Namun rasa penasaran saya sepertinya sejenak terlupakan karena cukup jenak menikmati paduan rasa masam keju dengan rasa manis abon. Sesekali saya teguk teh panas sebagai teman agar perjalanan croissant abon ini lancar melewati tenggorokan. Supaya dapat mengambil lagi potongan croissant abon yang lain.
Siapa dapat menghentikan waktu, walau kita memiliki kesempatan memilih. Pilihan croissant abon cukup tepat saat saya bersama beberapa teman Kompasianer Jogja diundang untuk cicip pastry dari Petit Paris Boulangerie, yang tersaji di lantai satu tetapi dapat dinikmati di lantai dua letak Petit Paris Bistro.
2021 menjadi terasa semakin berwarna-warni manakala di penghujung tahunnya punya kesempatan untuk icip croissant yang begitu istimewa. Sambil melihat keramaian lalu-lalang kendaraan yang melintas di Jalan Abubakar Ali. Apalagi saat melihat perubahan langit dan terang hari menjadi temaram. Terang kota Jogja diganti oleh beberapa lampu penerangan jalan dan lampu kendaraan yang tiada habisnya lewat depan salah satu toko roti Jogja bernama Petit Paris Boulangerie.
Tidak terasa croissant abon tinggal menyisakan sisa-sisa yang tak mungkin diambil dengan garpu apalagi dengan pisau roti. Dan saya juga melupakan seorang teman yang dari tadi menemani saya tetapi jarang saya ajak bicara. Gara-gara dimanjakan lidah untuk merasakan tiap bagian dari croissant abon dan dipuaskan mata oleh indahnya pemandangan kota saat senja.
Astaga, saya lupa menanyakan bahan atau dibuat dari apa, sesuatu yang berwarna hijau seperti membelit croissant abon yang saya nikmati tadi. Rasanya tidak asing bagi lidah kita, apalagi lembut.Â
Lupa, adakalanya wajar apalagi saat terbuai rasa dan perut kenyang. Tapi tetap membuat penasaran. Sepertinya rasa penasaran ini akan mengajak kaki untuk kembali ke Jl.Abubakar Ali 18, Kotabaru Jogja.
Dirimu tidak penasaran dan tergoda untuk cicip saat melihat aneka kue yang tersaji di etalase Petit Paris Boulangerie ? Kalau tidak, cepat segera periksa kesehatan matamu ke dokter.Â