Mohon tunggu...
Ko In
Ko In Mohon Tunggu... Wiraswasta - Berikan senyum pada dunia krn tak sedikit yg berat beban hidupnya

Mendengar dan bersama cari solusi.

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Lagi-lagi, "La Vita e Bella"

6 September 2020   22:12 Diperbarui: 10 September 2020   11:40 269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Logo Nanamia Pizzeria (foto:ko in)

Hidup itu indah, hidup itu cantik dan hidup itu memukau. Hidup bukan rutinitas, bukan pula sekedar menjalankan peran yang harus dilakoni dari hari ke hari. Mulai matahari terbit sampai tenggelam, demikian berulang esok dan keesokannya lagi.

Hidup itu lebih dari sekedar hadiah atau pemberian tetapi karunia yang patut disyukuri dan tidak tergantikan oleh apapun. Maka dalam menjalani kehidupan mesti ada rasa terima kasih atau syukur yang tidak ada habisnya.

Sebagaimana ada pada diri Nana pemilik Nanamia Pizzeria, yang selalu nampak gembira, bersahaja, murah tawa dan senyum. Terlihat dari sudut matanya  yang kerap menyempit, saat terdengar tawa riangnya saat bertemu dengan kami walau mulutnya tertutup dengan masker.

Keramahannya tidak berkurang walau sekitar tiga tahun, saya tidak bertemu dengannya. Perjalanan membangun Nanamia Pizzeria selama 13 tahun, hingga seperti sekarang tidak mengurangi sifat rendah hati. Obrolan saya dengan Nana bersama Kompasianers Jogja lainnya, terasa hangat dan penuh keceriaan.

Nanamia Pizzeria Gejayan (foto:ko in)
Nanamia Pizzeria Gejayan (foto:ko in)
Apalagi saat suaminya masuk ke salah satu toko barunya yang menyediakan bahan pangan kebutuhan sejenis untuk makanan khas Itali. Letaknya bersebelahan persis dengan resto Nanamia Pizzeria di Jl. Mozes Gatotkaca, Gejayan, Yogyakarta. 

Melihat saya, suami Nana langsung menyebut nama saya dengan jelas. Dalam hati, saya mengagumi daya ingatnya. Padahal saya memakai masker. Tampilan Matthias masih nampak gagah seperti tiga tahun lalu.

Suasana pun bertambah ramai. Keramahan dan keceriaan semakin menghangatkan perbincangan kami. Matthias dan Nana adalah pasangan yang melahirkan Nanamia Pizzeria dengan pizza khas yang tipis. Otentik seperti dari negeri asalnya.  Bahan bakunya didominasi oleh bahan impor.

Tungku pertama Nanamia Pizzeria (foto:ko in)
Tungku pertama Nanamia Pizzeria (foto:ko in)
Bukan untuk gaya-gayaan atau jaim alias jaga image tetapi untuk menemukan cita rasa yang khas. Seperti pizza Italia, apalagi Matthias sudah melalang buana ke berbagai negara dan memiliki pengalaman sebagai juru masak atau chef di berbagai negara. Jadi mengerti benar bagaimana pizza Italia itu semestinya.

Bahan baku asli Indonesia bukannya jelek tapi kadar air atau tingkat keasamannya terlalu tinggi sehingga sulit untuk memperoleh cita rasa yang diinginkan sebagaimana cita rasa pizza dari Italia. 

Hal itu disampaikan oleh Juli Ristanto Head of Food and Beverage Nanamia Pizzeria awal September 2020 di resto pizza Nanamia Pizzeria Gejayan yang letaknya tidak jauh dari kampus-kampus ternama di Yogyakarta.

Kelebihan pizza dengan rasa otentik ini terletak pada upaya menghasilkan cita rasa yang khas tanpa bumbu masak atau michin atau MSG dan tanpa bahan pengawet. 

La Vita e Bella (foto:ko in)
La Vita e Bella (foto:ko in)
Bahan yang selalu dihindari sejak Nanamia Pizzeria berdiri dan inilah penyebab mengapa setiap kali saya makan pizza atau pasta di resto ini di Gejayan atau yang ada di Tirtodipuran, berapapun jumlahnya tidak merasa pusing. "Ups, buka rahasia pribadi."

Suasana resto yang welcome selalu membuat saya betah lama-lama di sana menikmati hidup sebagaimana tertulis di belakang seragam waiters Nanamia Pizzeria atau yang tertulis di kaca. "La Vita e Bella".

Hidup itu indah atau hidup itu cantik, kira-kira begitu terjemahan bebasnya. Tulisan itu seperti mengingatkan siapa saja yang membaca, untuk tidak lupa bersyukur dan berterima kasih kepada Sang Pemilik Kehidupan. Pemilik rasa cinta yang tiada habisnya kepada manusia ciptaannya.

Sedotan dari pelepah daun pepaya (foto: ko in)
Sedotan dari pelepah daun pepaya (foto: ko in)
Kata-kata itu bukan sekedar slogan kosong tetapi mencoba ditunjukkan dengan tindakan oleh manajemen Nanamia Pizzeria. Hidup itu menjadi lebih indah jika dunia atau bumi juga terjaga lingkungannya. Sehingga nampak bersih dan sehat dapat dinikmati kecantikannya. 

Resto pizza ini ikut berperan menjaga kelestarian bumi lewat aksi peduli pada bahan-bahan yang ramah lingkungan. Pembungkus makanan untuk take away atau delivery sudah ramah lingkungan.

Dalam kesempatan acara "kenduri" kecil-kecilan sebagai ucapan syukur Nanamia Pizzeria berulang tahun yang ke-13 tepatnya tanggal 10 September bersama sejumlah wartawan dan Kompasianers Jogja. Juli Ristanto menjelaskan sejak tahun 2018 restonya sudah menggunakan sedotan dari pelepah daun pisang. 

Dalam benak saya langsung muncul pertanyaan bagaimana menghilangkan getahnya yang terkadang membuat gatal di kulit. Bagaimana ini jika getahnya terkena bibir, lidah atau saluran pencernaan yang sensitif dengan bahan asing.

Pizza membuat semua orang gembira (foto:ko in)
Pizza membuat semua orang gembira (foto:ko in)
Juli menjelaskan sebelum digunakan direndam terlebih dahulu ke dalam cairan backing soda guna menghilangkan getahnya. Ukurannya pun ukuran yang kecil. "Bahan bakunya mudah karena diambil dari desa dimana ada karyawan yang kebetulan memiliki pohon pepaya di rumahnya," tambah Juli.

Nah, siapa terinspirasi untuk berbisnis jualan sedotan dari pelepah daun pepaya? Jujur dan ngaku saja, bisa komen di bawah tulisan ini. Tidak perlu malu. Bukankah hidup ini indah? Saling bertukar informasi dan saling menginspirasi satu dengan yang lainnya.

Rasa kenyang makan pizza bersama-sama dengan ukuran large tidak bisa dihindari. Tradisi kembulan memang tidak bisa lepas dari budaya Indonesia walau yang dimakan pizza, bukan urap atau trancam. Makan bersama sama tanpa sendok garpu memang menambah akrab suasana. Ah, hidup itu memang indah.

Indah karena pizza belum habis,  keluar pasta dalam dua mangkok besar. Muncul penyesalan kenapa tadi tidak membawa wadah atau mangkok plastik supaya dapat dibawa pulang. Perut ini benar-benar terasa kenyang.

Puding gelas atau panna cotta (foto:ko in)
Puding gelas atau panna cotta (foto:ko in)
Tidak lama kemudian waiters membagikan puding gelas. Rasanya enak, lembut dan tidak terlalu manis disertai sedikit rasa masam. Ketika akan pulang, tersisa rasa antara malu dan ingin  mengambil puding gelas lagi. Ah,kelihatan udik banget, gak bisa bedakan puding dan panna cotta.

Tapi sekali lagi, "La Vita e Bella". Hidup itu indah. Nanamia Pizzeria mengerti suara hati kecil kami dengan menyediakan kotak yang terbuat dari bahan ramah lingkungan. Untuk tempat pizza atau pasta yang tak habis dimakan di tempat, supaya dapat kami bawa pulang. 

Sesampainya di rumah jika ingin merasakan sensasi pizza atau pasta hangat seperti di Nanamia Pizzeria. Kotaknya bisa langsung di masukkan ke oven. 

Lagi-lagi hidup itu indah. "La Vita e Bella"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun