Walau sudah menjadi pelanggan cukup lama, masih saja terkejut saat melihat gelas kembali penuh dengan air. Karena terlalu asik ngobrol dengan pembeli lain atau teman yang kebetulan bersamaan jajan di angkringan dengan tenda warna oranye. Terletak di pinggir jalan yang tidak begitu ramai.
Jikalau tidak memiliki kesempatan secara sembunyi-sembunyi atau "nglimpekke" untuk menambah air. Penjual angkringan ini kerap menawarkan air tambahan dengan mengatakan, "Jok..."
Jangan kaget walau baru beberapa serutup diminum sudah ditawari, "Jok...". Gemes dan kesel tapi membuat suasana angkringan ini tidak lepas dari senyum.Â
Adakalanya saat Pak Jan mendekati saya, reflek tangan menutupi gelas dengan telapak tangan. Takut dijok berulang-ulang dan itu gratis tidak ada tambahan harga untuk segelas teh, kopi, jeruk panas atau es.
Adakalanya saya dan pelanggan lain langsung mengangkat gelas dan membuat gerakan badan sambil melindungi gelas dari "ancaman" tukang jok air minum. Bayangkan bisa kembung perut penuh air atau jadi sering ke kamar kecil nantinya.Â
Adakalanya, saat akan pulang atau meninggalkan angkringan tersebut masih saja ditawari untuk di jok gelas minumnya. Walau isi air di gelasnya tinggal seperempat kurang dan tehnya juga sudah bening.
Bahkan ada pelanggan sebelum pulang atau pergi nyeletuk, "Dijok terus koyo sapi gelonggongan." Dalam bahasa Jawa, sehingga menimbulkan tawa bagi siapa saja yang saat itu ada di angkringan tak jauh dari pabrik cerutu Taru Martani Yogya.
Angkringan ini sederhana namun mampu membuat siapa saja gembira saat ada di sana. Tak jarang ketika meninggalkan angkringan ini untuk melanjutkan aktivitas lainnya. Hati terasa plong karena mendapat kegembiraan dari sesuatu yang sederhana.
Suasana seperti ini tidak akan ditemukan ditempat lain. Semoga kita dapat bertemu di angkringan Pak Jan menikmati nasi kucing atau nasi bungkus.