Mohon tunggu...
Ko In
Ko In Mohon Tunggu... Wiraswasta - Berikan senyum pada dunia krn tak sedikit yg berat beban hidupnya

Mendengar dan bersama cari solusi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Patjar Merah, Buku dan Perempuan

5 Maret 2019   16:14 Diperbarui: 6 Maret 2019   12:41 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tugu dan bekas toko buku Gunung Agung(foto:Ko In)

Menurut National Institute of Literacy, literasi artinya kemampuan individu untuk membaca, menulis, berbicara, menghitung dan memcahkan masalah pada tingkat keahlian yang diperluan dalam pekerjaan, keluarga dan masyarakat. Sedangkan Education Development Center  menggaris tebali bahwa literasi itu kemampuan membaca kata dan membaca dunia.

Perempuan (foto:Ko In)
Perempuan (foto:Ko In)
Perempuan dan Medsos

Jeny Jusuf dan Kalis Mardiasih di hari kedua kegiatan literasi dan pasar buku Patjar Merah menyampaaikan beberapa pengalamannya terkait dengan media sosial. Jeny Jusuf penulis skenario film Filosofi Kopi , Wonderful Life, Mantan Manten. Mengakui jika dirinya iseng memanfaatkan instagram untuk menaikkan engagement dan follower.

Atas saran seorang teman Jeny fokus dalam salah satu topik bahasan khususnya tentang perempuan. Di sebuah kesempatan, ia lontarkan pertanyaan sederhana yang ditujukan untuk laki-laki dan perempuan lewat instagram. Ternyata memperoleh respon yang cukup mengejutkan, 80 persen yang menjawab pertanyaanya adalah perempuan.

Dari situ, Jeny menyadari bahwa ada banyak persoalan di luar dunianya. Sehingga membuat dirinya tergerak untuk membuat sebuah komunitas yang membuat para perempuan nyaman untuk menyampaikan masalah-masalah yang mereka hadapi. Tanpa takut dikatakan lebay atau dinasehati.

Perempuan dan gaya (foto: Ko In)
Perempuan dan gaya (foto: Ko In)
Jeny tidak menampik jika sejumlah ancaman dari diculik dan dibunuh mampir di akunnya. Dan tidak semua DM dijawabnya. "Bisa mati muda  kalau saya jawab karena jumlahnya ribuan. Dan isi DM kebanyakan tentang putus dengan pacar, belum dapat jodoh  atau karena sudah tidak perawan," jelasnya. 

Sementara Kalis Madiarsih, yang namanya mencuat sekitar dua tahun lalu, terkait isu politik dan sebagai anggota komunitas Gusdurian yang aktif di medsos. Menjumpai  tidak sedikit keanehan atas perilaku pengguna media sosial. 

Kalis bertanya pada dirinya sendiri kenapa orang mudah marah di medsos tanpa alasan tidak masuk akal. Suatu hari orang posting foto bersama istrinya dengan caption yang menyejukkan. Tapi di hari berikutnya share foto atau video politik dengan caption menyeramkan.

Dari penelusurannya, yang bersangkutan ternyata memiliki gelar doktor dari perguruan tinggi di luar negeri. Tetapi mengapa perilakunya di medsos seperti orang yang tidak bahagia dan kesepian. Atau apakah struktur otaknya  berubah? Yang mendapat balasan tawa dari peserta diskusi di Patjar Merah.

Baca (foto: Ko In)
Baca (foto: Ko In)
Mungkinkah sang doktor itu sudah lupa bagaimana cara membaca? Atau perlu mendapat edukasi literasi ?  Entahlah.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun