Mohon tunggu...
Ko In
Ko In Mohon Tunggu... Wiraswasta - Berikan senyum pada dunia krn tak sedikit yg berat beban hidupnya

Mendengar dan bersama cari solusi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Satpam, Jangan Buat Murah Pengorbananmu

14 Februari 2022   16:19 Diperbarui: 15 Februari 2022   15:00 2348
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Satpam salah satu garda depan dalam menjaga keamanan, dimana tugasnya untuk  pengamanan fisik yang sifatnya preventif. Melakukan pencegahan dini, akan kemungkinan munculnya tindak kejahatan seperti pengrusakan atau pencurian. 

Maka patut kita memberi hormat setinggi-tingginya untuk Satpam (Satuan Pengamanan) yang rela "pasang badan" demi menjaga dan melindungi nyawa orang lain dari tindakan yang sifatnya destruktif. Seperti bom bunuh diri. 

Ingat kasus bom bunuh diri yang terjadi di Gereja Katedral Jl. Kajolalido Makassar, Sulawesi Selatan hampir satu tahun lalu. tepatnya 28/3/21. Mengakibatkan Satpam Gereja Katerdal bernama, Kosmas menjadi salah satu korban meninggal (tribunmanado.co.id).

Kosmas berusaha menghadang pelaku supaya tidak masuk ke dalam aula gereja. Untuk menghindari jatuhnya korban yang lebih banyak.

Demikian pula, Giri Catur Sungkowo yang sudah bekerja selama 20 tahun menjadi tenaga keamanan di Gereja Pantekosta Pusat Surabaya di Jl. Arjuno, Surabaya. Menjadi salah satu korban bom bunuh diri, 13 Mei 2018.(voaindonesia.com)

Sama dengan Kosmas yang berusaha menghadang pelaku bom bunuh diri. Giri Catur juga berusaha menghadang mobil yang berusaha masuk ke halaman gereja. Tapi ditabrak, Giri Catur jatuh dan kendaraan meledak.

(foto:lasada.co.id)
(foto:lasada.co.id)

Kosmas dan Giri Catur, Satpam yang berani pasang badan demi keselamatan banyak orang. Tindakan mereka heroik. Tidak memperhatikan keselamatan diri, lebih mengutamakan orang lain supaya selamat dan terhindar dari bahaya. 

Kita sepakat memberi penghormatan setinggi-tingginya kepada Kosmas dan Giri Catur. Namun penghormatan itu tak ada maknanya jika kita tidak belajar dari pengorbanan mereka berdua dan berusaha peduli dengan lingkungan sosial agar tidak menemukan orang-orang yang terbuai oleh ideologi dangkal. Jauh dari nilai menghargai perbedaan dan kemanusiaan secara universal.

Dari beberapa sumber menyebutkan fungsi Satpam melindungi dan mengayomi lingkungan atau tempat kerja dari setiap gangguan keamanan, serta menegakkan peraturan dan tata tertib yang berlaku di lingkungan kerjanya.

(foto:megaliaglobal.com)
(foto:megaliaglobal.com)

Kosmas dan Giri Catur, sebagian Satpam yang paham akan tugasnya. Menyelenggarakan keamanan di tempat yang melibatkan banyak orang, menjaga mereka agar tidak hanya merasa aman dan nyaman tetapi juga jauh dari bahaya.

Tapi bagaimana dengan Satpam yang pasang badan secara tidak pas, mengabaikan keselamatan diri dengan memaksakan kehendak. Supaya kendaraan pimpinan atau karyawan lain dapat menyeberang jalan atau masuk ruas jalan di depan tempat kerjanya.

Namun mengabaikan kepentingan dan keselamatan pengguna jalan lainnya.  

Saya atau anda mungkin pernah mengalami, saat jalan lurus usai melewati lampu bangjo atau traffic light. Wajar jika para pengguna menarik atau menekan gas kendaraan supaya laju. Apalagi jika jalan di depan nampak lenggang.

(foto: kuyou.id)
(foto: kuyou.id)

Siapa yang tidak terkejut jika dari gerbang kantor atau rumah, tiba-tiba kendaraan nylonong masuk jalur. Tanpa memberi kesempatan kita untuk melihat ada kendaraan akan masuk jalur dengan cara berhenti sejenak memperlihatkan sosok kendaraan kepada pengguna jalan lainnya.

Peraturan Pemerintah (PP) No. 43 Tahun 1993 Tentang Prasarana dan Lalu Lintas Jalan jelas menyebutkan, saat kendaraan berbelok harus memperhatikan kendaraan yang ada di jalurnya. 

Terlebih kendaraan yang keluar dari komplek perkantoran dan akan memasuki jalan utama. Pada saat akan masuk jalan utama dengan cara berbelok. Wajib pengemudi kendaraan tersebut memberi prioritas kepada kendaraan lain yang ada di jalurnya, yang lurus.

Mereka yang akan berbelok atau masuk jalan utama menunggu sampai arus lalulintas aman dan kosong. Prioritaskan pengguna jalan utama dan dari jalan lurus terlebih dahulu.

(foto:simapan.tegalkota.id)
(foto:simapan.tegalkota.id)

Namun  yang sering terjadi. Tidak jarang ada kendaraan tiba-tiba nylonong dari balik pagar kantor, jalan kecil sehingga membuat kaget pengendara yang menggunakan jalur lurus. Jika masih ada kesempatan menghindar, jarak tidak terlalu dekat dan reflek bagus. Mungkin kecelakaan dapat dihindari.

Lebih apes, jika dalam waktu bersamaan atau beberapa detik sebelum kendaraan nongol, tiba-tiba ada satpam nylonong ke tengah jalan dengan kedua tangan terentang menghentikan mobil atau kendaraan yang sedang melaju.

Masih untung jika terdengar suara peluit kita sebagai pengguna jalan otomatis mengurangi gas dan menginjak rem. Bagaimana kalau tidak ? Tiba-tiba muncul Satpam pasang badan di jalan. Maaf, tidak ada waktu untuk mengurangi gas dan mengerem karena jarak sudah terlalu dekat.

(foto:wikihow.com)
(foto:wikihow.com)

Beberapa kali saya mengingatkan Satpam yang bertindak konyol dengan cara pasang badan demi mendahulukan kendaraan yang keluar  dari lingkungan kerjanya, karena ingin memasuki jalan utama dengan segera saat ramai.

Namun tidak jarang, mereka malah ngeyel dan menyalahkan saya dengan alasan, saya ngebut. Rasanya pingin meremas mulut dan mencolok matanya saat itu. 

Sudah membuat panik di jalan, berusaha menghindar supaya tidak menabraknya. Tanpa tanda seperti peluit. Masih berusaha mencari alasan pembenaran menurut dirinya sendiri.

Suatu hari peristiwa hampir serupa terjadi lagi dan saya berniat memberitahu ke atasannya di bagian HRD dan memfotonya sebagai bukti dan identifikasi yang bersangkutan. 

Ternyata Satpam bersangkutan tambah arogan. Bahkan "nantang" suruh memfoto kartu anggota Satpamnya. 

Ya, saya foto sekalian sebagai bahan masukan buat perusahaan. Begitu tidak santun salah satu pekerjanya, walau di perusahaan tersebut hanya sebagai tenaga outsourcing dari penyedia tenaga keamanan.

(foto:inatonreport.com)
(foto:inatonreport.com)

Ditegur baik-baik dan diberitahu dengan sopan, Satpam bersangkutan malah menghina kendaraan saya. Semua ucapan dan tindakan dia kemudian sampaikan ke salah satu penanggung jawab di kantor tersebut. 

Walau terlontar kata maaf dari salah satu pegawai kantor mewakili Satpam yang bertugas, saat itu saya menyampaikan supaya dibina. Tidak mencari celaka sendiri  yang dapat merugikan orang lain.

Pasang badan untuk menjaga keselamatan orang banyak itu tidak salah .  Tapi bagaimana pasang badan hanya karena ingin mendahulukan kendaraan dari lingkungan kerja yang ingin segera masuk ke jalan utama. 

Tidak menunggu saat jalan sepi. Sesuai dengan aturan belaku seperti tertuang di Peraturan Pemerintah (PP) No. 43 Tahun 1993 Tentang Prasarana dan Lalu Lintas Jalan.

(foto:auto2000.co.id)
(foto:auto2000.co.id)

Ada lagi Satpam sebuah hotel di Yogya yang kurang memperhatikan keselamatan diri saat menyeberangkan tamu atau karyawan hotel dimana dia bekerja. Saat sampai di tengah-tengah ruas atau as jalan, si Satpam balik badan menyeberang kembali ke tempat semula. 

Hal ini jelas membuat pengendara  yang sudah berhenti atau berjalan pelan-pelan memberi kesempatan pejalan kaki menyeberang. Dan akan melaju dibuat kaget oleh gerakan tiba-tiba Satpam yang balik arah. Apakah hal ini tidak membahayakan ? 

Tugas Satpam salah satunya adalah mengarahkan pengemudi kendaraan. Namun harus dengan cara yang aman buat semuanya. Cobalah kembali mengingat materi pendidikan Satpam yang tidak hanya mengandalkan fisik. 

(foto:karirriau.com)
(foto:karirriau.com)

Sekuat apapun fisik Satpam jika ditabrak mobil juga sakit. Ingat Satpam itu bukan Robocop. Boleh pasang badan jika ancaman keselamatan sudah jelas, sebagaimana dilakukan oleh almarhum Kosmas dan Giri Catur. 

Namun jika hanya karena ingin mendahulukan kendaraan dari lingkungan tempat kerja tanpa memperhatikan arus kendaraan dan keselamatan sendiri dan orang lain. Sepertinya terlalu murah pengorbanan yang dilakukan. 

Ingat seragam kerjamu itu bukan baju zirah yang tahan tusukan atau tabrakan. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun