Awal bulan Oktober, bersama dengan beberapa blogger Yogyakarta, saya diundang untuk cicip Dawet Kani. Langsung saya berpikiran ini pasti bukan dawet biasa. Apalagi jika mengingat bahwa dawet pada umumnya itu, ya …, minuman yang sangat merakyat tidak lepas dari santan serta rasa manis.Â
"Itu mengusik rasa penasaran saya dengan Dawet Kani. Apa sih yang luar biasa dan membedakan dengan dawet lain ?", tanya saya pada diri sendiri.
Saat berada di tempat jualannya yang baru buka tiga hari. Saya dikejutkan dengan pernyataan pemilik warung Dawet Kani ini, Danial Ahsin, saat secara khusus ngobrol dengannya. Sesekali obrolan kami terhenti karena Danial harus melayani beberapa orang yang ingin merasakan dawetnya.
Di hari pertama buka, 150 cup dawet gratis dibagikan kepada orang-orang yang tinggal tidak jauh dari warungnya. Tidak hanya itu saja, karyawan kantor yang berada di sekitar Jakal atau Jl. Kaliurang Km 10 Ngaglik, Sleman,Yogyakarta. Juga beruntung mencicipi dawet yang mengusung cita rasa asli dari kota Kudus, Jawa Tengah.
"Strategi promosi dari keluarga yang secara turun temurun dalam berjualan memang demikian," jelas Danial.Â
"Satu minggu sampai dua minggu kita berikan semua kepada orang yang ada di sekitar. Atau yang ingin tahu, kita jualan apa dan jika sudah diberitahu kita jualan dawet. Kita beri kesempatan mereka untuk tahu dengan merasakan dawet secara gratis." tambah Danial.
Bentuk promosi lainnya, jika ada yang beli satu gelas diminum di warung atau dibawa pulang dalam bentuk cup. Kita menanyakan di rumah ada siapa saja.
Tujuannya untuk mengetahui berapa jumlah orang di rumah pembeli yang diberi dawet gratis. Jika ada tiga orang di rumah dan hanya membeli satu, maka pembeli tersebut akan membawa pulang empat cup Dawet Kani.
Cara mengenalkan produk Dawet Kani ini dengan bagi-bagi gratis untuk memulai usaha jualan dawet ternyata sudah dilakukan sejak lama. Danial tidak segan menyebutkan sudah turun temurun. Ini berarti sejak Simbah atau Kakeknya Danial di Kudus.