Tidak sedikit orang yang pernah mengalami situasi tanpa asa. Tertutup segala peluang dan  kemungkinan. Merasa tidak memiliki pilihan. Mentok pada satu titik. Merasa dada sesak dengan berbagai persoalan. Ingin mengeluarkan semuanya tetapi tidak ada yang mengerti dan bersedia mendengar keluh kesahnya.
Bingung kemana lagi mesti mengadu jika doa dan permohonan seolah tidak didengar dan dikabulkan. Merasa diri tidak berarti dan dibutuhkan lagi. Keberadaannya seperti tidak bermakna. Â Hidup seperti tidak berguna dan bermanfaat. Lalu apa gunanya hidup jika tidak berarti.
Awas, jangan melanjutkan, mengembangkan, membiarkan pikiran dan perasaan seperti ini menguasai jiwa, perasaan serta pikiran. Sebab jika diteruskan, apalagi merasa kehilangan harapan karena menanggung banyak beban kehidupan. Memungkinkan dan menjadi salah satu faktor untuk mengakhiri hidup alias bunuh diri.
"Deeerrr, " bunyi pintu yang menutup sendiri karena tertiup angin mengagetkan imaji saya saat mendengar cerita seorang teman yang baru saja berkomunikasi dengan arwah atau roh seseorang yang dulu pernah mengakhiri hidupnya dengan cara menembak kepalanya sendiri dengan pistol di gereja Kotabaru Yogyakarta.
Keputusasaan mendorong jari menarik pelatuk di tempat orang biasa berdoa dan memohon pertolonganNya. Dimana orang dengan kerendahan hati dan tidak memaksakan kehendak diri serta belajar sabar Sebab waktu Tuhan itu bukan waktu manusia. Rencana Tuhan itu indah, tidak seperti rencana manusia.
Rasa sesal pelaku bunuh diri itu terdengar secara tidak sengaja oleh seorang teman saat berdoa di gereja . Waktu itu dia berdoa mohon pertolongan Tuhan akan berbagai masalah yang dihadapi dan dialami. Sehingga terlintas dalam pikirannya untuk mengakhiri hidup dengan bunuh diri.
Manakala terlintas pikiran untuk bunuh diri diantara doa, merenung dan usaha mengelola gejolak hati serta pikirannya. Muncul kembali gagasan tentang bunuh diri. Tiba - tiba terdengar suara "Jangan..." Â Dia kemudian menoleh ke arah suara tersebut karena terdengar lebih keras dari sebelumnya.
Betapa terkejutnya dia, melihat sosok yang masih memakai seragam polisi ada di belakangnya tetapi dengan kepala yang sulit digambarkan bentuknya. Spontan dia berdiri dari posisi duduk kemudian buru-buru keluar untuk menemui rekan-rekannya di halaman  gereja yang sejak tadi menunggunya berdoa.