"Alhamdulillah," jawabnya pelan tapi tegas dan nada suaranya seperti mengandung rasa syukur kepada Sang Kasih. Sambil menerima dan melatakkan ke sebuah tempat. Entah keranjang atau tas kain yang di letakkan di depan stang sepedanya karena saya buru-buru untuk kembali ke motor supaya masih sempat jalan karena lampu pengatur lalu lintas masih menyala hijau.
Rupanya warna lampu berubah merah dan saya mesti berhenti. Saat itu saya melihat bapak tersebut masih berjalan menuntun sepedanya melewati persimpangan. Dari jauh, saya lihat bapak itu kemudian menepi di teras atau emperan bengkel atau toko yang tutup. Gelap tidak ada penerangan lampu. Tapi ada bangku yang cukup untuk duduk dua orang.
Bapak itu menyandarkan sepedanya kemudian duduk dan terlihat samar-samar seperti membuka bungkusan berwarna coklat. Karena ada kendaraan melintas dan sinar lampunya, sesaat menerangi bapak yang duduk sambil membuka salah satu nasi bungkus.
Melihat hal itu, mata jadi berkaca-kaca dan warna merah lampu pengatur lalu lintas menjadi pudar seperti kena air. Apalagi melihat samar-samar apa tengah di lakukan bapak tadi dengan nasi bungkus dari donatur-donatur yang baik hati.
Beruntung nyala lampu segera berubah berwarna hijau sehingga air mata haru tidak jadi jatuh. Saat melintasinya saya sengaja sedikit menengok ke kiri, ke emperan toko atau bengkel yang gelap.Rasanya hati ini seperti tersenyum dan penuh dengan perasaan gembira.
Sore itu memberi pelajaran bagi saya. Saya bukan donatur yang memberi nasi bungkus kepada orang-orang yang membutuhkan baik saat pendemi Corona Covid-19 atau karena ingin berbagi sukur di bulan puasa. Saya hanya membantu membagi. Tidak lebih dari itu.
Jujur tulisan ini lama selesai karena harus berhenti berkali-kali. Setiap kali kata diketik di layar tablet. Kelopak mata seperti penuh dengan air mata yang siap jatuh. Sehingga harus meletakkan tablet di meja atau di kursi. Meninggalkan barang sejenak, berjalan ke belakang rumah melihat pohon jambu. Atau berjalan ke teras sambil melihat ayam tetangga yang main ke halaman depan rumah.
Berbahagialah para Donatur
Setiapkali berupaya menyelesaikan tulisan ini selalu teringat ucap syukur bapak tersebut dengan nada yang sulit digambarkan. Ada getar dan terimakasih atau syukur kepada Allah, Sang Kasih yang begitu dalam. Mengingat moment tersebut selalu membuat merinding, bahwa Tuhan begitu baik.Â
Para donatur, pasti senang andai peristiwa sederhana dan hanya berlangsung beberapa menit ini. Bisa dilihat di sebuah video bahwa donasi anda sangat berarti bagi seseorang. Tapi sayang di perempatan tersebut belum ada CVTVnya.
Ah, saya kembali harus menghentikan tulisan ini sejenak agar tidak ada yang melihat kelopak mata saya dari tadi selalu mudah di genangi air.