Musik adalah bahasa jiwa. Rangkaian kata atau kalimat adakalanya tidak mampu mewakili suara hati dan maksud dari pikiran. Tetapi lewat musik, ditambah sedikit kata dan nada.
Menjadi lebih mudah dikomunikasikan untuk menyampaikan pikiran dan keinginan seseorang atau sekelompok orang. Musik menjadi pemecah kebuntuan komunikasi antara pihak-pihak yang berseteru. Mencairkan hati dan pikiran yang kaku serta beku.
Sejarah mencatat bagaimana musik membuat hubungan dua negara menjadi lebih cair lewat perantara musik. Hal ini terungkap dalam Konferensi Internasional Sound of Borobudur dengan tajuk Music Over Nations: Menggali Jejak Persaudaraan Lintas Bangsa Melalui Musik yang berlangsung Kamis (24/6/21) di Balkondes Karangrejo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.
Addie MS, pendiri Twilite Orchestra pada kesempatan itu menyampaikan, musik menjadi salah satu solusi yang dapat mengubah perbedaan. Dari berbagai perbedaan nada dan suara dari alat-alat musik, dapat dihasilkan sebuah harmoni. Padahal melibatkan banyak orang atau musisi seperti dalam sebuah simponi.
Pengalaman Addie MS sebagai komposer dan juga pencipta lagu yang paham betul pentingnya perbedaan. Menyampaikan kegelisahannya bagaimana teknologi komunikasi semestinya memudahkan orang berkomunikasi malah memperlebar perbedaan diantara penggunanya.
Padahal, menurut Addie, perbedaan itu dapat memunculkan harmoni. Dia tidak dapat membayangkan jika semua nada, tinggi rendah suara itu sama. Akan menjadi tidak menarik dan membosankan. "Karena itu suatu yang harmoni itu butuh perbedaan. Beda nada supaya indah," tambahnya.
Addie kemudian menyebut salah satu komposer yang mendapat julukan sebagai komposer impresionis pertama Claude Debussy. Menurut Addie MS, gaya Debussy tidak terlepas dari rasa keterkejutan dan keheranan Debussy usai mendengar suara gamelan pertama kali ditahun 1889. Suara gamelan ikut mempengaruhi dan memperkaya karya-karyanya.
Musik dapat mencairkan suasana bahkan menjadi alat diplomasi budaya yang mencairkan hubungan kaku dua buah negara.
Addie mencontohkan bagaimana hubungan Amerika Serikat dengan Uni Soviet kala itu di era Perang Dingin. Kehadiran Boston Symphony Orchestra tahun 1956 di Rusia menjadi awal mencairnya jalur diplomatik yang kaku waktu itu antara Amerika dan Soviet atau Rusia.
Demikan pula yang terjadi pada tahun 1973 saat Philadelphia Orchestra tampil di Beijing, Cina atau Tiongkok. Hal yang sama terjadi pada tahun 2008 saat New York Philharmonic menunjukkan kebolehannya dikota Pyongyang, Korea Utara.
"Ini menunjukkan musik dapat menjadi alat diplomasi, mencairkan hubungan antarbangsa. Sebagai alat pemersatu, mempererat atau mengakrabkan." tegas Addie.