Mohon tunggu...
Ko In
Ko In Mohon Tunggu... Wiraswasta - Berikan senyum pada dunia krn tak sedikit yg berat beban hidupnya

Mendengar dan bersama cari solusi.

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Jika Anak Jadi Penambal Ban

24 Maret 2021   14:40 Diperbarui: 25 Maret 2021   06:11 339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mulut saya seperti terkunci dan menyesali pikiran buruk tentang kemampuan menyelesaikan pekerjaannya. Apakah bisa selesai secara sempurna? Saat pertama kali melihat cara berjalannya. Walau pada akhirnya memang benar apa yang saya pikirkan.

Saya seperti kehilangan kata-kata saat penambal ban ini bercerita, tanpa saya minta. Setelah sakit, istrinya pergi dan meninggalkannya entah kemana. 

Saya heran karena ada perempuan di kiosnya, yang saya kira istrinya. Lalu siapa dia ? Jawaban penambal ban yang membuat lidah saya kelu untuk kesekian kalinya. "Itu ibu saya."

(frasesparafoto19.blogspot.com)
(frasesparafoto19.blogspot.com)
Saya hanya bisa terdiam sejenak sambil menarik nafas dalam-dalam. Prihatin dengan apa yang dialaminya. Sudah berumur masih mengalami derita. Saya kembali terkejut saat mengetahui usianya. 

Usianya memang sudah tidak muda tetapi raut wajahnya boleh dikata seperti seumuran ibunya. Sungguh saya merasa bersalah dengan pikiran ini. Apa yang saya lihat tidak semua benar. Usianya ternyata masih jauh lebih muda daripada yang saya perkirakan. 

Melihat dan mendengar cerita bapak penambal ban tersebut membuat saya tidak sampai hati menanyakan dimana ayahnya dan kenapa tinggal bersama ibunya di kios. Apalagi hari sudah cukup malam saat itu.

(foto:liputan6.com)
(foto:liputan6.com)
Malam itu, saat akan melanjutkan perjalanan pulang. Saya berpamitan dengan perempuan yang ada di dalam kios tersebut dan mengucapkan terimakasih. Dia membalas dengan senyum dan anggukkan.

Dalam perjalanan pulang, di kepala saya berkecamuk tentang cinta seorang ibu. Tangguh dan sabarnya ibu ini menjaga dan menaruh harapan serta menyemangati anaknya dalam kondisi terpuruk. Walau hanya dalam bentuk kehadiran dengan cara menemani. 

Bagaimana dengan  pikiran dan hatinya melihat derita anaknya ? Tak sampai hati saya menanyakan perasaan ibu itu melihat kondisi anaknya, waktu itu.

Tidak ada orang tua yang menginginkan nasib anaknya seperti, penambal ban tersebut. Sudah jatuh ditimpa tangga. 

Sebelum hamil bisa jadi ibu dalam kios tadi berharap pada masa tuanya, masa dengan berbagai keterbatasan, ada yang menemani dan merawatnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun