ini perempuan tidak hanya mendidik dirinya sendiri. Lewat cara berpikir, melihat sebuah persoalan atau masalah dengan tidak emosional. Membuka pikiran akan kemungkinan dari sisi yang berbeda atau perspektif yang berbeda. Sekaligus meningkatkan pusat perhatian tidak hanya fokus pada dirinya sendiri, khususnya perempuan. Tetapi juga lingkungan sekitar alam dan seisinya.
Partisipasi pertama lebih menekankan pada perubahan diri sendiri. Terkait teknologi dan tradisi. Â Perubahan nilai dan cara pandang dari diri sendiri terhadap sesuatu diluar dirinya, termasuk masalah NZE.
Maka bentuk partisipasi kedua lebih mementingkan pada tindakan atau aksi. Jika mengetahui penggunaan kosmetik, pengharum atau pewangi badan ikut menyumbang jumlah CO2 di atmosfer semakin bertambah. Tidak perlu merasa sendiri saat melakukan perubahan dengan aksi.Â
Tidak perlu malu mengakui kepada orang lain jika diri sendiri, sebagai perempuan yang sadar menjaga lingkungan harus dimulai dari diri. Â Tidak mungkin menunggu orang lain. Tidak harus beranjak ke teknologi baru jika yang baru malah menimbulkan banyak masalah dibandingkan dengan yang tradisional atau lokal.
Kondisi seperti ini, partisipasi perempuan dalam NZE mendapat ujian. Seberapa tangguh seorang perempuan dapat merubah diri, sekaligus menjadi contoh serta teladan bagi orang lain. Sebab tidak jarang sikap nyinyir dan pandangan mata sinis keluar dari mereka yang tidak suka perubahan dan tidak bertanggung jawab terhadap kelestarian buminya.
Tidak ada salahnya melakukan persiapan yang terencana, sistematis dan berkelanjutan serta berkesinambungan. Ini merupakan bentuk peran partisipasi perempuan menuju NZE 2060 yang ketiga.
Contoh, jika ingin menggunakan pewangi alami seperti bunga melati, sedap malam atau mawar. Maka pintar-pintar menghitung masa panen serta berbagai kemungkinan akan gangguan alami. Dari musim hingga serangga atau hewan.
Partisipasi perempuan keempat dalam menuju NZE 2060 yaitu dalam memberikan contoh nyata dalam keseharian, menolak produk kosmetik kimiawi. Jika belum mampu, kurangi sedikit demi sedikit dalam penggunaan kosmetik kimiawi seperti parfum dan  lainnya.
Beruntunglah perempuan - perempuan yang lahir di bumi Indonesia. Negeri ini memiliki tokoh pendidikan yang legendaris, menurut Ki Hadjar Dewantara, tanggung jawab sekolah tidak hanya terletak di sekolah. Tetapi ada juga di tangan keluarga dan masyarakat.
Artinya, tanggung jawab memelihara lingkungan. Tidak hanya berada di tangan perempuan. Entah sebagai ibu rumah tangga, pegawai atau masyarakat biasa. Perempuan tetap dapat menjadi inspirasi, agar  Indonesia mampu mewujudkan NZE 2060.
Perempuan memiliki tugas berat sebenarnya dalam membawa masyarakat, memahami transisi energi lokal ke energi terbarukan tidak semudah membalikkan tangan.
Apalagi tidak sedikit rumah tangga yang masih menggunakan kayu sebagai bahan untuk memasak. Termasuk untuk acara seni budaya serta keagamaan. Sebagaimana menggunakan make-up dan pewangi badan dari bahan kimia.
Uh, dilematis . Bagaimana dengan lembaga independen Oxfam dapat menerapkan transisi energi adil ?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H