Kepandaian atau kecerdasan seseorang menjadi tak bermakna jika  tinggal diam di kepala. Tidak mewujud dalam tindakan atau perbuatan baik dan bermanfaat bagi banyak orang.
Menabung atau menyimpan uang di bank atau lembaga keuangan non bank lainnya, seperti koperasi. Merupakan keputusan cerdas yang diperoleh dari pengetahuan dan pengalaman. Walau jumlah simpanan sedikit, jika dilakukan banyak orang maka dana yang terkumpul menjadi berarti bagi aktivitas perekonomian dan bisnis.
Menabung uang di bank itu, cara sederhana manfaatkan produk keuangan yang minim risiko. Bukan sekedar aman dan nyaman manakala ditinggal bepergian atau tidur. Bukan pula supaya uang tidak berjamur atau dimakan rayap, seperti milik Sunardi Warga Kalurahan Putat, Kapanewon Patuk, Gunungkidul.
Lupa itu penyakit manusia. Demikian pula dialami Sunardi yang lupa menyimpan uang hingga mencapai jutaan rupiah. Jadi rusak gara-gara dimakan rayap (jogja.tribunnews.com, 22/7/2020).Â
Kisah rayap makan uang juga pernah terjadi sekitar satu tahun lalu. Waktu itu, sejumlah uang milik Putri Buddin yang diberikan ke neneknya, untuk kebutuhan sewaktu-waktu. Tidak digunakan dan tetap disimpan dalam lemari bahkan ditambah oleh si nenek.Â
Uang bertambah sampai sekitar Rp 10 juta namun celakanya, baru diketahui rusak dimakan rayap. Saat Putri mengecek kembali uang yang pernah diberikan ke neneknya di lemari, setelah neneknya meninggal (kompas.com, 22/08/2019)
Sadar manakaka tidak dapat digunakan akibat kurang perhatian dengan masa berlaku kartu ATM. Sehingga membuat kepanikan kecil karena tinggal satu lembar uang  yang cukup untuk membayar parkir, empat atau lima kali parkir.
Mengurus saat itu tidak mungkin karena bertepatan hari Minggu. Mau tidak mau harus menunggu keesokan harinya. Mengapa tidak menggunakan kartu ATM lain yang dikeluarkan oleh bank lain ?Â
Pertanyaan tidak salah, tidak sedikit dari kita di dompetnya ada lebih dari satu kartu ATM, yang dikeluarkan oleh bank berbeda. Demikian pula saya, memiliki dua kartu ATM dari bank berbeda. Satu bank milik pemerintah dan lainnya lagi dari bank swasta.
Rendah kepedulian dan perhatian
Kartu itu tidak dapat saya pergunakan karena sehari sebelumnya saya melakukan kecerobohan lain. Belum lama saya mengganti nomor PIN (Personal Identification Number) kartu ATM, sebagai tindakan berjaga-jaga jika ada orang yang menyalahgunakan kepandaiannya. Â
Tetapi yang terjadi, saya lupa mengingat PIN baru karena saat itu terburu-buru. Lupa, jika mencoba berulang kali. Lebih dari tiga kali kalau tidak salah. Secara otomatis akan terblokir.
Saat itu hari Sabtu, saya masih santuy, selain masih ada uang di dompet. Juga ada kartu ATM lain dari bank berbeda. Sekali lagi kecerdasan saja tidak cukup. Perlu juga perhatian dan kepedulian dalam memanfaatkan salah satu produk perbankan. Ternyata kartu ATM satunya, tidak dapat digunakan karena habis masa berlakunya atau kedaluwarsa.
Menjadi pemegang kendali pada intinya bukan dikendalikan oleh keinginan untuk memuaskan nafsu konsumtif. Gampang diarahkan oleh informasi yang dikirim pelaku kejahatan lewat SMS atau media sosial, dimana pelakunya semakin pintar mengaduk-aduk emosi lewat berita yang tidak benar.Â
Semakin cerdas memperdayai nalar, menjadikan kita seperti kerbau yang dicucuk hidungnya. Patuh melakukan apa saja, sesuai perintah si pelaku. Termasuk menguras isi tabungan sendiri.
Modus penipuannya semakin beragam, lewat media sosial dan memanfaatkan pengetahuan yang kita miliki. Salah satunya, dengan menakut-nakuti kondisi perekonomian Indonesia semakin terpuruk. Terkait pandemi Corona Covid-19 yang belum jelas kapan berakhirnya. Selanjutnya, terang-terangan meminta kita untuk menarik seluruh dana dari bank lewat ATM atau teller di bank.Â
Mesti cerdas dan kritis
Ini menunjukkan bahwa kecerdasan mesti disertai sikap kritis terhadap setiap informasi yang diterima. Postingannya seolah mengajak cerdas dalam upaya menyelamatkan aset kita dengan cara menarik dana atau uang dari bank.Â
Namun dibalik setiap informasi dan ajakan itu, ada sekelompok orang yang ingin merusak stabilitas sistem keuangan nasional. Jika terpengaruh, kita ikut berperan dan mendukung situasi berbahaya yang dapat memunculkan kerusuhan dan instabilitas politik secara luas.
Jumlah orang yang mudah panik tidak sedikit. Â Mudah dihasut untuk menarik semua dananya dari bank. Jika dalam waktu hampir bersamaan orang menjadi irasional melakukan rush dengan alasan mengamankan simpanannya. Sama artinya membunuh bank secara perlahan.
Aktivitas rush mempengaruhi likuiditas bank dan stabilitas sistem keuangannya. Sesehat apapun sebuah bank akan terganggu jika digerogoti secara bersama-sama, sehingga dapat mengancam hidup bank dan kebijakan makroprudensial aman terjaga Bank Indonesia.
Untuk itu perlu lebih cerdas, kritis dan bijak dalam menanggapi informasi khususnya lewat media sosial. Memahami secara benar memanfaatkan produk keuangan dengan berbagai fasilitasnya seperti kartu ATM. Paham makna The man behind the ATM card.
Mungkin saya termasuk orang yang tidak mudah percaya dengan informasi yang tersebar di media sosial. Juga di media mainstream walau hal itu disampaikan oleh sumber terpercaya seperti pakar, pengamat, atau intelektual dibidang ekonomi dan keuangan. Terkait kesehatan perbankan seperti dalam acara talk show di televisi.
Acara tersebut memang mencerdaskan, membuka wawasan terkait masalah ekonomi, keuangan atau perbankan. Tetapi keputusan untuk menarik sejumlah uang tetap ada ditangan kita dengan kartu ATMnya.Â
Keputusan pemerintah terkait kebijakan moneter yang disampaikan lewat menteri atau pejabat yang berkompeten, tentu sudah melalui pertimbangan masak dan matang. Memperhitungkan segala aspek. Maka saya tetap tenang sambil mencari tahu apa yang terjadi, terkait kebijakan yang diputuskan pemerintah.
Tidak panik dan memperkeruh situasi
Saya berusaha tidak panik dan tidak ikut memperkeruh situasi menjadi bagian dari rush. Bukankah pemerintah menjamin dana kita sampai Rp 200 miliar lewat Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) untuk per nasabah per bank.
Bulan April tahun ini, LPS pernah mengusulkan menaikkan batasan penjaminan simpanan dana nasabah perbankan dari saat ini maksimal Rp 2 miliar (cnbcindonesia.com, 1/4/20). Nah, kurang apa ? Masih panik, cemas dan khawatir dengan simpanan di bank ?
Mestinya panik jika kartu ATM terblokir atau lupa jika masa berlaku sudah habis atau kedaluwarsa. Sehingga tidak bisa dipakai atau digunakan kecuali mengurusnya di bank dimana kita buka rekening tabungan. Sehingga bertemu dengan costumer servis yang ehm, ehm.Â
Itu artinya kita pernah kurang peduli dengan benda atau barang yang kita miliki walau hampir setiap hari kita bawa.
Sebagai pemegang kendali isi rekening tabungan lewat kartu ATM. Secara tidak langsung, kita menjadi bagian dari penjaga stabilitas sistem keuangan. Dengan tidak melakukan aksi yang irasional dan mudah terhasut oleh informasi yang tidak jelas sumber dan keakuratannya.Â
Sebuah kebijakan atau aturan dibuat untuk mengatur supaya ada ketertiban, bukan sebaliknya. Ajakan rush dari orang-orang yang tujuannya pada kepentingan pribadi dan kelompok, menginginkan kekacauan. Jangan diikuti.
Mencari untung dari keruhnya situasi, celakanya jika kekacauan tidak terkendali. Tidak akan ada yang memperoleh keuntungan dari situasi tersebut. Sebab tidak ada yang bisa mengendalikan saat chaos. Segala tatanan diingkari dan dipungkiri bahkan diinjak-injak demi alasan cari selamat atau survive. Ini berbahaya, butuh waktu dan biaya yang tidak sedikit untuk mengembalikan jadi normal kembali.
Bukan kebijakan coba-coba
Kebijakan makroprudensial aman terjaga Bank Indonesia bukan kebijakan coba-coba. Bukan pula kebijakan yang tiba-tiba turun dari langit. Tetapi kebijakan disusun dan dibuat berdasar banyak faktor dan alasan. Salah satunya pengalaman krisis ekonomi yang pernah menimpa negeri ini.Â
Ditambah dengan tukar pengalaman dan saling menimba ilmu antar ahli keuangan dari berbagai negara, kemudian diolah dan diterapkan di negaranya masing-masing, sesuai dengan situasi kondisi yang ada.
Dana simpanan di bank sudah dijamin pemerintah lewat LPS. Informasi yang benar sampai yang ambyar tersaji di berbagai media.Â
Bulan kedaluwarsa ATM juga sudah tertera di kartu. Peringatan hati-hati untuk tidak memberikan nomor PIN juga sudah tersosialisasi dimana-mana. Kurang cerdas apalagi dalam manfaatkan produk keuangan tabungan lengkap dengan kartu ATMnya ?
Masih tidak bisa tidur nyenyak manakala menyimpan uang di lembaga keuangan bank ?Â
Pergilah ke dokter atau psikiater, jangan ke teller di bank. Tapi kalau ingin bertanya, "Ada rayap tidak di bank ?" Boleh-boleh saja. Sekaligus menjawab keraguan sebagian orang, yang masih kurang yakin jika menabung di bank itu aman.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H