"Sing di karet sego sambal bandeng. Steplesan sego kikil." kata Pak Jan lantang disambut senyum, ketawa dan cemoohan geli. "Ora sego hiu sisan..?" Celutuk salah satu pembeli yang artinya, "Bukan nasi hiu sekalian...?" Semakin menambah kehangatan suasana di angkringan saat itu.
Dan ini khas Yogya. Pembeli tidak marah walau dibohongi. Tapi lain cerita jika saat jajan di cafe atau resto. Yang dimaksud sego oseng kikil itu bukan nasi oseng kikil beneran dari kulit. Tapi nasi oseng tempe ditambah bakwan sedikit. Sementara nasi sambal bandeng, menunjuk pada nasi yang berisi sambal teri.Â
Mereka yang merantau di Yogya untuk studi atau sedang berlibur. Sepatutnya belajar nilai kearifan lokal, dengan bilang "Permisi," saat akan mengambil makanan atau sendok sementara di dekatnya ada orang. Tidak asal ngambil dan menjulurkan tangan dan badan, begitu saja.
Lepaskan status sosial barang sejenak saat ada di warung-warung angkringan Yogya. Sebab siapa tahu pengunjung yang sedang duduk, menikmati tehnya. Tidak dipandang dan dianggap remeh karena memakai kaos oblong, Â sebenarnya lebih kaya secara ekonomi. Lebih berpendidikan dan lebih berpengalaman dari dirimu. Maka tidak heran mereka yang ada di angkringan dapat berhahaha.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H