Mohon tunggu...
Ko In
Ko In Mohon Tunggu... Wiraswasta - Berikan senyum pada dunia krn tak sedikit yg berat beban hidupnya

Mendengar dan bersama cari solusi.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Jalan Brambang Goreng

16 Desember 2019   08:05 Diperbarui: 16 Desember 2019   08:08 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Brambang Goreng (foto:Ko In)

Perubahan ini menyadarkan Sukma untuk berbagi kegembiraan karena toko kelontongnya mengalami kemajuan luar biasa, setelah bergabung dengan SRC.

Caranya, gantian mendorong para produsen kerajinan lokal untuk memperbaiki kualitas produk. Dari tampilan, kemasan, ukuran serta rasa jika itu terkait dengan makanan atau minuman. Kedua, menyediakan space khusus untuk memajang atau mendisplay produk-produk lokal. Di toko-toko kelontong SRC dikenal dengan Pojok Lokal, penempatannya langsung mudah dilihat oleh pelanggan.

Brambang goreng BuRina juga dapat ditemui di toko kelontong SRC ACDC. Pertemuan Rina dan Sukma tidak sederhana, mesti lewat jalan berliku. Sebagaimana saya mencoba menemukan rumah tempat produksi brambang goreng Bu Rina siang itu.

Saya harus menempuh perjalanan lebih dari 60 km terlebih dahulu. Dimulai dari Bentara Budaya Yogyakarta menuju toko kelontong SRC Rukun yang letaknya sangat dekat dengan pantai. Setelah melihat bagaimana transformasi toko kelontong yang awalnya hanya menempati teras rumah, setelah bergabung dengan SRC sekitar dua tahun lalu. Menjadi toko kelontong yang terus berkembang.

Purwanto pemilik toko kelontong SRC Rukun mengorbankan ruang tamu rumah, untuk memperluas tokonya. Padahal Purwanto beberapa kali mendapat tawaran bergabung ke SRC sejak tahun 2013 namun baru tahun 2017 dia memutuskan untuk bergabung.

Mencapai keberhasilan memang banyak cara, salah satunya lewat jalan berliku. Tetapi disitulah orang mendapatkan nilai bukan sekedar nilai uang atau materi tetapi juga nilai kehidupan lainnya.

Perjalanan berliku saya menemui Rina berlanjut, dengan menyusuri Jl. Parangtritis kembali ke Yogya dan akhirnya bertemu dengan Rina yang supel pembawaannya. Butuh waktu lebih dari dua jam perjalanan saya untuk menemuinya. Walau sebenarnya waktu tempuh dapat diperpendek hanya sekitar 20 menit dari Bentara Budaya ke kampung Prawirodirjan.

Tetapi kita tidak pernah tahu secara pasti jalan apa dan bagaimana, mesti kita tempuh dalam kehidupan termasuk usaha atau bisnis. Jika saya. Eh, Rina menemukan jalan brambang goreng diawali lewat jualan mie instan matang.

Demikian halnya perjalanan Andreas Jamal Hardani pengrajin cemilan stick bawang, keripik talas dan keripik pangsit dari Gunungsari, Sambirejo, Prambanan.  Jalan berliku tidak kalah seru dalam mencapai keberhasilan.

Hampir putus asa menawarkan produk makanan cemilan yang mendapat penolakan untuk titip di warung atau toko-toko. Jika ada yang menerima produknya ternyata banyak tidak laku. Hingga suatu kesempatan Jamal ketemu dengan Sukma pemilik toko kelontong SRC ACDC. Untuk titip jual produknya.

Dalam beberapa kesempatan Sukma meminta pada Jamal untuk memperbaiki kemasan, ukuran dan rasa dari cemilannya. Berkali-kali, produknya ditolak oleh Sukma karena kurang ini itu. Jamal mengaku sedih saat itu dan dengan jujur mengatakan, sempat nangis di jalan  usai mendapat kritikan dari pemilik toko kelontong SRC ACDC.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun