Mohon tunggu...
Ko In
Ko In Mohon Tunggu... Wiraswasta - Berikan senyum pada dunia krn tak sedikit yg berat beban hidupnya

Mendengar dan bersama cari solusi.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Satu Orang Meninggal Tiap Hari?

15 Maret 2020   06:45 Diperbarui: 15 Maret 2020   07:01 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nyamuk temannya Aedes aegypti (foto: ko in)

Meremehkan kerap menjadi bumerang jika memandang orang atau mahluk lain dengan sebelah mata. Mengakibatkan hilang kewaspadaan dan menjadi kurang awas. Karena kegagalan, kehancuran diawali dari sikap congkak dalam memandang sesama mahluk hidup.

Seorang olahragawan atau atlit tinju yang over confidence, percaya diri berlebihan atau memandang remeh lawannya siap-siaplah limbung, jatuh, mencium kanvas bahkan sulit berdiri dan kalah. Oleh sekali pukulan keberuntungan akibat meremehkan atau melihat kecil lawannya.

Sebagaimana kebanyakan dari kita kerap meremehkan keberadaan mahluk kecil yang sangat ramping dibandingkan dengan mahluk sejenisnya, nyamuk Aedes aegypti atau Aedes albopictus. Ternyata dapat menumbangkan orang dewasa dengan berbagai bentuk, ukuran dan berat badan yang dimiliki, ke rumah sakit atau ke tempat peristirahatan terakhir.

Kantor Kementerian Kesehatan belum lama ini merilis data yang menyebutkan 104 orang sudah meninggal dalam kurun waktu 3 bulan, sejak Januari akibat terkena penularan demam berdarah dengue (DBD). Padahal data tersebut belum tiga bulan penuh karena  Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi menyampaikannya kepada sejumlah wartawan, pada tanggal 11 Maret.

104 orang meninggal bukan jumlah yang sedikit apalagi angka tersebut dicapai belum genap tiga bulan. Atau rata-rata setiap hari satu orang meninggal akibat virus Dengue yang ditularkan oleh nyamuk yang berkostum belang hitam putih.

Nyamuk ini boleh dikata sebagai nyamuk yang cerdik. Menggigit manusia di waktu atau saat orang sibuk melakukan aktivitasnya secara pasif. Seperti duduk, berdiri atau tiduran. Tidak harus saat tidur. Jika saat tidur digigit nyamuk itu hal yang biasa. Biasa dilakukan oleh nyamuk lain, yang perilakunya tidak out of the box.

(foto:Tribunnews/care2)
(foto:Tribunnews/care2)


Nyamuk belang ini mampu memanfaatkan kelengahan orang saat melakukan aktivitas sehari-hari. Saat orang bekerja di kantor, duduk di ruangan kelas mengerjakan tugas yang diberikan guru. Mendengarkan seminar atau mengikuti diskusi di kampus. Dengan menggigit kaki kita yang tidak tertutup kaos kaki atau celana panjang.

Bukan hanya bagian bawah anggota tubuh yang menjadi favorit serangan atau gigitan nyamuk yang menjadi vektor virus Dengue. Tetapi juga lengan leher bahkan daun telinga jadi sasarannya.

Bunyi, "Nguuu....ng, nguuu.....ng" dekat telinga kerap membuat reflek tangan kita, untuk menepuk nyamuk tersebut. Kadang berhasil membunuhnya tapi kerap lebih banyak tidak mengenainya dan celakanya kita sering beranggapan Si Belang ini mati atau pergi jauh mencari sasaran orang lain.

Namun yang terjadi, Si Belang hanya memindah sasaran tidak lagi sekitar kepala tetapi sekitar lengan atau kaki yang tidak tertutup baju, celana atau kaos kaki. Manakala tangan kembali reflek menepuk bagian kaki yang digigit Si Belang karena merasa sakit atau gatal. Saat itulah jika nyamuk Aedes aegypti atau Aedes albopictus yang membawa virus Dengue dari seseorang yang sudah digigitnya. Menularkan pada diri kita.

Maka gigitan yang baru saja dirasakan adalah cindera mata yang terakhir dalam hidupnya. Akan menjadi sakit terkena demam berdarah dengue (DBD)  jika daya tahan tubuh sedang menurun, kurang istirahat, terlalu capek maka kemungkinan sakit lebih besar. Walaupun sudah berhasil membunuhnya bukan berarti potensi tertular DBD menjadi nol. Ingat sebelum mati ditepuk, Si Belang sudah meninggalkan ciuman mesra di kaki atau lengan.

(foto: pixabay)
(foto: pixabay)
Ciuman. Maksudnya gigitan nyamuk Aedes Egypti atau Aedes albopictus mengakibatkan 17.820 orang tertular DBD di tiga bulan pertama tahun 2020. Sebanyak 104 orang tidak tertolong nyawanya, usai digigit nyamuk yang membawa virus Dengue. Sebagaimana disebutkan Siti Nadia Tarmizi kepada sejumlah wartawan beberapa waktu lalu.

Lingkungan kampus, kantor dan sekolah merupakan lingkungan bersih, air di bak kamar mandi atau toilet terkontrol supaya tidak ada jentik nyamuk. Tetapi siapa yang dapat melarang Si Belang beranak pinak di sela-sela dahan tumbuhan yang ditanam di pekarangan tempat kerja dan studi.

Dalam beberapa kasus tidak heran anak-anak  kerap menjadi korban. Hal ini logis karena Si Belang aktif melakukan gigitan atau ciuman saat anak-anak sedang belajar di kelas. Antara pukul 09:00 sampai sekitar pukul 11:00 kemudian dilanjut lagi mulai sekitar pukul 14:00 sampai menjelang sore sekitar pukul 17:00. 

Tetapi ada penelitian yang menyebutkan masa aktif nyamuk ini melakukan kegiatan gigit-menggigit antara pukul 08:00 sampai sekitar pukul 17:00. Nah, seperti seorang pegawai atau pekerja.

(foto: cnnindonesia)
(foto: cnnindonesia)
Tidak sedikit Sekolah Dasar yang menerapkan aturan berpakaian dengan rok untuk pelajar putri atau celana pendek untuk pelajar putra dengan baju lengan pendek. Sehingga mudah digigit nyamuk Aedes aegypti atau Aedes albopictus.

 Anak-anak dalam kasus tertentu menjadi mudah terkena DBD karena  memiliki kebiasaan tidur siang. Hal ini menjadi sasaran empuk Si Belang yang  siklus hidupnya tidak lama hanya sekitar satu minggu. Daya jangkau terbangnya juga terbatas dalam radius 100 meter. Tetapi begitu efektif  menularkan virus demam Dengue.

Pengalaman terkena penyakit DBD beberapa tahun lalu, setelah direnungkan salah satu faktornya adalah kurang istirahat dan terlalu capek sehingga daya tahan tubuh turun. Waktu itu teringat jelas saat mengetik di depan laptop, kaki terasa gatal di gigit nyamuk. Reflek, tangan memukul kaki yang gatal. Hasilnya terlihat nyamuk belang sudah gepeng di telapak tangan.

Tiga hari kemudian badan panas dan menggigil di malam hari, kepala pusing tidak terkira. Saat konsultasi ke dokter disarankan untuk cek darah. Setelah menunggu cukup lama. Hasilnya positif.

Nyamuk temannya Aedes aegypti (foto: ko in)
Nyamuk temannya Aedes aegypti (foto: ko in)
"Husss......." Bukan positif hamil. Tapi positif demam berdarah dengue. Puji Tuhan cepat tertangani sehingga memiliki kesempatan bercerita sedikit, saat terkena DBD. Saya pun jadi mengerti, bagaimana saya jadi imun akan salah satu jenis virus dengue, yang pernah menyerang saya. Teapi tidak dengan tiga jenis virus Dengue lainnya.

Artinya saya masih ada kemungkinan terkena DBD dari jenis virus lain dan menurut informasi kesehatan dampaknya  akan lebih parah. Padahal rumah saat ini, tidak jauh dari perkebunan salak. 

Dimana saat musim hujan, nyamuk ramping dengan tubuh belang hitam putih bersama nyamuk lainnya, yang ukurannya lebih besar. Seperti bebas lepas dari penjara. Berlomba-lomba memberikan ciuman maut atau ciuman dengan rasa gatal yang sangat ke badan.

Salah satu upaya pencegahannya dengan menjaga kesehatan tubuh tetap dalam keadaan fit dan berharap tidak ada tetangga atau kenalan  yang sakit DBD. Supaya virus Dengue tidak numpang ke Si Belang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun