Mohon tunggu...
Ko In
Ko In Mohon Tunggu... Wiraswasta - Berikan senyum pada dunia krn tak sedikit yg berat beban hidupnya

Mendengar dan bersama cari solusi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Orang-orang Baik

3 Mei 2020   13:47 Diperbarui: 4 Mei 2020   05:48 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Terpasang 24 jam (foto: ko in)

Orang itu pada dasarnya baik karena diciptakan dengan citra yang baik. Dilahirkan atas dasar cinta dan nafsu. Walau tidak menampik sebagian dari kita, proses keberadaanya hanya didasari nafsu. Batas antara cinta dan nafsu itu sangat tipis.

Sebagaimana tipisnya pemahaman serta kesadaran memaknai arti baik sebatas memuaskan kebutuhan dan nafsu cari untung sendiri di tengah kesulitan. Dengan memborong masker, hand sanitizer dan alat pelindung diri (APD) lainnya. Untuk kebaikan diri sendiri. Sementara banyak orang dan instansi kesehatan perlu menjaga diri dari kemungkinan tertular virus yang belum ditemukan obatnya.

Para tenaga medis dan non medis sangat membutuhkan seperangkat alat pelindung diri. Bukan sekedar sebagai tindakan preventif atau berjaga-jaga tetapi sudah menjadi kebutuhan utama agar selamat dalam menjalankan tugasnya. Tugas menyelamatkan nyawa orang lain dengan mempertaruhkan nyawa diri.

Pendemi Corona Covid-19 membuka sifat asli sebagian orang. Sifat tamak, rakus, egois dan ingin selamat bahkan angkuh menjadi lebih mudah dilihat dan ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.

Namun sikap welas asih, peduli dan saling perhatian juga nampak pada sebagian orang yang tergerak untuk membantu dan melakukan perbuatan baik. Dari pengusaha besar sampai kecil di Yogya melakukan caranya masing-masing.

Orang-orang Baik dengan Caranya Masing-masing
Komunitas atau paguyuban Pedagang Kaki Lima (PKL) di jalan Jl. Wahidin Yogyakarta, menyediakan sabun cair dan seember air yang terpasang selama 24 jam di kanan-kiri jalan tersebut. Sehingga dapat dipakai oleh pengguna jalan yang melintas. Atau pengunjung warung makan yang buka mulai sore sampai malam.

Terpasang 24 jam (foto: ko in)
Terpasang 24 jam (foto: ko in)
Demikian pula manajemen Sleman City Hall (SCH) yang tanggap akan kelangkaan hand sanitizer dengan memperbolehkam membawa pulang hand sanitizer kepada pengunjung beberapa waktu lalu. Ditambah dengan empon-empon. Ojol pun mendapat perhatian dengan memperoleh vitamin C.

Beberapa rumah sakit mendapat donasi APD. Bahkan beberapa tenant makanan di SCH mendonasi makanan bergizi serta bahan pokok makanan untuk dua rumah sakit yang jadi rujukan kasus Corona Covid-19 di Sleman.

Selain itu warga yang tinggal dekat SCH seperti Desa Bangunharjo dan Gabugan memperoleh bantuan pembangunan tempat cuci tangan lengkap dengan sabun serta peralatan lainnya.

Aksi baik lainnya ditunjukkan Spilla Jewelry Kotagede Yogya. Tanpa banyak publikasi hanya dengan mengandalkan kepercayaan serta kejujuran warga net atau netizen untuk menginformasikan seseorang yang benar-benar membutuhkan bantuan. Spilla Jewelry langsung bergerak memberikan beberapa kebutuhan pokok bagi keluarga-keluarga yang terdampak wabah Corona secara ekonomis.

Apakah itu saudara, kenalan atau tetangga khususnya yang tinggal di Yogya terdampak oleh pendemi Corona Covid-19 dan belum tersentuh oleh bantuan pemerintah. Dapat menginformasikan data orang tersebut ke Spilla Jewelry lengkap dengan kondisi atau keadaannya. Dengan harapan bantuan tersebut supaya tepat sasaran.

Mengawali dengan kata "Twitter do your magic" kemudian dilanjut dengan kata berhuruf besar semua KHUSUS YOGYA. Spilla Jewelry beraksi di dunia maya. Pada awalnya mungkin sebagian orang sempat ragu dengan informasi tersebut khawatir jika hoax .

Berbekal saling percaya dan jujur informasi dari warga net. Aksi tersebut berbuah nyata dimana tidak sedikit orang yang bisa tersenyum dan bersyukur memperoleh bantuan dari orang-orang baik. Sedikit banyaknya membantu dan meringankan beban kehidupan dalam mencari nafkah untuk makan sehari-hari di tengah pendemi Corona Covid-19.

Aksi baik dari sekelompok orang bertambah memasuki bulan puasa. Beberapa komunitas keagamaan dari agama yang sama atau beda sekitar pukul 16:00 mulai membagi nasi bungkus atau nasi kotak secara gratis kepada warga Yogya yang merasa membutuhkan. Tidak sedikit ojol mendominasi mendapatkan sedekah nasi bungkus.

Nasi kotak gratis (foto:ko in)
Nasi kotak gratis (foto:ko in)
Donatur atau Hamba Allah?
Pengurus Masjid Kampus UGM membagi sekitar 250 kotak nasi yang dibagi dalam dua titik. Di Bunderan UGM dekat pintu masuk utama kompleks UGM dan Bundaran Agro dekat selokan Mataram.

Dalam waktu sepuluh menit nasi kotak berjumlah 150 habis terbagikan. Saya mencoba untuk ikut mencicipi nasi kotak. Isinya satu butir kurma, segelas air putih, telur dan sayur  brongkos. Wah, pas sekali dengan kesukaan saya.

Menurut keterangan salah satu pembagi nasi kotak, dana untuk membuat nasi berasal dari para donatur dan pembagian nasi tersebut dilakukan sampai hari ke dua puluh  bulan Ramadhan.

Kita masih memiliki orang-orang baik yang tidak ingn menonjolkan diri dan ditonjolkan. Mereka tidak ingin disebut namanya hanya ingin disebut donatur saja. Sebagaimana saat saya mencoba menanyakan kepada seorang bapak yang mengantar 150 nasi bungkus ke sekretariat Kobar Peduli

"Wah..., saya hanya disuruh ngantar. Saya disuruh membuat 150 nasi bungkus dan disuruh ngantar ke sini. Begitu saja pesannya," jelas seorang bapak yang mengantar nasi bungkus ke Sekretariat Kobar Peduli. Beberapa menit sebelum pembagian nasi bungkus untuk mereka yang kurang mampu dan terdampak dari pendemi dimulai tepat pukul 16:00.

Saat relawan sibuk membagi nasi bungkus kepada mereka yang membutuhkan. Datang sepasang suami istri beserta anaknya membawa sejumlah nasi bungkus dalam tas kresek ukuran cukup besar.

Jumlahnya memang tidak cukup banyak tetapi aksi tersebut nampaknya sebagai upaya orangtua memberi didikan secara langsung kepada putranya untuk memiliki kepedulian dan saling membantu. Lewat berbagi nasi bungkus dalam rangka memperingati hari ulang tahun sang anak .

Kegiatan membagi nasi bungkus oleh komunitas Kobar Peduli atau Sego Mubeng ini dalam situasi normal tidak ada wabah. Biasanya dilakukan setiap hari Sabtu pagi dengan jumlah berkisar 250 bungkus nasi lebih, tergantung pada donasi yang masuk ke sekretariat.

Beberapa hari melihat aktivitas pembagian nasi bungkus oleh Komunitas Kobar Peduli yang menyediakan sekitar 250 bungkus bertambah menjadi 460 bungkus. Atau bertambah menjadi 480 bungkus di hari lainnya.

Antri (foto:ko in)
Antri (foto:ko in)

Bahkan Jumat sore itu, saya melihat sendiri antara jumlah penerima dan pemberi nasi bungkus seperti saling berlomba. Dalam waktu kurang dari satu jam atau sekitar 50 menit, 555 nasi bungkus habis terbagi. Padahal awalnya hanya ada sekitar 250 nasi bungkus yang siap dibagikan oleh Kobar Peduli.

Jadi teringat kisah tentang lima roti dan dua ikan yang cukup untuk memberi makan lima ribu orang. Inikah yang dinamakan magic dari orang-orang baik, disebut Donatur atau menyebut diri hamba Allah?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun