Mohon tunggu...
Ko In
Ko In Mohon Tunggu... Wiraswasta - Berikan senyum pada dunia krn tak sedikit yg berat beban hidupnya

Mendengar dan bersama cari solusi.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Tidak Sampai Lima Menit, Naik Kereta Api Sudah...

10 Mei 2023   02:14 Diperbarui: 10 Mei 2023   02:15 561
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Waktu terasa berjalan begitu lambat setiap kali naik  moda transportasi yang mengantar perjalanan mudik. Apalagi jika menggunakan angkutan umum. Mesti pintar mengelola pikiran dan perasaan. Supaya tidak bosan, jangan sampai emosi tersulut oleh lelah, karena banyak waktu dihabiskan dengan duduk saja.

Handphone di tangan bukan jaminan mampu membunuh rasa bosan. Maka tidak heran jika sebagian orang memilih menggunakan kereta api saat melakukan perjalanan jauh seperti mudik lebaran 2023 kali ini. Jika perjalanan tersebut memungkinkan  ditempuh lewat perjalanan darat.

Kita sepakat perjalanan mudik itu memerlukan kesiapan tersendiri. Tidak hanya mengenai biaya tetapi juga kesiapan fisik, mental, hati atau perasaan. 

Apalagi jika bertemu atau duduk sebangku dengan penumpang yang tidak memiliki etika saat berada di dalam angkutan umum. Entah karena cara bicaranya, polahnya atau barang-barang bawaannya yang ditempatkan sedemikian rupa sehingga mengganggu kenyamanan penumpang lain.

Kereta api (foto: koleksi pribadi)
Kereta api (foto: koleksi pribadi)

Oleh karena itu, saat melakukan perjalanan jauh mesti menyiapkan diri mendapat pengalaman baru. Entah pengalaman berkesan atau menyebalkan. Jujur setiap orang selalu ingin mendapat pengalaman berkesan. 

Tidak ada yang menginginkan memperoleh pengalaman buruk atau menyebalkan. Namun jika terjadi, yang namanya untung dan malang siapa dapat menghindari. Maka harus  pandai-pandai menyikapi. 

Stasiun (foto: koleksi pribadi)
Stasiun (foto: koleksi pribadi)

Sebagaimana cerita lebaran tahun ini, saat menggunakan kereta api dari stasiun Lempuyangan Yogyakarta tujuan Semarang Tawang. Jarak Yogya Semarang tidak terlalu jauh dan tidak terlalu lama. Butuh waktu sekitar tiga jam agar sampai tujuan. Jika menggunakan kendaraan pribadi atau umum.

Pilihan cukup banyak. Dari mobil atau motor, bus sampai travel. Kendaraan mini bus yang dipakai untuk angkutan penumpang, dengan berbagai pilihan sesuai kantong atau isi dompet.

Tapi demi memperoleh pengalaman baru, maka kereta api jadi pilihan. Risikonya lebih jauh dan lebih lama waktu tempuh untuk sampai Semarang. Serta ongkos sedikit lebih mahal dibandingkan jika naik bus atau travel. 

Kereta Joglosemarkerto (foto: koleksi pribadi)
Kereta Joglosemarkerto (foto: koleksi pribadi)

Mulailah cerita lebaran tahun ini dengan mencari informasi jadwal keberangkatan kereta Joglosemarkerto dari stasiun Lempuyangan lewat internet. Kebetulan bertepatan dengan Event KJOG, yang memberi tantangan untuk menceritakan kesan Lebaran 2023 kepada Kompasianer. 

Tentu pengalaman saya ini tidak dibiayai oleh komunitas Kompasianer Jogja atau KJog. Tetapi boleh juga kalau Kjog ingin mengganti ongkos tiketnya. "Idep-idep THR lah, jangan pelit ya Mimin..."

Diawali keinginan membeli tiket secara online namun terkendala oleh aplikasi pembayaran yang tidak familiar digunakan. Belum lagi jenis rekening yang tidak sama dengan rekening bank yang dimiliki.

Tapi disinilah tantangan dan keasyikan untuk memperoleh pengalaman baru. Mohon dimaklumi, pengalaman terakhir naik kereta api 9 tahun  lalu. Saat itu tujuan ke Jakarta untuk bertemu dengan Si Pencuri Hati. Walau sudah ketemu, setengah dari hati ini ternyata tidak pernah dikembalikan. Masih saja disimpannya dengan rapi.

(foto: tangkapan layar kai acces)
(foto: tangkapan layar kai acces)

Sembilan tahun waktu yang tidak sebentar. Banyak perubahan cara dan kebiasaan terkait teknologi serta informasi di tubuh PT. Kereta Api Indonesia. Belum lagi adanya Covid 19, tidak sedikit membentuk kebiasaan baru saat orang menggunakan moda transportasi publik, kereta api.

Sekali lagi karena ingin mendapat pengalaman baru maka memutuskan untuk membeli tiket secara offline atau langsung ke loket di stasiun. Dua hari sebelum keberangkatan, pengalaman mendekati hari-H lebaran biasanya terjadi lonjakan dan penumpukan penumpang di stasiun.

Lagi-lagi pikiran ini merupakan peninggalan mindset lama. Sesampai di stasiun Lempuyangan, setelah berada didepan loket yang tidak ada antrian, menyampaikan keinginan membeli tiket secara langsung. Tujuan Semarang.

Stasiun Lempuyangan (foto: koleksi pribadi)
Stasiun Lempuyangan (foto: koleksi pribadi)

Namun pembelian tiket secara langsung hanya dapat dilakukan tiga jam sebelum jadwal keberangkatan kereta. Dengan catatan jika tiket belum habis. 

Tanpa sadar, menelan ludah. Cara reflek untuk menutupi kekecewaan. Namun hal itu cepat berlalu, mengingat perjalanan kali ini adalah perjalanan ingin mendapat cerita dan pengalaman baru.

Setelah istirahat sejenak di angkringan tidak jauh dari stasiun, sambil membuka handphone, mendapat informasi yang menyebut pembelian tiket  offline, dapat dilayani 3 jam sebelum keberangkatan.

3 jam sebelumnya (foto:ko in)
3 jam sebelumnya (foto:ko in)

Duh, lagi-lagi kurang teliti saat membaca info dari internet. Bukannya ingin membela diri terhadap kekurangjelian dalam membaca di alat kecil bernama handphone. Tidak jarang terlalu banyak informasi yang lalu-lalang. Termasuk informasi yang tidak diinginkan, sampah atau spam.

Hari-H rencana mudik tiba, perjalan ke stasiun Lempuyangan Yogyakarta disertai perasaan was-was tiket perjalanan kereta ke Semarang habis. Di depan loket karcis sudah ada sekitar delapan orang lebih yang antri. 

Dua orang sudah terlayani, antrian bergerak maju. Namun tidak lama kemudian, antrian seolah-olah berhenti tidak ada pergerakan. Setelah berdiri lebih dari 10 menit. Antrian tidak bergerak maju dan berkurang. Tapi malah bertambah panjang.

Antrian tambah panjang (foto: ko in)
Antrian tambah panjang (foto: ko in)

30 menit sudah kami berdiri tanpa ada informasi dan penjelasan dari petugas. Sementara di dalam loket terlihat beberapa orang sibuk di depan komputer. 

Setelah satu jam berdiri atau sekitar 60 menit, akhirnya terlayani pembelian tiket perjalanan Yogya Semarang. Namun tetap tidak ada penjelasan, ucapan atau pemberitahuan mengapa kami harus dibiarkan berdiri lama di depan loket. 

Tiba-tiba teringat, saat sampai di stasiun Lempuyangan waktu itu,  bersamaan dengan tibanya kereta listrik (KRL) jurusan Solo dari stasiun Tugu Yogya. Jadi berdiri di depan loket rasanya seperti berdiri di dalam KRL. 

Bedanya cuma tidak berpindah tempat. Tetap di depan loket stasiun kereta api Lempuyangan. 

Hampir 60 menit berdiri depan loket (foto:ko in)
Hampir 60 menit berdiri depan loket (foto:ko in)

Usai mudik, setelah di Yogya bertanya ke petugas costumer service terkait pengalaman tersebut. Ternyata memang tidak disebutkan dengan jelas, bagaimana dan apa yang harus dilakukan petugas, untuk memberi tahu ke konsumen atau pelanggan terkait gangguan atau lambatnya layanan. 

Pengalaman menyebalkan atau berkesan ? Silahkan nilai sendiri. Petualangan mencari pengalaman baru berlanjut. Kini saat menunggu kereta datang. Tiba-tiba beberapa petugas mendekat sembari bertanya jenis kereta yang ditunggu dan tujuan sambil membagikan takjil. So, sweet. 

Menurut keterangan petugas, takjil diberikan selama bulan puasa. 

(foto:koleksi pribadi)
(foto:koleksi pribadi)

Cerita Lebaran masih bersambung sampai dalam kereta. Belum lama meletakkan pantat di kursi kereta, yang mulai bergerak pelan dari stasiun Lempuyangan Yogyakarta menuju Semarang Tawang, melewati Solo. 

Teteg Lempuyangan (foto: koleksi pribadi)
Teteg Lempuyangan (foto: koleksi pribadi)

Tiba-tiba mendengar sapaan dari suara seorang perempuan lewat pengeras suara yang ada dalam kereta. "Selamat sore dan selamat datang tamu istimewa ...."

"Uh, tamu istimewa. Tersanjung rasanya." Namun, rasa senang itu sontak berubah dengan cepat setelah mendengar kelanjutan isi dari sapaan tersebut. 

"Selamat sore dan selamat datang tamu istimewa. Di bulan Ramadhan ini, kami segenap Prama dan Prami yang bertugas, mengucapkan selamat menjalankan ibadah puasa bagi yang menjalankannya."

"...(sapaan berlanjut namun sebagian ucapan tak jelas terdengar)....perjalanan menyenangkan bersama kereta api Joglosemarkerto, kami menyediakan berbagai pilihan menu spesial. Antara lain ada nasi goreng spesial Parahiyangan, nasi ayam geprek, ....."

Kontan rasa istimewa itu lenyap, belum sampai lima (5) menit. 

Kereta Joglosemarkerto (foto:ko in)
Kereta Joglosemarkerto (foto:ko in)

Belum lama duduk di kereta yang lajunya belum kencang karena baru saja meninggalkan stasiun pemberangkatan Lempuyangan Yogyakarta, sore itu. Sudah dijejali oleh promosi atau iklan.  "Uh...," belum lima menit.

Video reels dapat ditonton di www.instagram.com/koin1903  linknya https://www.instagram.com/reel/CrbLhbkgD3J/?igshid=NTc4MTIwNjQ2YQ== 

Atau di YouTube 


Izinkan menegaskan bahwa pengalaman atau cerita berkesan itu ternyata terlepas apakah menyebalkan, menyedihkan, menyenangkan atau menggembirakan. Tapi yang jelas saat melihat pemandangan ke luar jendela kereta api, tidak berlangsung lama karena hari mulai gelap. 

Sesampai di Semarang disambut oleh kawan lama yang dulu nampak begitu besar dan megah kini nampak kecil. Kawan tempat bermain sepeda-sepedaan masa kecil yang nampak luas, kini nampak tidak begitu lebar. 

Stasiun Tawang (foto:ko in)
Stasiun Tawang (foto:ko in)

Stasiun Tawang di kawasan Kota Lama Semarang adalah kawan lama, bersama bangunan tua lain tidak jauh darinya. Sampai Lebaran 2023 masih ada yang kokoh berdiri, sebagian sudah beralih fungsi, ada yang tidak terawat dan tidak sedikit yang tersisa tinggal puing-puing bangunan. Semua kenangan akan kawan-kawan lama masih lekat diingatan.

Itu semua membuat cerita tersendiri dalam hati. Apalagi jika teringat beberapa kali kita sering lewati jalan-jalan itu dengan sepeda motormu, Honey.

Cerita Lebaran 2023 tetap berkesan sebagaimana kenangan akan dirimu, kereta api, stasiun, Lempuyangan, Tugu, Tawang dan  kota lama. Menghadirkan kenangan yang tidak butuh waktu lama, tidak sampai lima menit. 

(foto:kompas.com/shutterstock)
(foto:kompas.com/shutterstock)

Karena tidak sampai lima menit semua nampak jelas, seperti hadir di depan mata. Termasuk bayangan nasi goreng Parahiyangan yang legendaris dan ayam geprek, seperti yang disampaikan Prami kereta tadi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun