Sehat saat mudik itu suatu keharusan. Bertemu orangtua dan saudara itu menyehatkan ingatan akan asal. Tanpa mereka, kita ini tidak ada artinya apa-apa. Oleh karena itu saat mudik itu harus sehat. Sehat secara fisik dan rohani.
Namun apa jadinya jika dua hari sebelum mudik, terjadi gangguan suhu panas tubuh naik. Kepala pening, tenggorokan sakit dan yang paling menjengkelkan hidung seperti kran air yang bocor. Air terus menetes dari hidung.Â
Tissu basah memenuhi tempat sampah. Minum obat flu bukan pilihan tepat karena takut memberikan efek ngantuk.  Rencana mudik ke Semarang, memerlukan stamina dan konsentrasi  tinggi. Tetapi apa daya flu menyerang.
Mendapatkan obat paracetamol bukan hal yang sulit karena mudah dibeli di apotek, mini atau supermarket, warung klontong, toko obat. Paracetamol tergolong obat bebas. Artinya, obat ini dijual bebas tanpa resep dokter.
Namun pemakaiannya tidak boleh asal walau relatif aman dikonsumsi dan tanpa pengawasan tenaga kesehatan. Mesti  sesuai dengan petunjuk yang tertera dalam kemasan obat.
Saat menyebutkan paracetamol, penjaga apotek langsung mengambilkan satu emplek . Jumlahnya sekitar sepuluh butir. Kemudian saya lihat kemasan sepintas dan langsung mencari tanggal kedaluwarsa, biasanya ada dibalik kemasan.
Tertulis ED: JAN 2020, MFG: JAN 3015 dan HET atau harga eceran tertinggi. Saya balik lagi di kemasan depan tertulis 500 mg disertai dengan No.Reg yang terdiri dari gabungan angka serta huruf. Â GBL 9607102904 A1, ada pula nama perusahaan yang memproduksi serta lokasi perusahaan.
Tips aman membeli produk makanan dan obat dengan cara cepat yang biasa saya lakukan: Â Â Â
- Pertama, mencermati kemasan produk apakah masih dalam kondisi baik atau tidak. Tanpa kerusakan seperti sobek, berlobang apalagi penyok.Â
- Kedua, mengetahui tanggal kedaluwarsa. Biasanya diawali huruf  Expired Date, Exp, ED atau kedaluwarsa. Bedakan dengan MFG atau MFD, artinya informasi pembuatan atau Manufacturing Date.Â
- Ketiga, melihat label khususnya nama produk. Kemudian mencari gambar lingkaran hijau atau biru dengan garis hitam dipinggirnya. Hijau artinya obat bebas dan biru obat bebas terbatas.
- Keempat, jika tidak ada gambar lingkaran hijau, biru atau merah. Saya melihat keterangan izin dari pemerintah berupa deretan urutan huruf dan angka. Tetapi biasanya saya cukup memperhatikan dua atau tiga huruf pertama untuk memastikan obat yang saya beli. Saya pastikan huruf  G, pada digit pertama untuk obat generik dan huruf B digit kedua yang artinya obat bebas. Jika digit kedua tertera huruf K artinya obat ini obat keras yang harus dengan resep dokter.
- Kelima, berlanjut mencari nama produsennya serta alamat, biasanya nama kota dimana dibuat. Beberapa produk ada yang cantumkan nomer layanan keluhan konsumen atau alamat email serta webnya. Ini biasanya banyak dicantumkan oleh produsen makanan dan minuman olahan.Â
- Keenam, baru kemudian mencari tahu isi atau kandungan obat. Â
Ternyata kebiasaan tersebut tidak jauh beda dengan anjuran pemerintah untuk #cekklikbpom. Namun bukan berarti saya tidak pernah mendapat pengalaman tidak menyenangkan saat mengonsumsi produk pangan olahan. Saya mempunyai pegalaman kecut campur pahit saat minum susu kemasan UHT, dari merek cukup terkenal.Â
Saya tidak buru-buru membuang susu yang rasanya aneh tetapi menuangkan ke gelas. Ternyata ada jamur, warnanya berbeda dengan susu dari merek dan jenis yang sama. Jadi ngeri, membayangkan susu rusak masuk ke dalam perut.
Selanjutnya, saya cari alamat email atau nomor telpon keluhan konsumen yang tertera di kemasan. Setelah melakukan komunikasi lewat email dengan menceritakan pengalaman saat meminum susu tersebut. Beberapa hari kemudian ada ucapan perminta maaf dari perusahaan tersebut.
Inti cerita pengalaman tersebut, sefamiliar atau seakrab apapun kita terhadap bahan pangan olahan termasuk yang sudah menjadi langganan. Tetap harus cermat dan teliti saat membeli. Apalagi saat membeli obat, lebih teliti dalam melihat (K)emasan, (L)abel, (I)zin edar dan masa (K)edaluwarsa. Cermat dengan K L I K.
Kembali pada cerita paracetamol untuk menurunkan panas badan yang tidak bisa diajak kompromi  menjelang mudik. Sebelum membeli, saya mencari tahu informasi seputar paracetamol, seperti indikasi beserta kandungannya lewat internet.
Walau sudah mengetahui obat ini termasuk golongan obat bebas atau ada huruf B di nomer registrasinya.  Namun saya tetap kepo pada paracetamol.
Manfaat lain, dengan mengetahui informasi awal tentang obat, saya dapat bertanya ke petugas jaga atau apoteker di apotek. Terkait info obat paracetamol yang belum ada di internet.
Selain paracetamol, Â saya membeli suplemen vitamin C. Tujuannya, manakala suhu badan turun, saya menggantinya dengan suplemen vitamin C untuk meningkatkan daya tahan tubuh.
Persiapan mudik tidak hanya cek kondisi kendaraan tetapi juga cek kelayakan makanan, obat dan suplemen yang akan kami konsumsi selama perjalanan dengan cek K L I K.Â
Â
Cek KLIK....
Untuk menciptakan rasa nyaman dan aman masyarakat saat mengonsumsi pangan dan obat. BPOM (Badan Pengawas Obat Makanan) mengingatkan masyarakat dengan cek KLIK. Artinya cek (K)emasan. (L)abel,(I)zin edar dan masa (K)edaluwarsa untuk setiap bahan pangan dan obat.
(K) untuk Kemasan
Perhatikan kemasan, jangan sungkan meminta ganti barang  jika kemasan terlihat kusam. Terjadi perubahan warna juga bentuk kemasan. Penyok, berlobang atau sobek.
Jangan takut dan malu dikatakan rewel oleh penjual. Bukankah pembeli adalah raja. Tetapi jangan mencari kesempatan dengan cari-cari masalah jika memang barang yang kita beli tidak ada cacat atau kerusakan.Â
Jika penjual bertahan dan mengatakan barang tinggal satu-satunya padahal kondisi kemasannya tidak layak beli. Lebih baik mencari di toko atau apotek lain. Jangan mengorbankan kesalamatan dan kesehatan kita oleh nafsu mengonsumsi produk yang dikatakan tinggal satu-satunya.
(L) untuk Label
Perhatikan label saat membeli obat. Biasakan membaca informasi penting di label atau kemasan untuk menjamin kepastian dan keamanan saat mengonsumsi  obat. Beberapa manfaat membaca label diantaranya:
Memahami komposisi atau bahan aktif yang terkandung dalam obat. Kandungan aktif ini merupakan senyawa kimia yang berfungsi untuk menyembuhkan gejala penyakit. Sangat dimungkinkan dalam satu obat lebih dari satu kandungan aktif.
Memahami manfaat kegunaan atau indikasi. Dalam tiap kemasan obat biasanya tertulis komposisi, kategori dan indikasi. Ada kategori analgesik atau penahan rasa sakit, antihistamin meredakan alergi atau gatal dan dekongestan untuk legakan hidung tersumbat. Â
Disamping itu terdapat informasi yang menyebutkan bagaimana cara menyimpan obat. Umumnya disarankan disimpan di tempat  kering dan tidak terkena sinar matahari langsung.
Cermati tulisan "Perhatian". Berisi anjuran untuk berkonsultasi dengan dokter jika sakit masih berlanjut atau terjadi efek samping. Serta ada larangan penggunaan obat pada kondisi tertentu.
Pahami jenis obat dengan gambar. Lingkaran hijau dengan garis tepi hitam, artinya obat bebas. Sedangkan untuk obat yang memuat gambar lingkaran biru dengan garis tepi hitam artinya obat bebas terbatas. Obat ini termasuk obat keras tetapi masih dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter dan disertai dengan tanda peringatan dalam kemasan atau labelnya. Â
Lingkaran merah dengan huruf K di dalamnya dan garis tepi hitam merupakan obat keras. Untuk memperolehnya harus dengan resep dokter. Golongan obat keras diantaranya obat psikotropika yang dapat mempengaruhi saraf pusat dan perubahan perilaku yang mengonsumsinya.
Pahami label peringatan,bentuknya berupa empat persegi panjang warna hitam dengan tulisan warna putih. Isinya tentang peringatan jenis obat dan huruf P 1 sampai P 6. Biasanya merupakan obat keras. Perusahaan obat yang terpercaya dan terdaftar di BPOM umumnya mencantumkan nama perusahaan beserta nama kotanya.
Â
(I) untuk Izin edar
Izin edar tercantum di kemasan yang ditandai dengan nomor registrasi. Sejak tahun 1981 BPOM mengatur nomor ini secara sistematis. Contohnya paracetamol yang saya beli tertulis no.reg GBL9607102904 A1. Terdiri dari 15 digit.Â
Digit pertama G artinya, generik. Jika hurufnya D artinya dagang.  Digit kedua B, artinya bebas jika K artinya obat keras.  Selain huruf B atau K ada huruf lain. N untuk obat narkotika, P obat psikotropika, T obat bebas terbatas dan H obat untuk hewan.
Digit ketiga L artinya obat tersebut merupakan produk lokal jika I artinya impor. Sedangkan jika ada huruf X di digit ketiga artinya obat itu untuk keperluan khusus.
Digit keempat dan kelima GBL9607102904A1. Menunjukkan tahun pendaftaran pada periode tertentu. Kemudian digit keenam, tujuh dan delapan dengan angka 071 menunjukkan nomer urut pabrik. Digit kesembilan, sepuluh dan sebelas dengan angka 029 menunjukkan nomor urut obat yang disetujui untuk masing masing pabrik.
Digit keempatbelas tertulis A menunjuk kekuataan sediaan obat pertama yang disetujui. Jika tertulis B, sediaan kedua yang disetujui, jika C yang ketiga dan selanjutnya.
Terakhir, digit kelimabelas, angka 1 artinya paracetamol yang saya beli menunjuk pada kemasan utama. Jika angkanya 2 berarti menunjuk beda kemasan yang pertama dan selanjutnya.
Tidak mudah memahami angka-angka tersebut dan tidak sedikit masyarakat dibuat bingung saat membedakan antara obat dan suplemen. Apalagi cara-cara promosi suplemen yang mengarahkan persepsi masyarakat seolah-olah suplemen yang diiklankan itu sama dengan obat.
Vitamin C yang saya beli cukup aman dikonsumsi karena sudah menyertakan empat informasi utama KLIK. BPOM mengeluarkan nomor registrasi yang berbeda untuk obat, suplemen, bahan makanan, jamu dan kosmetik. Â
Vitamin C yang saya beli nomer registrasinya  SD 021.501.851. Sementara obat batuk milik keponakan nomer registrasi TI 084.627.811. Kode SD artinya suplemen produksi dalam negeri. Kode TI artinya obat tradisional import.  Sedangkan jika berkode TR artinya obat tradisional produksi dalam negeri. Jika SI artinya suplemen impor.
Jika mahal diongkos untuk telpon, tidak ada salahnya mencari informasi dan bertanya tentang banyak hal seputar obat dan makanan lewat media sosial resmi BPOM. Ada instagram, facebook dan twitter atau situsnya di www.pom.go.id. Â
(K) untuk Kedaluwarsa
Kedaluwarsa atau expired date, tidak sedikit orang yang sudah memahami artinya. Bahkan jika tanpa ada tulisan ED, Exp atau kedaluwarsa dan hanya tertulis 12.03.2021, paham angka  tersebut menunjuk pada tanggal, bulan dan tahun kedaluwarsa. Seperti suplemen vitamin yang saya beli.
Namun tidak sedikit dari kita yang bingung dengan kode huruf dan angka seperti MFG: JAN 3015 sebagaimana dibalik kemasan paracetamol. Ada yang mengartikan tahun kedaluwarsa, padahal itu informasi bulan, tanggal dan tahun pembuatan. MFG kependekan dari kata Manufacturing .
Saran saya pastikan setelah membuka kemasan, bungkus atau membuka tutup obat tidak ada perubahan warna, bau atau aroma. Termasuk bentuk serta rasa. Jika menjumpai hal itu, tandanya obat tidak layak konsumsi walau jauh dari tanggal kedaluwarsa.
Beberapa ciri obat tidak layak konsumsi diantaranya:
- Untuk obat cair seperti sirup, ada perubahan warna dan kelarutan. Tidak lagi homogen atau terlihat ada endapan di bagian bawahnya dan terdapat partikel kecil yang mengambang. Bau serta rasanya berubah menjadi sangat tajam.
- Untuk obat salep atau krim terjadi perubahan bentuk seperti menggumpal atau malah sangat lembek dan hilangnya komponen air.
- Untuk obat padat seperti pil, puyer, tablet atau kapsul selain terjadi perubahan warna, bau dan rasa. Terlihat muncul bintik-bintik pada tablet, ukuran besar panjangnya berubah dan ada retakan. Atau kapsul menjadi lengket, meleleh dan menggelembung. Untuk puyer jadi menggumpal.
Alhamdulillah, acara mudik dan balik tahun ini berjalan lancar. Sebelum balik ke kota perantauan, tidak lupa membawa oleh-oleh berupa bandeng duri lunak khas Semarang dan gethuk dari Magelang.
Cek KLIK, tidak pernah lupa. Sambil memraktekan #panganamanmudik. Tidak hanya untuk obat tetapi juga untuk jenis makanan olahan. Caranya sama. Pastikan keamanan oleh-oleh makanan buat sahabat dan saudara dekat, tetangga dengan mencermati (K) kemasan,(L) label, (I) izin edar dan (K) kedaluwarsa.
Terakhir golongan makanan dengan keterangan SP untuk produk makanan yang diawasi Dinas Kesehatan dengan mendapatkan Setifikat Penyuluhan.
Tidak terasa aroma bandeng goreng  berbalut telur dadar terbayang dan membuat lapar. Apalagi salah satu sahabat yang mendapat oleh-oleh bandeng, kirim foto bandeng goreng lewat medsos. "Cegluk..."
Â
Â
Â