Bahkan produk lokal tidak kalah menarik secara kualitas dengan produk handmade dari Jepang, tambah Aditya. Namun dalam segi packaging atau pengemasan. Tidak sedikit para pengrajin yang kurang memperhatikan.
"Ada seorang custom yang tertarik dengan kerajinan lokal karena menurut penilaian calon pembeli, barang itu menarik, unik dan berkualitas. Namun saat menanyakan bagaimana pengemasan, yang ternyata hanya dibungkus plastik. Costumer tersebut langsung membatalkan minatnya," jelas Aditya.
Aditya kemudian menceritakan bagaimana kekecewaan calon pembeli tersebut karena, barang yang dibeli harus dibawa ke luar kota. Maka mesti aman dari benturan dan mudah dibawa, yang intinya tidak begitu merepotkan pembeli.
Ooo iya, ya... mereka wisatawan yang datang ke Yogyakarta dari jauh. Informasi ini patut menjadi perhatian bagi para pengrajin khususnya mereka yang sudah menyanggupi untuk memamerkan produk-produknya di Jogja Pasaraya. Sebab sebelum layak di pajang di salah satu stand atau counter di tempat ini mesti dikurasi terlebih dahulu.Â
Hal ini masih berkaitan dengan salah satu visi Jogja Pasaraya yang ikut mengedukasi UMKM Yogya agar memperhatikan pengemasan atau packaging produk. Apalagi lokasi toko yang mirip mini store dengan berbagai produk berada di tempat strategis Malioboro.Â
Aditya menyoroti pentingnya unsur cerita dibalik proses produksi barang kerajinan yang dibuat secara handmade. Sebab hal itu dapat menjadi salah satu daya tarik tersendiri untuk menarik pengunjung atau calon pembeli. Supaya dirimu tetap rindu pada Yogya.
Kata pepatah, tidak kenal maka tidak sayang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H