Mengapa masih merasa iri Gisel, tidak ada yang nyinyir terkait kepergian mantan suamimu ke Bali. Jika dirimu mengaku sudah tidak terlalu memikirkan pendapat netizen atau warganet sebab hanya akan menggangu pikiran.
Pendapat seseorang atau yang terkait dengan seseorang tidak lepas dari apa yang pernah dilakukan. Sebab hal itu tidak terlepas dari perjalanan hidup atau sejarah hidup seseorang.
Setiap orang memiliki standar penilaian tentang yang ideal dan yang patut. Manakala gambaran yang ideal itu runtuh karena sosok ideal itu tidak dapat memenuhi apa yang menjadi harapan. Maka yang terjadi kekecewaan.
Demikian juga dengan pendapat publik atau masyarakat menyikapi figur artis, khususnya terhadap Gisel di media sosial. Pada mulanya, Gisel adalah harapan. Gisel adalah panutan. Gisel adalah nilai ideal yang ingin dicontoh. Gisel dengan kecantikan, kemampuan personal saat tampil di media, menjadi harapan dan representasi tentang yang baik bagi masyarakat.
Sadar atau tidak, publik  masih kecewa dengan runtuhnya rumah tangga Gisel Gading. Kemudian diutarakan dalam berbagai bentuk. Entah ungkapan halus sampai yang kasar. Bahkan dalam beberapa kasus lain ada yang tidak cukup dengan kata vulgar tetapi juga tindakan.
Ungkapan hati Gisella Anastasia yang bernada keirian terhadap mantan suaminya Gading nampak manakala menjawab sebuah pertanyaan dari wartawan. Namun jawabannya mengandung kegetiran terkait masalah rumah tangganya.
"Mas Gading lagi ke Bali, nih. 'Tuh, kalau bapaknya ke Bali, enggak ada yang nyinyir.' Kalau saya yang ke Bali, (saya) dibilang puber," kata Gisel (16/8/2019) ditemui dalam acara ulang tahun Rafathar di Jakarta, (kompas.com).
Benar atau salah jawaban yang diperoleh, dapat dipercaya atau tidak kebenarannya. Kurang mendapat perhatikan. Sehingga terbentuk opini publik.
Walau kemudian Gisel mengaku tidak terlalu memikirkan pendapat Netizen atau opini publik.Namun dengan membandingkan reaksi warganet terhadap dirinya dengan mantan suaminya. Ini menunjukkan masih ada kepedulian, pikiran dan keinginan tahu Gisel akan reaksi publik terhadap dirinya.
Pada dasarnya setiap orang membutuhkan perhatian. Dengan perhatian dirinya merasa diperlukan. Keberadaannya berarti. Entah melakukan perbuatan atau tidak.
Seseorang yang mendapat perhatian secara psikologis membuat dirinya merasa nyaman dan aman karena merasa tidak sendirian. Kemajuan teknologi komunikasi membantu seseorang menjadi lebih mudah memaknai diri ada artinya bagi orang lain. Khususnya yang menghubungi lewat smartphone atau gadget atau yang menanggapi dengan komentar di wall atau status di  media sosial. Walau itu nyinyir sekalipun.
Kemampuan memaknai peristiwa secara menyeluruh memang tidak mudah. Membutuhkan kelapangan dan kedewasaan hati dalam menyikapi perbuatan atau tindakan. Baik aksi atau reaksi.
Tinggal bagaimana menempatkan dalam sudut pandang dimana dan yang mana. Rasa iri Gisel boleh jadi benar. Kenapa Netizen kerap nyinyir jika Gisel melakukan sesuatu. Atau barangkali kita, netizen yang gemar menghakimi lewat kata-kata nyinyir. Tanpa mencoba lebih tahu duduk perkaranya. Yang penting posting dulu karena kecewa, tidak memperoleh sesuatu seperti diharapkan terkait apa yang terjadi dengan publik figurnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H