Mohon tunggu...
Ko In
Ko In Mohon Tunggu... Wiraswasta - Berikan senyum pada dunia krn tak sedikit yg berat beban hidupnya

Mendengar dan bersama cari solusi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jemparingan, Membuat Keputusan PA VIII Cepat dan Tepat?

22 November 2023   21:45 Diperbarui: 22 November 2023   21:51 274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Spirit atau jiwa kepahlawanan seseorang muncul salah satunya karena situasi dan kondisi. Sehingga mendorongnya untuk melakukan tindakan atau perbuatan. Dimana orang lain belum tentu memikirkannya atau malah sebaliknya dinilai tidak berpikir panjang. Tentang risiko dikemudian hari, khusus untuk diri, kelompok atau lingkungannya.

Setiap orang memiliki kesempatan untuk menjadi pahlawan, asal di saat dan tempat yang tepat. Tidak harus memiliki status atau jabatan.

Namun seorang pemimpin berpotensi menjadi pahlawan karena jabatan dan kuasanya menuntut berbuat atau bertindak cepat dan sesegera mungkin. Mengingat setiap keputusan yang diambil memiliki pengaruh bagi banyak orang. Tidak hanya untuk hari ini atau saat ini, tetapi juga untuk jangka waktu jauh ke depan, yang akan datang.

Pemimpin yang visioner adakalanya harus mengorbankan kepentingan pribadi. Entah itu pangkat atau  jabatan, status sosial, bahkan materi atau kekayaan yang dimiliki demi kepentingan banyak orang. 

(Foto;pixabay)
(Foto;pixabay)

Sri Paduka Paku Alam VIII memiliki semangat itu semua. Dimana spirit, roh atau jiwa kepahlawanan muncul saat negeri dan banyak orang membutuhkan. Bukan hanya untuk lingkungannya sendiri di seputaran Yogyakarta, khususnya Kadipaten Paku Alaman VIII. Tetapi juga untuk bangsa dan negara Indonesia.

Hal itu tercermin dari keputusan Paku Alam VIII sebagai pemimpin di Kadipaten Paku Alaman VIII, bersama Sri Sultan Hamengku Buwono IX sebagai raja Kesultanan Yogyakarta lewat amanat bersama. Untuk bergabung dengan Negara Republik Indonesia pada tanggal 30 Oktober 1945.

Sebelumnya pada tanggal 5 September 1945 sesuai catatan sejarah yang ada, KGPAA (Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Ario) Paku Alam VIII mengeluarkan maklumat atau amanat yang isinya semacam dekrit yang merujuk pada bergabungnya Kadipaten Paku Alaman dengan Negara Republik Indonesia. 

Berpikir visioner jauh kedepan mengatasi ruang dan waktu. Tidak semua orang mampu mengambil keputusan yang cepat demi sebuah kepentingan, yang lebih baik dan lebih luas di masa mendatang.

(Foto:Kompas.com)
(Foto:Kompas.com)

Paku Alam VIII memberi teladan bagaimana harus bertindak dan membuat keputusan besar, terkait keberadaan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dalam hati beliau, barangkali tidak ada sedikitpun terlintas untuk memperoleh gelar pahlawan. Saat mengambil sikap atau keputusan dengan membuang jauh-jauh egonya, untuk bergabung dengan Negara Republik Indonesia. 

Walau pada akhirnya gelar pahlawan baru diberikan di tahun 2022 kepada Paku Alam VIII, lebih dari 22 tahun setelah beliau meninggal pada tahun 1998. Padahal baktinya untuk negeri ini lewat Kadipaten Paku Alaman lebih dari 60 tahun. 

Nilai-nilai kepahlawanan yang ditunjukkan sudah sewajarnya menjadi contoh bagi generasi saat ini guna memahami sekaligus berani melakukan sebagaimana yang telah dilakukan oleh Paku Alam VIII. Jika diri bukan pemimpin atau penguasa bukan jadi alasan untuk tidak rela berbagi, termasuk membuang jauh-jauh sifat ego demi kepentingan bersama. 

(Foto: Okezone)
(Foto: Okezone)

Pengorbanan barangkali istilah familiar pada zamannya. Namun ada satu kata yang maknanya berbeda namun relevan untuk kondisi saat ini yaitu berbagi. Mengingat kata berkorban barangkali entitas penggunaannya kurang tepat untuk era saat ini. Maka kata berbagi barangkali lebih tepat untuk era kekinian. Berbagi untuk mereka yang membutuhkan, tidak harus dalam bentuk uang atau materi namun juga perhatian serta kepedulian. 

Tengok bagaimana Paku Alam VIII memiliki raga yang cukup kuat saat masih menjalankan berbagai tugas di usia senjanya. Hal ini tidak lepas dari gemblengan zaman yang mengharuskan dirinya tampil sehat jiwa raga guna menghadapi pekerjaan atau tugas sebagai adipati, gubernur atau wakil gubernur di Yogyakarta.

Selama 88 tahun KGPAA Paku Alam VIII  melakukan perjalanan bersama matahari dan bulan.  Kesibukan yang luar biasa jika tidak mendapat dukungan dari fisik yang prima tentunya sangat berbahaya untuk kesehatan tubuh.

(foto: Wikipedia)
(foto: Wikipedia)

Seorang pahlawan itu jelas bersedia berkorban untuk sesama baik dalam kuantitas sedikit atau banyak. Berbagi tidak kalah berarti dengan berkorban walau berbeda era atau zaman. 

Berbagi, baik yang diperoleh dengan mudah atau susah demi sesama yang membutuhkan. Memiliki makna yang tidak jauh dengan kata berkorban. 

Lihat saja bagaimana pihak Paku Alaman memberi tempat bagi rakyat untuk berjualan di alun-alun Sewandanan atau alun-alun Pakualaman. Salah satu wujud atau tindakan berbagi yang konkrit tidak hanya sebatas ide atau gagasan.

(Foto:Dinpar Kita Jogja)
(Foto:Dinpar Kita Jogja)

Memahami semangat berbagi dan berkorban secara holistik akan menemukan banyak jawaban terkait kearifan manusia. Bagaimana berkorban atau berbagi itu tidak akan mengurangi apa yang dimiliki tetapi malah akan menambah. 

Itulah keajaiban dari kata berkorban dan berbagi. Baik kekayaan, rezeki, kesehatan, persaudaraan dan yang lainnya. KGPAA Paku Alam VIII sudah memberikan contoh setidaknya selama beliau menjabat sebagai Adipati Paku Alaman atau sebagai gubernur dan wakil gubernur Yogyakarta. 

Semangat tersebut yang membuat KGPAA Paku Alam VIII sebagai sosok yang mampu memerintah sebuah wilayah kadipaten paling lama. Hal ini tercatat dalam fakta sejarah dimana masa jabatan yang dipegangnya mencapai rentang waktu sampai 61 tahun. Bandingkan dengan Ratu Elizabeth II yang bertahta sampai 70 tahun.

(Foto: Merahputih.com)
(Foto: Merahputih.com)

Orang-orang zaman dahulu memiliki usia yang lebih panjang dibanding orang yang hidup saat ini. sehingga manakala menjadi pemimpin memiliki kesempatan untuk lebih lama menjaga jabatannya berdasar kapabilitas atau kemampuan.

Menurut Health Digest sebagaimana dikutip cnbcindonesia.com (30/8/22) beberapa penyebab seseorang tidak sehat sehingga mengakibatkan tidak panjang umur diantaranya karena banyak duduk. Informasi tersebut didasarkan penelitian yang diterbitkan oleh British Medical Journal menyebutkan kebanyakan duduk memicu terkena kanker, penyakit jantung, tekanan darah tinggi serta beberapa penyakit lain yang membuat proses kematian lebih cepat. 

Penyebab lain yang menjadi kebiasaan masyarakat modern saat ini diantaranya kurang tidur, tidak suka bersosialisasi alias suka sendiri bahkan cenderung asosial. Melewatkan kebiasaan sarapan, merasa tidak bahagia, takut pada kematian, pola hidup boros dan banyak hutang serta suka memakan daging merah atau daging olahan.

Maka tidak heran jika para pemimpin, raja seperti KGPAA Paku Alam VIII memiliki waktu khusus untuk mencari hiburan atau olahraga disela kesibukan akan tanggung jawab sebagai pemimpin.

(Foto:Diam Purnama)
(Foto:Diam Purnama)

Salah satu olahraga kegemaran Paku Alam VIII adalah jemparingan atau memanah dalam posisi duduk dengan kaki disilangkan atau bersila.

Dapat membayangkan orang yang tidak terbiasa duduk bersila harus duduk dengan punggung posisi tegak lurus, mengarahkan anak panah pada sasaran yang kecil jauh di depan. Pasti akan mengalami banyak kesulitan.

Belum lagi harus menarik busur, dalam hitungan detik segera melepaskan anak panah dengan catatan, harus mengenai sasaran yang ukurannya cukup kecil. 

(Foto:Diam Purnama)
(Foto:Diam Purnama)

Berbeda dengan ukuran sasaran panah modern yang lebar serta busurnya memiliki beberapa alat bantu untuk menjaga keseimbangan dan ketepatan dalam memanah. Posisinya juga berbeda dilakukan dengan cara berdiri, tidak duduk bersila.

Tidak heran jika KGPAA Paku Alam VIII memiliki kesehatan yang prima ditengah kesibukan sehari-hari semasa masih hidup dengan tanggung jawab yang harus diselesaikan. Memanah salah satu cara menjaga kesehatan jiwa dan raga.

Saat memanah ada pengolahan dan pengendalian diri akan emosi, keinginan bahkan sifat tidak sabar lewat pernafasan, posisi duduk. Mengelola waktu atau timing supaya anak panah tepat di sasaran, saat melepaskannya  dari busur. 

Jemparingan atau panah tradisional menjadi olahraga kesukaan KGPAA Paku Alam VIII sejak kecil sebab di lingkungannya seluruh abdi dalem di Istana Paku Alaman dan Kesultanan jemparingan menjadi permainan yang populer pada masanya. 

(grafis:inews.id)
(grafis:inews.id)

Benang merah roh atau spirit kepahlawanan dengan berbagi dan berkorban dalam upaya membangun jiwa raga yang sehat. Terhubung dengan jelas pada pribadi KGPAA Paku Alam VIII yang sudah mendapatkan anugerah sebagai pahlawan nasional pada tahun 2022.

Terima kasih Paku Alam VIII telah meletakkan dasar yang kuat pada bumi pertiwi bernama Negara Kesatuan Republik Indonesia. Berkorban dan berbagi, membuang jauh sifat ego demi kepentingan bersama. Itu tercermin dalam nilai-nilai Pancasila yang bersumber dari budaya, adat serta kebiasaan masyarakat Indonesia.

Siapa yang meragukan itu semua ?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun