Dalam sebuah obrolan di warung makan yang sering dikunjungi oleh laki-laki dewasa. Saya iseng bertanya kepada beberapa pelanggan dengan pertanyaan yang sama. Bagaimana perasaan atau sikap anda jika dalam sebuah pemeriksaan kesehatan, Anda positif mengidap HIV/Aids ?
Saya ajukan pertanyaan tersebut karena saya cukup mengenal mereka lewat cerita-cerita tentang diri mereka saat di warung. Mereka termasuk sebagian orang yang memiliki perilaku seksual berisiko tinggi tertular dan sekaligus berperan ikut menyebarkan virus HIV.
Peter, sebut saja demikian. Perawakannya tidak begitu tinggi tetapi badannya berisi. Tidak kekar tetapi gemuk. Warna kulitnya nampak legam akibat kerap terpapar sinar matahari. Maklum pekerjaannya tidak jauh berkaitan dengan  proyek pembangunan seperti penyediaan sarana prasarana transportasi di berbagai daerah pelosok wilayah NKRI.
Jam terbangnya cukup tinggi, sering berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Istrinya lebih dari satu. Belum lagi jika jarang bertemu dengan istri-istrinya itu, Peter masih memiliki kekasih di kota lain atau di kota yang sama dengan kota dimana salah satu istrinya tinggal.
Tetapi jawaban tersebut yang membuat saya sedikit terkejut. Seperti orang yang merasa tidak takut terpapar virus HIV. Padahal dia mengetahui jumlah penderita HIV terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Peter, nampak seperti orang yang siap menerima risiiko terkait dengan perilaku seksualnya yang cenderung bebas.
"Saya tidak tahu latar belakang kehidupan seksual istri saya, yang saya nikahi saat dia menjanda. Sebelum jadi istri saya, dia juga jalan dengan orang lain yang tidak tahu latar belakangnya," jelas Peter
Jadi jika saya terkena HIV saya tidak akan memberitahukan ke keluarga. Menjaga perasaan mereka. Peter juga merasa tidak tahu virus itu berasal dari orang lain yang pernah berhubungan dengannya atau tertular dari istrinya yang janda waktu itu.
"Saya harus pakai sarung pengaman dong sama mereka, " jawabnya seolah ingin menunjukkan dan menegaskan jika perilaku seksualnya aman. Dan seolah membela orang-orang yang diajak berhubungan intim dengannya yang bukan pekerja seks komersial itu bersih.
Sehingga Peter berani tidak menggunakan kondom. Sebab Peter merasa mengetahui latarbelakang kehidupan seksual teman intimnya. Termasuk kepada dua janda yang dulu belum berstatus istri, yang tinggalnya berjauhan dipisahkan oleh laut.