Siapa tahu ada sebagian kecil anggota masyarakat yang arogan karena merasa memiliki anggota komunitas yang banyak. Atau merasa memiliki sesuatu "yang berpengaruh" di belakangnya walau jelas-jelas sudah melanggar dan membahayakan orang lain dan dirinya. Masih mencoba cari menang sendiri dan "bermain-main" dengan celah hukum yang berlaku.
ETLE adalah salah satu cara memberi efek jera kepada masyarakat lewat denda. Dananya jelas masuk ke kas negara. Supaya pengguna jalan lebih tertib, menghormati dan menghargai pengguna jalan lain. Termasuk tertib anggota Polantas supaya tidak menyalahgunakan wewenang. Sebagaimana disampaikan oleh calon Kapolri Komjen Sigit waktu itu.
Sementara kecelakaan tidak ubahnya seperti efek jera secara fisik bagi mereka yang gemar melakukan pelanggaran. Tetapi orang yang tidak bersalah adakalanya ikut jadi korban. Ini sebenarnya yang tidak kita inginkan.
Kecelakaan atau ETLE mestinya jadi efek jera. Namun sekali lagi sebagian dari kita tidak hanya bandel. Tetapi merasa jalanan adalah miliknya. Arogan. Apalagi jika merasa memiliki kenalan dan teman polisi yang gemar menyalahgunakan wewenang.
Coba tanyakan ke beliau, pasti dibalik yang sudah disampaikan dalam uji kepatutan dan kelayakan di Komisi III DPR. Terdapat pemikiran panjang yang memperhatikan serta mempertimbangkan  kompleksitas sebuah keputusan.
Kita saja yang sok tahu isi pikiran seseorang atau sok lebih pintar dengan mudah memberi ulasan, kritikan tetapi minim usulan jalan keluar yang dapat menyempurnakan sebuah keputusan.Â
Jika menjumpai dan menemukan oknum polisi yang masih berusaha menyalahgunakan wewenang di jalan. Laporkan saja ke Polda setempat lengkap dengan buktinya jika tidak terekam di kamera ETLE.
Semoga ini merupakan bagian kecil dari langkah masyarakat ikut sukseskan kerja Kapolri baru untuk memperbaiki kinerja dan citra Polri secara keseluruhan. Tidak hanya di bagian Polantas.