Dunia investasi, pasar saham dan pasar uang itu kejam. Tidak pandang bulu latar belakang sosial, ekonomi dan pendidikan. Modal uang sedikit atau segudang bukan jaminan kesuksesan. Orang-orang seantero dunia terlibat di sini dan siap melibas siapa saja yang kurang siap.
Siap dalam arti segalanya. Di pasar saham, ada individu atau kelompok yang memiliki ilmu dan pengetahuan cukup luas. Didukung teknologi informasi terkini dan pengalaman bermain saham  di seluruh dunia.
Seperti di Indonesia Stock Exchange. New York Stock Exchange, NASDAQ, Shanghai Stock Exchange, Tokyo Stock Exchange, Hongkong Stock Exchange, London Stock Exchange dan banyak lagi.Â
Berani menjawab tantangan admin Kompasiana ? Coba renungkan dalam perjalanannya 10 sampai 15 tahun kedepan. Bukankah pelaku investasi saham  juga berkembang pemikiran dan teknik bermainnya.
Termasuk rumor, istilah mentereng untuk hoaks yang berseliweran di lantai bursa. Informasi positif sebuah emiten atau saham di media massa, tidak secara otomatis menaikkan harga saham. Bisa jadi, kebalikan arah.
Sebagai investor yang telah melewati masa puber pertama. Adakalanya iri dengan sebagian orang yang beruntung sebagai new comer. Pengalaman dan pengetahuan saham, boleh dibilang minim. Tetapi berhasil membeli kendaraan bermotor dari keuntungan transaksi saham, dalam tempo singkat.Â
Bagaimana ini terjadi ? Jangan kaget. Memang begitulah pasar saham. Sayangnya tidak semua orang memiliki keberuntungan yang sama, di tempat ini.
Apakah "pengamat" ini punya rekening di salah satu sekuritas? Pernah bertransaksi? Atau mereka peramal yang dapat dengan tepat, melihat sebuah peristiwa sebelum terjadi?
Saat indeks bursa saham Indonesia rontok dan harga saham berguguran. Sang pengamat, pakar dan analis ekonomi ini masih berkata ekonomi Indonesia kuat dan baik di televisi
Kontan salah satu pelaku saham dengan emosi kira-kira berkata demikian, "Ke sini, tunjukan mana saham yang akan naik. Kalau cocok, tak bayar Rp 10 juta."
Ucapan itu seperti diamini oleh pelaku pasar lainnya lewat senyum sinis dan grundelan tidak suka akan kata-kata sang pengamat tersebut. Tapi peristiwa itu sudah lama berselang.Â
Betapa ramainya kantor sekuritas, saat harga saham berguguran dan nilai rupiah jatuh dengan cepat dari Rp 2000 atau Rp 4000 satu dolarnya. Menjadi Rp 13.000 dalam waktu kurang seminggu, seingat saya.
Nah, bagi calon investor tahun 2021 masih percaya pada tulisan dan analisa para pakar dan pengamat ? Apalagi penulis dadakan, yang tidak jelas kemampuan dan kapasitas serta kapabilitasnya dalam dunia investasi saham.
Membaca buku tentang tips berinvestasi saham, tidak salah untuk menambah wawasan. Walau belum tentu penulisnya sukses dalam trading saham.Â
Saya bukan (MI) Manajer Investasi atau Master Investasi
Saya tidak memberikan tips bagaimana berinvestasi saham yang aman dan selalu cuan. Sebab saya bukan seorang MI atau Manajer Investasi sebuah sekuritas atau lembaga keuangan. Apalagi Master Investasi, yang layak memberikan tip investasi saham.
Saya hanya memberikan saran. Dibaca sambil lalu saja. Pertama, terampil berinvestasi membutuhkan proses. Tidak ada yang instan. Cepat lambatnya memahami perdagangan saham tidak lepas dari niat belajar, kejelian dan kesabaran. Supaya mampu memprediksi harga saham yang mendekati kebenaran. Dalam jangka sehari, seminggu, sebulan, setahun atau beberapa jam bahkan menit atau beberapa detik ke depan.
Sudah lama saya terjun ke investasi saham. Tapi waktu, bukan jaminan menjadi master investasi di dunia saham. Walau saya pernah merasakan keuntungan besar dalam waktu 15 menit.Â
Juga mengalami kerugian cukup besar manakala harga saham perlembarnya jatuh di angka terendah nilai rupiah. Bahkan dijual murah saja tidak ada yang bersedia membeli. Termasuk merasakan menerima kertas saham perusahaan yang sudah di delisting alias didepak dari Bursa Efek Jakarta karena bangkrut.Â
Jawaban saya tergantung kemampuan, ketrampilan dan kepekaan serta pengalaman berinvestasi saham dari masing-masing individu. Dan saya merasa kurang tepat jika harus memberi tips kepada mereka yang akan berinvestasi saham di tahun 2021. Saya hanya mampu memberi saran, bagaimana berinvestasi saham.Â
Saran kedua, jangan mencampur uang investasi saham dengan uang kebutuhan sehari-hari, termasuk jenis tabungan rumah tangga lainnya. Berinvestasi di pasar saham dalam jumlah banyak atau sedikit, anggap dana investasi tersebut sudah hilang. Jangan menjadi andalan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, apalagi semacam tabungan dalam keadaan darurat.
Jika mendapat keuntungan dapat ditarik atau sebagai keuntungan. Dijadikan modal tambahan berinvestasi, juga boleh. Jika rugi, boleh tambah modal atau tetap bertahan dengan modal awal, lebih berhati-hati dalam bertransaksi.Â
Menentukan berapa persen keuntungan yang akan direalisasikan saat harga naik. Tidak lepas dari pengalaman dan jam terbang bermain saham. Merasa cukup kala beruntung sedikit. Atau masih merasa kurang, bisa-bisa malah tidak jadi cuan.
Lakukan simulasi
Saran  keempat karena saya bukan master. Saya menyarankan sebelum melakukan aksi beli walau sudah menanamkan modal atau dananya di akun pasar bursa Indonesia. Ada baiknya berlatih lebih dahulu lewat simulasi perdagangan real time. Bukan perdagangan demo dari aplikasi. Tapi itu terserah anda sebagai investor.Â
Termasuk cari penyebab, mengapa harga naik atau turun setelah dibeli. Temukan alasan, mengapa saham tersebut dijual atau masih disimpan. Baik saat harga naik atau turun. Jangan lupa juga cari info terkait aksi corporate, apa yang dilakukan perusahaan  saham yang anda pilih. Walau simulasi, anda harus tetap serius dengan modal awal.Â
Jangan lupa catatan simulasi disimpan, mulai dari hari pertama sampai hari terakhir. Supaya mengetahui apa penyebab kesalahan dan kecocokan saat bertransaksi. Sekaligus sebagai kenang-kenangan jika anda sukses nanti dan selalu cuan saat bertransaksi.Â
Perlu nomer Go Pay saya, untuk dicatat juga? Ah, ini bercanda, tapi serius juga gak papa. Namanya juga saran.
Saran ketujuh saya kutip dari beberapa pemain saham senior. Apakah dia pemain biasa atau terkenal seperi Warren Buffett dan Lo Kheng Hong. Sarannya sederhana. Sabar. Maknanya dalam jika memahami kata tersebut. Salah satunya tidak terpengaruh adanya aksi panic buying atau panic selling di pasar.
Saran kedelapan. Baca buku Seni Berperang tulisan asli dari Sun Tzu. Bukan yang sudah diintepretasikan, dianalisa dan ditulis ulang oleh para ekonom beneran atau pengamat. Tapi baca terjemahan aslinya. Pelajari sendiri maksud isi dari tulisannya.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H