Kembali ke rumah usai bepergian dari kota tujuan wisata seperti Yogya, kurang lengkap rasanya jika tidak membawa oleh-oleh buat orang terdekat dan tercinta.
Apakah oleh-oleh itu berupa cenderamata khas Yogya, seperti baju atau kain batik. Atau pernak-pernik hiasan yang membuat beberapa bagian rumah lebih menarik, terbuat dari bahan alami. Dikerjakan oleh tangan terampil yang mampu menghadirkan nilai estetis tersendiri.
Oleh-oleh memang tidak harus sesuatu yang mahal dan trendi. Namun oleh-oleh menjadi berarti jika dapat menghadirkan masa lalu ke masa kini bagi si penerima. Apalagi jika oleh-oleh berupa makanan yang rasanya lebih enak dibandingkan makanan masa lalu walau bentuk, nama, ukuran, bahan adonan juga sama.
Belum lagi jika dikemas dengan cara yang menarik. Menjadi simple saat dibawa pulang namun tidak merubah bentuk serta keawetan dan rasa makanan.
Barang-barang yang dimaksud tersebut mudah ditemukan di Jogja Pasaraya, toko yang menerapkan konsep mini departemen store, terletak di tempat istimewa Yogyakarta, Malioboro.
Selain bahan fashion dan dekoratif, tersedia aneka macam ceriping atau criping. Ada yang menyebut keripik terbuat dari ketela. Ekstrak minuman rempah asli dari bumi Pertiwi. Kue jadul yang mengingatkan masa kecil saat sore hari minum teh panas bersama kakek nenek di teras rumah depannya. Lengkap dengan kue kering yang tersimpan dalam toples kaca.
Secara umum, Jogja Pasaraya menjadi pusat oleh-oleh terlengkap di Yogya. Sebagai gambaran, tempat ini menyediakan tiga produk utama. Fashion meliputi baju berciri batik, sepatu, sandal dan aneka aksesoris.
Kedua, produk home and living seperti perlengkapan dekoratif untuk mempercantik rumah, agar penghuninya lebih betah tinggal di rumah. Dan terakhir, aneka macam makanan khas Yogya yang populer di zamannya. Hal ini tentu menjadi daya tarik tersendiri karena cukup merakyat dan dikenal kalangan luas.Â
Maka tidak heran jika sekitar 400 merek UMKM ikut jadi mitra Jogja Pasaraya. Menaikkan pamor produk usaha kecil untuk nangkring di toko modern yang ada di kawasan Malioboro, Yogyakarta.
Aditya Suryadinata selaku founder Jogja Pasaraya bercita-cita meningkatkan perekonomian pedagang lokal. Maka tidak heran jika kelengkapan dan keanekaragaman produk dari Jogja, menjadi daya tarik sendiri.
Jogja Pasaraya berkomitmen menjadi salah satu pusat tujuan pariwisata Yogyakarta khususnya di kawasan Malioboro. Maka interiornya digarap dengan gaya tradisional modern. Agar memberi kesan ramah dan hangat serta menonjolkan aksen khas Jawa yang  menarik pengunjung.Â
Tidak kalah penting adalah soal harga, sebab masyarakat mencari barang yang terjangkau untuk memenuhi kebutuhan di rumah atau dijadikan oleh-oleh.Â
Produk lokal para pengrajin menurut Aditya sebenarnya tidak kalah dengan produk impor. Karena dibuat secara khusus, tidak massal atau mass product sehingga jumlahnya hanya sedikit.Â
Maka tidak heran jika produk kerajinan lokal harganya tergolong premium. Tetapi menurut Aditya para pengrajin yang tergabung dalam UMKM mesti terus memperbaiki produk lewat feedback dari konsumen.Â
Dalam kesempatan bincang-bincang dengan founder Jogja Pasaraya, pertengahan April 2022 di jalan Malioboro 39 Yogya. Aditya Suryadinata mengakui tidak sedikit konsumen tertarik dengan produk lokal.
Bahkan produk lokal tidak kalah menarik secara kualitas dengan produk handmade dari Jepang, tambah Aditya. Namun dalam segi packaging atau pengemasan. Tidak sedikit para pengrajin yang kurang memperhatikan.
"Ada seorang custom yang tertarik dengan kerajinan lokal karena menurut penilaian calon pembeli, barang itu menarik, unik dan berkualitas. Namun saat menanyakan bagaimana pengemasan, yang ternyata hanya dibungkus plastik. Costumer tersebut langsung membatalkan minatnya," jelas Aditya.
Aditya kemudian menceritakan bagaimana kekecewaan calon pembeli tersebut karena, barang yang dibeli harus dibawa ke luar kota. Maka mesti aman dari benturan dan mudah dibawa, yang intinya tidak begitu merepotkan pembeli.
Ooo iya, ya... mereka wisatawan yang datang ke Yogyakarta dari jauh. Informasi ini patut menjadi perhatian bagi para pengrajin khususnya mereka yang sudah menyanggupi untuk memamerkan produk-produknya di Jogja Pasaraya. Sebab sebelum layak di pajang di salah satu stand atau counter di tempat ini mesti dikurasi terlebih dahulu.Â
Hal ini masih berkaitan dengan salah satu visi Jogja Pasaraya yang ikut mengedukasi UMKM Yogya agar memperhatikan pengemasan atau packaging produk. Apalagi lokasi toko yang mirip mini store dengan berbagai produk berada di tempat strategis Malioboro.Â
Aditya menyoroti pentingnya unsur cerita dibalik proses produksi barang kerajinan yang dibuat secara handmade. Sebab hal itu dapat menjadi salah satu daya tarik tersendiri untuk menarik pengunjung atau calon pembeli. Supaya dirimu tetap rindu pada Yogya.
Kata pepatah, tidak kenal maka tidak sayang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H