Apa yang engkau cari dengan menikah ? Jika jawaban calon suami istri, mencari atau mendapatkan kebahagiaan. Sebaiknya rencana pernikahan anda ditunda untuk beberapa bulan kedepan, sampai anda berdua benar-benar memahami dimana kebahagiaan dicari dan ditemukan.
Retaknya bangunan rumah tangga bahkan sampai hancur dalam wujud perpisahan atau perceraian. Tidak jarang karena kesalahan persepsi, diawal pernikahan oleh kedua orang yang bertekad membangun kebersamaan lewat lembaga pernikahan. Salah satunya, dalam memaknai kebahagiaan.
Ada yang menyadari kurang tepat memaknai arti bahagia, kemudian bekerjasama menemukan makna kebahagiaan. Memperbaiki pondasi rumah tangga dengan saling memahami apa arti kebahagiaan menurut mereka berdua.Â
Ukuran atau persepsi tentang kebahagiaan satu orang dengan yang lain berbeda. Demikian juga mereka yang sudah menikah. Olehkarena itu setiap pasangan memiliki toleransi akan ukuran kebahagiaan menurut pasangannya.
List yang harus dipersiapkan untuk pernikahan
Jika di list atau daftar persiapan pernikahan anda adalah kebahagiaan di tempatkan sebagai paling awal atau paling atas. Saran saya segera hapus atau pindah ke deretan atau beberapa baris lagi ke bawah.
Itu jika persiapan menikah anda tinggal beberapa minggu, kurang dari satu bulan. Tetapi jika persiapan menikah masih lebih dari enam bulan. Boleh-boleh saja meletakkan atau menempatkan kata bahagia di list daftar pertama apa yang menjadi tujuan dan persiapan pernikahan
Sebab menikah itu bukan untuk mencari bahagia. Tidak percaya ? Coba sebelum menikah lakukan survei kecil-kecilan kepada orang yang sudah menikah dengan pertanyaan. Bagaimana rasanya hidup berumah tangga?Â
Secara fisik, paras dan penampilan mereka adalah idaman. Walau kepopuleran bukan jaminan langgengnya sebuah pernikahan. Namun persiapan menikah adakalanya tidak disertai dengan persiapan membangun keluarga. Padahal keduanya merupakan satu paket yang harus dipersiapkan oleh calon pasangan yang sepakat untuk menikah dan hidup bersama.Â
Jadi list yang harus dipersiapkan untuk pernikahan, pertama minta bantuan EO. Atau untuk menghemat biaya, biasanya meminta tolong keluarga dan tetangga menjadi panitia pernikahan.Â
Segala urusan persiapan sampai pelaksanaan, biasanya sudah ditangani mereka. Calon mempelai tinggal memantau dari jauh dari rumah mereka masing-masing.Â
Persiapan pernikahan pihak wanita
Selama ini keluarga atau rumah pihak mempelai wanita kerap menjadi tempat berlangsungnya pesta, upacara dan prosesi pernikahan. Mengapa ? Kemungkinan tradisi, adat dan budaya serta cara pandang masyarakat terhadap sebuah keluarga.
Calon mempelai wanita adalah pihak yang akan diboyong atau dibawa oleh pihak pria keluar dari rumah orangtuanya. Kemudian hidup bersama pria yang jadi suami untuk membangun keluarga baru.Â
Nampaknya kurang adil dan jauh dari kesetaraan dalam berbagi tanggungjawab. Inilah faktanya, oleh karena itu calon suami dan suami. Mengerti dan pahami bahwa pihak wanita atau istri akan repot mengurusi persoalan rumah tangga. Walau sering dikatakan, dinyatakan dan dicatat bahwa suami adalah kepala rumah tangga.
Namun tidak sedikit keluarga yang diam-diam sebenarnya dikendalikan oleh istri atau wanita. Oleh karena itu, para suami sayangi, cintai, setia dan beri perhatian pada istri sampai maut yang memisahkan. Walau istri mungkin sudah tidak nampak menarik secara fisik.
Masih merasa bahagia semua urusan rumah tangga harus anda selesaikan sendiri ? Bukan hanya mengurusi suami tetapi juga anak, dapur bahkan mengurusi pekerjaan di kantor.
Masih menempatkan kata bahagia di daftar atau list pertama persiapan pernikahan anda ?
Persiapan nikah dalam keluarga
Bahagia itu sejatinya tidak ditemukan di tempat pasangan hidup. Di suami atau di istri, apalagi di anak atau di keluarga. Walau ada pepatah atau pendapat melihat mu bahagia. Atau melihat anak bahagia itu sudah merupakan kebahagiaan tersendiri.
Mempersiapkan hati, pikiran dan perasaan ternyata lebih penting dalam keluarga. Khususnya bukan tentang hal-hal yang membahagiakan, menyenangkan dan menggembirakan. Tetapi hal-hal yang pahit, menyebalkan, tidak menyenangkan sekaligus mampu menerima sifat atau hal buruk dari pasangan atau anggota keluarga.
Belajar dari pengalaman, membantu mengembalikan keutuhan keluarga. Atau mendampingi anggota keluarga yang rumah tangganya hancur. Bahwa menikah atau membangun  keluarga itu kompleks.Â
Setiap orang berhak memperoleh bahagia atau kebahagiaan. Namun tidak sedikit orang yang merasa susah mendapatkannya.Â
Untuk memudahkan memahami kata bahagia. Saya coba contohkan sekaligus analogikan kegiatan sederhana dari sebuah pasangan yang sudah menikah. Lewat segelas minuman teh.
Persiapan pernikahan di rumah
Upacara atau pesta pernikahan mungkin sudah berlalu beberapa waktu lalu. Dalam hitungan hari, minggu, bulan bahkan mungkin tahunan. Tetapi "persiapan pernikahan di rumah" tidak mengenal kata akhir jika ingin keutuhan rumah tangga hanya maut yang memisahkan.
Calon suami dan calon istri atau suami dan istri mesti persiapkan pernikahan di rumah dari hari ke hari. Supaya mereka dapat menemukan arti bahagia yang sesungguhnya. Lewat perilaku yang menggembirakan.
Segelas teh di pagi hari akan menjadi salah satu sumber keretakan bangunan keluarga. Jika masing-masing, tidak dan kurang mengerti, pasangannya meletakkan dan mewujudkan arti bahagia lewat sajian segelas teh atau menerima sajian segelas teh di saat-saat tertentu. Seperti pagi atau sore hari.
Jika salah satu kurang peduli, hal ini dapat menjadi bagian dari tumpukan kesalahpahaman dalam memaknai arti bahagia, senang dan gembira bersama dalam rumah tangga.Â
Walau salah satu pihak, suami atau istri berusaha menghindari pertengkaran atau kesalahpahaman. Dengan cara pergi keluar rumah sebentar untuk menenangkan pikiran dan mendinginkan emosi. Masalah harus diselesaikan bersama bukan dihindari.
Kembali ke segelas teh bagaimana perasaan istri yang merasa bahagia jika dapat melayani suami dengan membuat teh. Namun, suami merasa itu sebagai sesuatu yang biasa. Atau sebaliknya, suami merasa bahagia bila istri membuatkan teh. Walau tidak diminum sampai habis. Tetapi ada sebagian istri yang melihat itu sebagai sesuatu yang tidak penting.
Sekaligus melampiaskan rasa kesal sebab tidak mendapatkan kebahagiaan atau kesenangan sebagaimana yang diharapkan dan dibayangkan. Manakala sepakat untuk hidup bersama dalam ikatan pernikahan dengan tambatan hati.Â
Segelas air teh dapat menjadi pemicu keretakan pernikahan yang telah dibangun bertahun-tahun. Sepele. Dari hal itu tidak sedikit pasangan suami-istri yang lupa untuk memberi perhatian.
Kemudian merembet ke masalah lain, yang memicu tidak ada lagi sikap saling menghargai dan menghormati satu sama lainnya. Sebagaimana mereka mengawali hubungan lewat perkenalan, pacaran mencoba saling mengenal dengan cara yang saling menghargai dan menghormati.
Jika dalam hati serta pikiran masing-masing sudah tidak ada kata dan sikap saling menghargai dan menghormati. Maka persiapkan hati serta pikiran anda dan anak-anak untuk melihat keruntuhan rumah tangga atau lembaga pernikahan anda. Baik secara pelan atau cepat.Â
Jangan lupa pula tidak sedikit rumah tangga yang suami atau istri pandai bersandiwara di depan banyak orang. Pintar menutupi bara dengan sekam. Walau pada akhirnya semua akan terbakar.Â
Sedikitnya sudah ada lima orang, apakah itu suami atau istri yang terus terang atau bercerita dengan bahasa simbol jika keluarganya sedang mengalami persoalan yang cukup pelik.Â
Tapi saya tetap berusaha mendengar karena tidak sedikit orang yang berat beban hidupnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H