Demikian pula penjelasan Tanto. Saat mabuk dirinya menjadi orang yang tidak berdaya. Namun sebelum mabuk dirinya mendapat sensasi yang luar biasa. "Bahkan dapat menyelesaikan pekerjaan yang bertumpuk," tambah Tanto.
Sensasi itu membuat dirinya bereksperimen menambah minol atau miras dengan berbagai bahan yang menurutnya sekarang sungguh "gila". "Beruntung nyawa saya tidak melayang atau mengalami cacat seperti kebutaan," jelasnya.
Tidak hanya dua atau tiga butir. Tetapi segenggaman langsung di masukkan ke mulut, kemudian digelontor dengan minuman berkadar alkohol yang diwadahi dalam botol gepeng.
"Lagaknya seperti jagoan dan bintang film di televisi atau iklan," kenang Tanto yang mensyukuri mampu melewati masa kelam hidupnya. Bersyukur sampai hari ini dirinya masih hidup walau kondisi kesehatannya tidak begitu fit seratus persen karena merasa mudah lelah.
Bagaimana dengan kebiasaan minum minol atau miras untuk menumbuhkan rasa percaya diri atau keberanian sebelum melakukan tindakan berbahaya atau kejahatan ?
Atau malah digelontor dengan banyak minol supaya banyak orang mabuk sehingga tidak berdaya. Baik secara fisik atau akal karena tidak mampu secara fisik dan membuat seseorang tidak dapat berpikir secara logisÂ
"Minuman beralkohol, miras atau sejenisnya. Itu hanya membuat orang goblok," tegas Tanto seperti menyadari kebodohannya dahulu. Tentu karena Tanto saat itu terjerat oleh keinginan mencapai menthit dalam waktu singkat. Kemudian jeglek dalam ketidakberdayaan. Seolah semua persoalan hilang sehingga membentuk kecanduan tingkat akut. Ingin mengulang lagi dan lagi.
Tetapi kembalikan pada diri sendiri. Apakah mampu mengendalikan jumlah minuman beralkohol yang masuk dalam tubuh ? Termasuk mengerti dan mengetahui berapa kadar alkohol dari minol yang diminumnya, sekaligus mengerti Lapen itu bukan Langsung Penak atau Langsung Enak.