Mohon tunggu...
Ko In
Ko In Mohon Tunggu... Wiraswasta - Berikan senyum pada dunia krn tak sedikit yg berat beban hidupnya

Mendengar dan bersama cari solusi.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kembali Belajar itu Kembali ke Buku, Bukan ke Laptop atau Smartphone

3 Januari 2021   08:19 Diperbarui: 3 Januari 2021   08:20 611
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Salah besar memaknai kembali belajar sebatas kembali ke ruang kelas. Kembali ketemu guru, dosen dan teman-teman secara virtual lewat berbagai aplikasi grup atau pertemuan yang melibatkan banyak orang. Kembali belajar itu artinya menemukan kesadaran untuk memahami, mengerti segala sesuatu tentang isi bumi dan kehidupannya. Serta berbagai peristiwa di atas bumi dan yang ada di angkasa atau alam semesta. 


Kembali belajar, sesungguhnya upaya menemukan makna eksistensi diri di jagad raya, yang kebetulan kita berada dan tinggal di salah satu planet, bernama bumi.

Bukan semata-mata karena tahunnya baru. Apalagi masa ajaran baru yang ditandai dengan istilah semester. Itu baru permukaan, dari keseluruhan  aktivitas kembali untuk belajar.

Bagaimana dengan anak-anak usia Sekolah Dasar (SD) yang harus memahami arti kembali belajar tersebut ? Bukankah cukup berat untuk ukuran usianya ?

Kita memiliki pengalaman dari guru atau orang tua, bagaimana memberi didikan atau pembelajaran kepada anak-anak. Sebagai orang tua merasa kurang mampu ? Ah, sekarang banyak buku tentang pendidikan termasuk home schooling. Bermanfaat seperti saat pandemi Covid-19 ini.

Long life education

(foto:Basarimuhandesi.com)
(foto:Basarimuhandesi.com)
Kembali belajar bukan melulu kewajiban anak-anak tetapi juga orang tua. Ingat akan prinsip long life education. Terjemahan bebasnya pendidikan atau belajar sepanjang hayat.

Apalagi jika anda seorang yang berprofesi sebagai guru, yang dibekali teknik dan teori bagaimana mendidik atau mengajar siswa, dengan berbagai jenjang tingkat usia saat masih kuliah. Termasuk praktek di sekolah-sekolah dari tingkat dasar sampai tingkat atas seperti Sekolah Menengah Umum (SMU) atau Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).

Orang tua dan guru telah memberikan contoh bagaimana semestinya belajar atau mempelajari ilmu pengetahuan. Ada yang sepenuh hati memberikan contoh dan teladan demi terwujud generasi yang lebih baik akal budi dan perilakunya dibanding generasi-generasi sebelumnya.

Awal tahun 2021 masih dibayangi pandemi Covid-19, secara tidak langsung mengajak orang tua murid dan guru untuk membangun komunikasi yang lebih baik, dibanding masa-masa normal. Apakah itu untuk tingkat SD, SMP sampai SMU atau SMK. Tidak sedikit orang tua yang melakukan komunikasi dengan guru kelas anaknya, satu semester sekali saat penerimaan rapot dan kenaikan kelas atau kelulusan.

(foto:Citra Indonesia.com)
(foto:Citra Indonesia.com)
Bahkan ada sekolah dan guru yang tidak membangun komunikasi dengan baik antara orang tua atau wali murid dengan guru. Wali atau orang tua murid diminta datang ke sekolah hanya diminta mendengar laporan dan cita-cita kepala sekolah atau ketua Komite Sekolah. Setelah itu diminta bertemu dengan guru wali siswa atau murid di kelasnya masing-masing. Untuk menerima edaran tentang kenaikan biaya ini-itu dengan alasan demi kemajuan dan kelancaran pendidikan siswa.

Bagaimana dengan kondisi saat ini, dimana kegiatan tatap muka semakin berkurang. Termasuk pertemuan guru dan orang tua atau wali siswa. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun