Lelah setelah aktivitas sehari, sebelum pulang ke rumah menikmati kopi atau kopi susu kereta kopi di pinggir jalan. Sambil membuka smartphone, tangan kiri memegang roti bakar. Mencoba mencari apa yang sedang terjadi di dunia maya. Dunia bayang-bayang yang secara halus menarik orang-orang untuk selalu sibuk dengan gagasan dan sesuatu yang belum tentu nyata.
Jikalau nyata, itu adalah peristiwa yang diulang dengan tangkapan frame yang sangat terbatas. Hanya satu sudut pandang. Satu sisi penglihatan. Padahal memaknai sebuah peristiwa mesti ditangkap secara utuh. Ada hukum sebab akibat, ada sejarah serta latar belakang yang terkadang mesti dimengerti dan tidak jarang mesti diteliti.
Apakah kopi dan dunia internet dapat memangkas waktu supaya dapat menghadirkan fakta kembali ? Kopi susu dan perangkat telpon pintar barangkali mampu menghadirkan cerita dan gambar tentang semangat juang persiapan kemerdekaan Indonesia dan naskah proklamasi, secara berulang.
"Aku yakin, secangkir kopi menemani penulis naskah proklamasi". Apakah para penggemar kopi atau kopi susu yakin, tulisan yang hampir lepas dari pandangan mata saya saat berada di kereta kopi itu fakta ?
Apakah penggemar kopi yakin isi dari tulisan itu fakta atau sekedar pemanis tampilan kereta kopi yang dibuat dari kendaraan roda tiga sejenis bemo atau bajay ?Â
Padahal pantat ini tidak ke mana-mana. Masih duduk di atas kursi plastik atau duduk beralaskan tikar di trotoar jalan kawasan Kotabaru Yogya. Ditemani kopi susu yang rasanya tidak terlalu pahit.
Sesekali memandang ke Utara melihat gunung Merapi kokoh berdiri di sana. Itu mengingatkan kopi yang diminum bisa jadi biji kopinya berasal dari sana. Apalagi harganya relatif murah dibanding dengan kopi dari merek lain.