Kunci benda yang tidak terlalu besar namun memiliki fungsi yang tidak dapat dianggap remeh. Maka tidak heran sebagian orang meletakkan kunci di tempat yang mudah dijangkau, diingat dan dicari.
Tetapi tidak sedikit dari kita pernah merasakan kehilangan kunci karena lupa dimana meletakkan padahal menurut perasaan sudah diletakkan di tempat semestinya. Agar mudah dicari saat dibutuhkan atau saat akan digunakan.
Demikian halnya saat sulit menemukan kunci kendaraan, entah mobil atau motor yang tidak ada di tempat. Khususnya saat akan berangkat ke tempat kerja atau aktivitas lainnya seperti sekolah dan tempat usaha.
Bahkan ibu-ibu yang terkenal rapi dalam menata rumah dengan semua isinya, jadi jengkel dan mudah sewot karena tidak menemukan kunci kendaraan dengan mudah pada saat diperlukan untuk belanja ke pasar atau mini market terdekat.
Tidak sedikit orang mengalami hal serupa, walau sudah ada tempat tersendiri dan menjadi kesepakatan anggota keluarga kunci kendaraan di letakkan di tempat tersendiri dan khusus. Sehingga mudah terlihat dan mudah dicari oleh seluruh anggota keluarga saat dibutuhkan.
 Pada awalnya seperti biasa mengambil kunci kendaraan dari tempatnya dan sudah ada di tangan. Tetapi karena suatu hal masuk kembali ke dalam rumah untuk mengambil barang yang terlupa.
Pada saat itu tidak jarang kita lupa menaruh kunci kendaraan, yang tadi merasa sudah ada ditangan atau saku. Entah baju atau celana namun kenyataannya tidak  ada.Â
Sehingga mencoba merunut kembali semua aktivitas saat akan bepergian. Ada yang  dapat menemukan kembali dengan cepat namun tidak jarang yang membutuhkan waktu lebih lama. Bahkan ada yang tidak berhasil menemukannya kembali.
Apa jadinya jika di saat genting, seperti saat terjadi gempa atau kebakaran. Seisi rumah tidak dapat keluar rumah untuk menyelamatkan diri gara-gara kunci rumah tidak ditemukan dengan cepat dan mudah.Â
Walau sudah ada kesepakatan seluruh anggota keluarga untuk meletakkan semua kunci rumah di tempat khusus dan tersendiri.
Pada suatu malam di kos tiba-tiba terbangun gara-gara kebelet pipis. Celakanya saat akan membuka pintu, tidak menemukan kunci pintu kamar kos yang biasa saya taruh di atas meja belajar. Antara bingung mencari kunci dan menahan pipis menjadi siksaan tersendiri saat itu.
Sudah mencoba tenang dan mengingat dimana kunci pintu kamar kos diletakkan, ternyata tidak membantu ditambah rasa yang tidak enak saat menahan keinginan buang air kecil.
Sejak peristiwa itu, kunci kamar kos tidak pernah lepas dari pintu. Tetap berada di lobangnya dengan posisi terkunci saat tidak bepergian atau tidur
. Apalagi tinggal di Yogya lebih dari empat tahun, memberi pelajaran berharga tentang cara cepat keluar dari kamar kos atau rumah guna menyelamatkan diri bila terjadi gempa.
Gempa malam Minggu itu sempat mengejutkan sebagian warga, yang mendengar seperti suara gesekan dan melihat tembok seperti bergerak. Padahal delapan hari sebelumnya (2/8/2019) sebagian warga Yogya merasakan gempa cukup keras. Lampu gantung di rumah penduduk bergoyang keras atau cepat.
Menurut BMKG, gempa itu pusatnya di 147 klometer barat daya Sumur, Banten dengan kekuatan 7,4 SR yang berpotensi tsunami. Padahal dua bulan sebelumnya Yogya juga sudah dikunjungi gempa. Tepatnya pada hari Minggu (9/6/2019) yang pusatnya berjarak 185 km barat daya Yogya dengan kekuatan 5,7 SR.
Gempa yang sering melanda Yogya mengingatkan dan menyadarkan diri bahwa pengetahuan tentang ancaman bahaya bencana seperti erupsi gunung berapi, lahar  dingin, awan panas, angin puting beliung dan bencana. Merupakan pengetahuan yang wajib diketahui, selama tinggal di kota yang penuh pesona.
Dengan siaga bencana, minimal dapat menghindarkan diri dari kemungkinan menjadi korban dengan luka atau cedera yang fatal. Memiliki reaksi atau tanggap situasi dengan cepat tetapi tetap tenang dan tidak panik.
Pengalaman saat mengalami bencana menjadi pengetahuan yang layak dibagikan agar bermanfaat bagi orang lain.
Pertama, biarkan kunci pintu kamar kos atau kunci pintu rumah tetap ada di lobangnya walau posisi pintu terkunci. Hal ini untuk mengantisipasi kemungkinan panik saat terjadi bencana karena kepanikan tidak jarang membuat orang tidak mampu berpikir logis dan mengingat secara baik.
Ketiga, jangan lupa selalu tersedia senter atau alat penerang berenergi baterai dekat tempat tidur yang mudah diraih. Tidak jarang sesaat setelah gempa, angin puting beliung atau erupsi gunung berapi aliran listrik padam. Â
Entah karena  jaringan listriknya putus terkena bencana atau sengaja diputus untuk menjaga keselamatan warga atau masyarakat terkena sengatan aliran  listrik dari kabel yang putus akibat pohon tumbang, banjir, gempa atau yang lainnya.
Keempat, jangan lupa selalu menyiapkan tas siaga bencana. Apalagi jika sudah ada peringatan dari BMKG terkait kondisi cuaca atau alam.
Jangan lupa pula cek kembali dapur apakah kompor gas masih menyala atau tidak manakala diitinggal menyelamatkan diri dari bencana seperti gempa.Â
Kompor menyala saat ditinggal menyelamatkan diri berpotensi mengakibatkan kebakaran karena api masih menyala terjatuh sehingga membakar benda atau barang yang mudah terbakar.
Jangan sampai sudah jatuh tertimpa tangga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H