Sekali lagi, saya bukan donatur. Saya hanya membagi sejumlah nasi bungkus dari para donatur. Terimakasih para donatur memberi kesempatan saya untuk membagikan hal baik dari anda, dan ikut merasakan indahnya berbagi.
Siapa sangka gara-gara dua nasi bungkus, mampu membuat merinding dan membuat air menggenang di kelopak mata. Tuhan, terimakasih.
Â
Tidak sedikit orang yang sungguh-sungguh lapar karena kurang perhatian dari kita. Tetap diam dan berusaha dalam diam. Tidak "menjual" ketidak berdayaan supaya mendapatkan belas kasih tetapi menjalani dengan kepasrahan yang dinamis. Mungkin karena melihat tidak sedikit orang yang juga "lapar".
Admin Kompasiana menyebutnya lapar mata. Seperti lapar untuk memenuhi keinginan nafsu bukan pada kebutuhan. Mungkin seperti itu maksudnya. Godaan muncul setelah menahan segala bentuk nafsu. Godaan yang mesti dijauhi, salah satunya untuk mengambil sebanyak-banyaknya yang bukan hak milik kita. Godaan muncul setelah menahan "lapar". Lapar terhadap apapun termasuk kekuasan.
Godaan untuk menimbun dan menyimpan. Lebih baik berjamur dan rusak kemudian dibuang, daripada dimakan dan dimanfaatkan oleh orang lain yang membutuhkan. Barangkali saat ini kita sedang dipaksa belajar untuk rela berbagi lewat wabah Corona Covid-19 dan bulan puasa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H