Mohon tunggu...
Ko In
Ko In Mohon Tunggu... Wiraswasta - Berikan senyum pada dunia krn tak sedikit yg berat beban hidupnya

Mendengar dan bersama cari solusi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dari Sleman, Ajak Belanja Secukupnya dan Memberi Setulusnya

28 Agustus 2022   16:20 Diperbarui: 28 Agustus 2022   19:26 314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pesanan sampai pagi (foto: ko in)

Belanja sayur, buah atau daging tidak perlu ke pasar atau warung kelontong. Tak perlu juga menunggu tukang sayur keliling. Apalagi jika sudah memiliki rencana akan masak apa esok hari. 

Masak apa ? Pertanyaan sederhana namun tidak mudah jawabannya. Bukan karena tidak dapat memasak atau bingung mencari bahan yang akan dimasak. Tetapi cukup sulit untuk masak yang dapat membangkitkan selera makan seluruh keluarga dan disukai.

Ayah dan anak terkadang selera berbeda. Belum lagi adik dan kakak. Selera makan pada hari-hari tertentu seperti orang yang berjalan saling berlawanan arah. Pusing, memikirkan kira-kira masakan apa yang mereka suka.

Terkadang sayuran, daging atau ikan yang sudah dibeli dan dimasak tidak membuat mereka selera makan di rumah. Memilih makan di luar. Artinya,membuat pengeluaran membengkak. Satu hal lagi tidak jarang membuat ibu-ibu sewot dan mudah marah karena merasa tidak dihargai kerjaannya. Khususnya dalam hal memasak sayur atau lauk.

(Tangkapan layar : ko in)
(Tangkapan layar : ko in)

Adanya belanja secara online termasuk sayur, buah dan lauk. Selain memudahkan belanja juga membuat efisien dalam menentukan sayur atau lauk apa yang ingin anak-anak dan suami makan. Salah satunya sayursleman.id.

Pesanan sampai pagi (foto: ko in)
Pesanan sampai pagi (foto: ko in)

Pesan hari ini, besok diantar. Sehingga ibu dan anggota keluarga dapat mendiskusikan sayur atau makanan apa yang menjadi keinginan keluarga. Agar masakan ibu tidak sia-sia. 

Ingat, tidak sedikit orang di berbagai belahan dunia yang mengalami kelaparan akibat susah mendapatkan bahan pangan. Akibat kondisi alam. Baik cuaca atau musim serta keadaan tanah yang tidak subur untuk ditanami berbagai jenis tanaman atau pohon.

Sayur Sleman usaha yang diawali dari 2 orang kini menjadi 10 orang ditambah sukarelawan sebanyak 20 orang. Melayani pesanan secara on line dan siap antar, gratis ongkos kirim jika letak pengiriman masih dalam jarak 3 km dari tempat usaha Sayur Sleman.

Belanja seperlunya memberi setulusnya (foto: ko in)
Belanja seperlunya memberi setulusnya (foto: ko in)

Memiliki tag line, "Belanja Secukupnya, Memberi Setulusnya." Seperti mengajak orang untuk tidak konsumtif tetapi tidak juga pelit. 

Sayur Sleman dibidani Janu, lahir saat Covid-19 merebak. Janu ingin memasarkan produk sayuran milik orang tua. Karena orang tuanya berprofesi sebagai pedagang sayur di Pasar Sleman. Saat Covid-19 sepi, Janu tidak hanya memasarkan hasil bumi yang dijual orangtuanya. Tapi juga pedagang sayur lainnya yang jualan di pasar tradisional.

Dengan sedikit inovasi Janu percaya, apa yang dilakukan membantu mereka untuk bangkit dari pandemi. Sejak itu Sayur Sleman, sayur online nomor 1 Jogja,  menjalankan misinya melayani pesanan sayur secara online lewat media sosial. Seperti web dan Instagram sayursleman.id.

Sayur, buah dan lauk sampai (foto:ko in)
Sayur, buah dan lauk sampai (foto:ko in)

Usaha ini mengarah pada upaya pemberdayaan pedagang sayur, petani serta UMKM guna menjadi pemasok sayur secara online. Termasuk pelatihan pertanian dan kewirausahaan bagi generasi milenial.

Perempuan-perempuan tangguh (foto: ko in)
Perempuan-perempuan tangguh (foto: ko in)

Sebuah tantangan menarik untuk milenial yang terkena sindrom mager alias malas gerak. Dapat ajakan dari Sayur Sleman untuk gemar bertani dan menjadikannya sebagai salah satu profesi yang cukup menjanjikan.

Sayur Sleman menyebarkan virus baik dengan menerbitkan buku 1000 Petani Milenial DIY dengan harapan mampu menginspirasi anak muda untuk menekuni usaha pertanian yang cukup menjanjikan. Sebab usaha di sektor pertanian akan selalu hidup seiring kebutuhan pangan bagi setiap orang. 

Janu  beranggapan bahwa sumberdaya yang dimiliki Indonesia jumlahnya terbatas. Untuk itu dia mengajak masyarakat agar saat mengkonsumsi hasil bumi seimbang, tujuannya meminimalkan makanan atau bahan pangan terbuang.

Tak konsumtif (foto:koin)
Tak konsumtif (foto:koin)

Upaya ini berlanjut pada gerakan memberi atau giving back sebagai ruh dari Sayur Sleman untuk membantu mereka yang kurang mampu dengan program Sayur Sleman Berbagi lewat sedekah sayur, setiap hari Jumat dan Minggu.

Pengalaman pertama belanja lewat Sayur Sleman dengan belanja minimal Rp 70 ribu. Pesan hari ini diantar besok, ternyata menarik dan memuaskan. Pesanan sampai rumah pagi sekitar pukul 08:15 jadi Ibu-ibu atau mak-mak tak perlu repot-repot ke pasar. 

Saatnya masak (foto:ko in)
Saatnya masak (foto:ko in)

Sesaat setelah suami atau anak-anak berangkat ke kantor, sekolah atau kampus. Ibu-ibu dapat langsung memasak sayur atau lauk kesukaan mereka. Sayur, buah dan daging yang saya pesan ternyata masih segar alias fresh. Membuat acara memasak semakin menarik, apalagi dibumbui dengan sentuhan rasa cinta. Pasti hasilnya serasa lebih enak. Ehmmm......

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun