Tiga buah Aice Mochi Dessert sudah di tangan dan kembali melanjutkan perjalanan serta menyelesaikan beberapa urusan, sebelum waktu buka tiba. Walau saya non muslim, saya ikut berpuasa. Tujuannya untuk menyehatkan tubuh dan ikut merasakan aneka godaan tanpa harus kelihatan ikut berpuasa.
Ikut puasa di bulan Ramadan, seperti tak terasa karena banyak temannya. Saat saur juga ada yang membangunkan lewat pengeras suara di masjid. Letaknya, tidak jauh dari rumah. Adakalanya dibangunkan oleh sekelompok anak-anak yang keliling kampung, dengan tabuhan alat musik seadanya. Sambil teriak, "Sauuur, sauur…." yang berirama. Tidak mengagetkan namun terasa enak didengar.
Waktu buka puasa tiba dan saat itu saya masih di jalan. Karena teringat tadi usai berburu es Aice Mochi Dessert, maka usai minum air putih bergegas ingin memakannya.
Salah satu es mochi rasa vanila sudah lembek tapi bentuk mochinya masih utuh. Sudah tidak begitu dingin tetapi masih kelihatan segar. Sementara yang rasa coklat dan durian, dalamnya masih sedikit keras.
Proses menikmati Aice Mochi Dessert rasa vanila berlanjut di tempat parkir yang cukup sepi di tengah kota Yogya. Pelan-pelan saya sobek plastik kemasannya.
Inilah kesalahan kedua saya. Ternyata tidak mudah menikmati es mochi di jalanan. Selain mochinya lengket dengan plastik, saat plastik disobek. Aice Mochi Dessert vanila yang sudah dingin, kulit mochi yang kenyal juga mudah sobek. Sehingga es krim vanila yang ada didalamnya, yang sudah lembek meleleh keluar.
Tidak ada waktu lagi untuk menampung dengan telapak tangan. Apalagi di jalan walau tangan sudah dibersihkan dengan hand sanitizer. Mulut senjata utama agar lelehan vanila yang aromanya harum, tidak jatuh. Tetapi tetap saja lelehan es krim Aice dari dalam Aice Mochi Dessert ada yang jatuh.
Percobaan pertama menikmati  Aice Mochi Dessert saya anggap gagal. Percobaan kedua segera dilakukan, kali ini rasa coklat sebagai pilihan. Rasa durian yang terakhir sebagai "gong"nya. Biar mantap karena sudah terbayang aroma dan rasa duriannya.