Mohon tunggu...
Ko In
Ko In Mohon Tunggu... Wiraswasta - Berikan senyum pada dunia krn tak sedikit yg berat beban hidupnya

Mendengar dan bersama cari solusi.

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Maaf, Saya Bukan (MI) Manajer Investasi atau Master Investasi

28 Desember 2020   05:41 Diperbarui: 29 Desember 2020   13:01 1363
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dunia investasi, pasar saham dan pasar uang itu kejam. Tidak pandang bulu latar belakang sosial, ekonomi dan pendidikan. Modal uang sedikit atau segudang bukan jaminan kesuksesan. Orang-orang seantero dunia terlibat di sini dan siap melibas siapa saja yang kurang siap.

Siap dalam arti segalanya. Di pasar saham, ada individu atau kelompok yang memiliki ilmu dan pengetahuan cukup luas. Didukung teknologi informasi terkini dan pengalaman bermain saham  di seluruh dunia.

Seperti di Indonesia Stock Exchange. New York Stock Exchange, NASDAQ, Shanghai Stock Exchange, Tokyo Stock Exchange, Hongkong Stock Exchange, London Stock Exchange dan banyak lagi. 

Berani menjawab tantangan admin Kompasiana ? Coba renungkan dalam perjalanannya 10 sampai 15 tahun kedepan. Bukankah pelaku investasi saham  juga berkembang pemikiran dan teknik bermainnya.

IDX (foto: ko in)
IDX (foto: ko in)
Bukan bermaksud menakut-nakuti berinvestasi di dunia saham. Tetapi mengajak bersikap skeptis terhadap semua indikator di pasar saham.

Termasuk rumor, istilah mentereng untuk hoaks yang berseliweran di lantai bursa. Informasi positif sebuah emiten atau saham di media massa, tidak secara otomatis menaikkan harga saham. Bisa jadi, kebalikan arah.

Sebagai investor yang telah melewati masa puber pertama. Adakalanya iri dengan sebagian orang yang beruntung sebagai new comer. Pengalaman dan pengetahuan saham, boleh dibilang minim. Tetapi berhasil membeli kendaraan bermotor dari keuntungan transaksi saham, dalam tempo singkat. 

Bagaimana ini terjadi ? Jangan kaget. Memang begitulah pasar saham. Sayangnya tidak semua orang memiliki keberuntungan yang sama, di tempat ini.

Warren Buffett (foto:observer.com)
Warren Buffett (foto:observer.com)
Investor kawakan Warren Buffett dan Lo Kheng Hong, mungkin sependapat dengan saya. Tidak mempercayakan diri pada faktor keberuntungan semata.

Lo Kheng Hong (foto: cnb Indonesia)
Lo Kheng Hong (foto: cnb Indonesia)
Apalagi mempercayai pengamat saham dadakan di medsos, berlagak seperti pakar memberi analisa terhadap pergerakan saham. Walau isinya cuma kutip sana-sini, berita dari media massa atau mencuplik kata para pakar ekonomi. Kemudian di tulis ulang di blog atau medsosnya.

Apakah "pengamat" ini punya rekening di salah satu sekuritas? Pernah bertransaksi? Atau mereka peramal yang dapat dengan tepat, melihat sebuah peristiwa sebelum terjadi?

(foto:viva.co.id)
(foto:viva.co.id)
Beberapa pelaku pasar saham pernah marah-marah dengan komentar seorang pengamat ekonomi yang tulisannya sering dimuat di media massa ternama negeri ini. Termasuk juga di televisi.

Saat indeks bursa saham Indonesia rontok dan harga saham berguguran. Sang pengamat, pakar dan analis ekonomi ini masih berkata ekonomi Indonesia kuat dan baik di televisi

Kontan salah satu pelaku saham dengan emosi kira-kira berkata demikian, "Ke sini, tunjukan mana saham yang akan naik. Kalau cocok, tak bayar Rp 10 juta."

Ucapan itu seperti diamini oleh pelaku pasar lainnya lewat senyum sinis dan grundelan tidak suka akan kata-kata sang pengamat tersebut. Tapi peristiwa itu sudah lama berselang. 

(foto:pinterpinterberasuransi.wordpres.com)
(foto:pinterpinterberasuransi.wordpres.com)
Trading belum dilakukan online. Pelaku pasar mesti datang ke perusahaan sekuritas melihat monitor bersama-sama dan melakukan order buy atau sell lewat broker. Baru telpon ke BEJ. Pesanan order  masih menggunakan kertas.

Betapa ramainya kantor sekuritas, saat harga saham berguguran dan nilai rupiah jatuh dengan cepat dari Rp 2000 atau Rp 4000 satu dolarnya. Menjadi Rp 13.000 dalam waktu kurang seminggu, seingat saya.

Nah, bagi calon investor tahun 2021 masih percaya pada tulisan dan analisa para pakar dan pengamat ? Apalagi penulis dadakan, yang tidak jelas kemampuan dan kapasitas serta kapabilitasnya dalam dunia investasi saham.

Membaca buku tentang tips berinvestasi saham, tidak salah untuk menambah wawasan. Walau belum tentu penulisnya sukses dalam trading saham. 

Saya bukan (MI) Manajer Investasi atau Master Investasi

Saya tidak memberikan tips bagaimana berinvestasi saham yang aman dan selalu cuan. Sebab saya bukan seorang MI atau Manajer Investasi sebuah sekuritas atau lembaga keuangan. Apalagi Master Investasi, yang layak memberikan tip investasi saham.

Saya hanya memberikan saran. Dibaca sambil lalu saja. Pertama, terampil berinvestasi membutuhkan proses. Tidak ada yang instan. Cepat lambatnya memahami perdagangan saham tidak lepas dari niat belajar, kejelian dan kesabaran. Supaya mampu memprediksi harga saham yang mendekati kebenaran. Dalam jangka sehari, seminggu, sebulan, setahun atau beberapa jam bahkan menit atau beberapa detik ke depan.

(foto: umma.id)
(foto: umma.id)
Boleh dikata, tidak ada orang yang memiliki cara jitu dalam mengelola keuangan lewat investasi saham. Apakah itu tahun depan atau tahun lalu. Selalu ada probabilitas. Tidak ada ketepatan 100 persen. Walau cocok 90 sampai 99 persen. Tetapi masih ada kemungkinan tidak tepat dari  1 sampai 10 persen.

Sudah lama saya terjun ke investasi saham. Tapi waktu, bukan jaminan menjadi master investasi di dunia saham. Walau saya pernah merasakan keuntungan besar dalam waktu 15 menit. 

Juga mengalami kerugian cukup besar manakala harga saham perlembarnya jatuh di angka terendah nilai rupiah. Bahkan dijual murah saja tidak ada yang bersedia membeli. Termasuk merasakan menerima kertas saham perusahaan yang sudah di delisting alias didepak dari Bursa Efek Jakarta karena bangkrut. 

Uang rupiah (foto: Ko In)
Uang rupiah (foto: Ko In)
Jika ada pertanyaan, bagaimana berinvestasi saham pada kondisi ekonomi seperti saat ini ?

Jawaban saya tergantung kemampuan, ketrampilan dan kepekaan serta pengalaman berinvestasi saham dari masing-masing individu. Dan saya merasa kurang tepat jika harus memberi tips kepada mereka yang akan berinvestasi saham di tahun 2021. Saya hanya mampu memberi saran, bagaimana berinvestasi saham. 

Saran kedua, jangan mencampur uang investasi saham dengan uang kebutuhan sehari-hari, termasuk jenis tabungan rumah tangga lainnya. Berinvestasi di pasar saham dalam jumlah banyak atau sedikit, anggap dana investasi tersebut sudah hilang. Jangan menjadi andalan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, apalagi semacam tabungan dalam keadaan darurat.

Jika mendapat keuntungan dapat ditarik atau sebagai keuntungan. Dijadikan modal tambahan berinvestasi, juga boleh. Jika rugi, boleh tambah modal atau tetap bertahan dengan modal awal, lebih berhati-hati dalam bertransaksi. 

Saham ANTM, saat tepat beli (foto: screen shoot)
Saham ANTM, saat tepat beli (foto: screen shoot)
Saran ketiga, beli diharga murah dan jual diharga mahal. Saran klise tetapi sangat berfaedah buat para pelaku pasar modal. Tinggal tergantung keberanian mengambil posisi, membeli disaat harga saham murah. Ingat yang murah tidak selamanya saham bagus dan prospektif memberi keuntungan.

Menentukan berapa persen keuntungan yang akan direalisasikan saat harga naik. Tidak lepas dari pengalaman dan jam terbang bermain saham. Merasa cukup kala beruntung sedikit. Atau masih merasa kurang, bisa-bisa malah tidak jadi cuan.

Kenaikan saham ANTM bulan Juni (foto: screen shoot)
Kenaikan saham ANTM bulan Juni (foto: screen shoot)

Lakukan simulasi

Saran  keempat karena saya bukan master. Saya menyarankan sebelum melakukan aksi beli walau sudah menanamkan modal atau dananya di akun pasar bursa Indonesia. Ada baiknya berlatih lebih dahulu lewat simulasi perdagangan real time. Bukan perdagangan demo dari aplikasi. Tapi itu terserah anda sebagai investor. 

Sabar simulasi saham ANTM? (foto: Screenshoot)
Sabar simulasi saham ANTM? (foto: Screenshoot)
Dalam simulasi, batasi dana yang dipakai. Contoh hanya Rp 2 juta. Saat membeli atau menjual sebuah saham. Catat nama saham, harga dan waktunya. Apakah menjual saat rugi atau untung, kemudian pelajari alasan mengambil keputusan tersebut. 

Termasuk cari penyebab, mengapa harga naik atau turun setelah dibeli. Temukan alasan, mengapa saham tersebut dijual atau masih disimpan. Baik saat harga naik atau turun. Jangan lupa juga cari info terkait aksi corporate, apa yang dilakukan perusahaan  saham yang anda pilih. Walau simulasi, anda harus tetap serius dengan modal awal. 

Saham ANTM, menjelang window dressing (foto: screenshoot)
Saham ANTM, menjelang window dressing (foto: screenshoot)
Saran kelima, lakukan simulasi tersebut dalam kurun waktu satu bulan. Lakukan terhadap dua saham. Saham pertama, saham A. Saham  kedua, boleh saham apa saja. Tinggal pilih dari saham B sampai Z. Bosan dan terlalu lama? Ingat ini saran.

Jangan lupa catatan simulasi disimpan, mulai dari hari pertama sampai hari terakhir. Supaya mengetahui apa penyebab kesalahan dan kecocokan saat bertransaksi. Sekaligus sebagai kenang-kenangan jika anda sukses nanti dan selalu cuan saat bertransaksi. 

Perlu nomer Go Pay saya, untuk dicatat juga? Ah, ini bercanda, tapi serius juga gak papa. Namanya juga saran.

(foto: gojek)
(foto: gojek)
Saran keenam, jika sudah ketemu jawaban. Lakukan aksi beli secara real account. Berani menentukan posisi. Bukan sekedar jadi pengamat untuk diri sendiri. Apalagi jadi analis untuk orang lain tapi nir aksi sebagai investor atau pelaku pasar modal atau pasar bursa.

Saran ketujuh saya kutip dari beberapa pemain saham senior. Apakah dia pemain biasa atau terkenal seperi Warren Buffett dan Lo Kheng Hong. Sarannya sederhana. Sabar. Maknanya dalam jika memahami kata tersebut. Salah satunya tidak terpengaruh adanya aksi panic buying atau panic selling di pasar.

Saran kedelapan. Baca buku Seni Berperang tulisan asli dari Sun Tzu. Bukan yang sudah diintepretasikan, dianalisa dan ditulis ulang oleh para ekonom beneran atau pengamat. Tapi baca terjemahan aslinya. Pelajari sendiri maksud isi dari tulisannya. 

(foto: duniamotivasi 101.wordpress.com)
(foto: duniamotivasi 101.wordpress.com)
Jadi tahun 2021 aman untuk berinvestasi saham? Menurut saya, fivety-fivety. Sekali lagi ini saran, jadi berhati-hati saat melakukan investasi di pasar saham. Happy Trading and Happy New Year.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun