Mohon tunggu...
Ko In
Ko In Mohon Tunggu... Wiraswasta - Berikan senyum pada dunia krn tak sedikit yg berat beban hidupnya

Mendengar dan bersama cari solusi.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Memilih dengan Cerdas

21 April 2018   22:31 Diperbarui: 22 April 2018   00:21 962
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebagian orang mengecilkan arti pentingnya mengkonsumsi kentang sebagai bahan makanan utama. Padahal kandungan nutrisi kentang memiliki banyak manfaat bagi kesehatan tubuh dibanding nasi dan gandum.

Celakanya dari tahun ke tahun negeri ini tidak lepas dari impor beras dan berusaha untuk swasembeda beras guna memenuhi kebutuhan pangan sebagian warganya, yang susah untuk beralih dari nasi sebagai bahan makanan utama.

Negeri ini termasuk negara  yang bergantung  kepada negara lain terkait dengan kesediaan beras dan tepung terigu atau gandum. Jadilah negeri ini, negeri yang tidak mandiri ditambah dengan pola makan yang kurang sehat karena terlalu banyak mengkonsumsi beras dan gandum.

(breakthrough-generation.com)
(breakthrough-generation.com)
Beras atau nasi memiliki indeks glikemik tinggi dibandingkan dengan kentang. Indeks glikemik adalah ukuran dimana suatu makanan mampu meningkatkan kadar gula dalam darah.  Nasi putih memiliki indeks glikemik antara 86 sampai 89, nasi merah 55, roti gandum 71 dan kentang ada di bawahnya.

Naiknya kadar gula dalam darah terjadi,  menurut beberapa riset salah satunya karena  tidak sarapan. Jika tidak makan pagi kadar gula akan naik setelah makan siang. Menu sarapan yang kaya protein dan lemak sehat  sebenarnya mampu menjaga kadar gula dalam darah sepanjang hari.

Penyebab lain tingginya kadar gula dalam darah,  makanan yang mengandung kadar lemak tinggi, kurang tidur, kebiasaan merokok, dehidrasi dan pemanis buatan.

(discoverycity.id)
(discoverycity.id)
Kadar gula dalam darah yang tinggi dapat mengakibatkan penyakit diabetes, dan rusaknya beberapa organ  saraf dan pembuluh darah kecil di mata, ginjal serta jantung. Dapat pula menyebabkan sakit kanker pankreas, darah tinggi serta asam urat.

Indeks glikemik pada nasi putih dengan ukuran angka yang cukup tinggi, harusnya menyadarkan kita untuk mulai beralih pada makanan seperti jenis umbi-umbian yang indeksnya di bawah nasi putih, sebagai makanan pokok. Apalagi umbi mudah tumbuh dan dibudidayakan. 

(www.mikirbae.com)
(www.mikirbae.com)
Maka dari itu usaha swasembada beras atau  impor beras sejatinya tidak menyehatkan tubuh rakyat Indonesia dan tidak menyehatkan perekonomian Indonesia.

Sebagai gambaran data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan, impor beras Indonesia  selama 15 tahun dari tahun 2000 sampai tahun 2015 mencapai 15,39 juta ton beras. Dana yang di keluarkan untuk melakukan impor beras mencapai  5,83 miliar dollar atau sekitar Rp 78,70 trilyun. 

Tahun ini Indonesia melakukan impor beras dari Vietnam dan Thailand, sebanyak 500 ribu ton, setelah tahun 2016 dan 2017 tidak melakukan impor.

(kontan.co.id)
(kontan.co.id)
(pinterpolitik.com)
(pinterpolitik.com)
Menurut Hilal Elver dari Pelapor Khusus untuk Hak Atas Pangan Dewan HAM PBB, beranggapan kebijakan pemerintah Indonesia yang berfokus pada swasembada beras bukan solusi jangka panjang bagi ketahanan pangan dan gizi nasional (www.cnnindonesia.com).

Akankah Indonesia seperti orang yang sudah jatuh tertimpa tangga ? Pemerintah mengeluarkan dana cukup besar untuk impor beras. Beras atau nasi yang dikonsumsi  berpotensi menjadi salah satu asupan makanan yang kurang sehat karena nasi memiliki indeks glikemis yang cukup tinggi.

Hal itu dapat memicu naiknya biaya kesehatan masyarakat dan menurunnya kualitas sumberdaya manusia. Belum lagi dengan perilaku pola hidup konsumtif dengan makan makanan dari gandum yang tersaji di hotel,  restoran atau cafe sampai  di warung pinggir jalan semua membutuhkan tepung gandum impor. Dari roti, cemilan sampai mendoan. Tempe yang dibalut dengan tepung kemudian digoreng.

(dietsehat.co.id)
(dietsehat.co.id)
Termasuk  bahan baku untuk pembuatan mie instan dan mie jawa, semuanya membutuhkan gandum. Padahal negeri ini bukan negeri penghasil  utama gandum sehingga harus impor diantaranya dari Australia, Canada, Amerika Serikat. Walau Indonesia  memiliki ladang gandum seperti  di Tosari, Pasuruan,  Jawa Timur dan Sulawesi namun lahan tersebut sebagai tempat penelitian. 

Impor gandum Indonesia terus beranjak naik dari tahun ke tahun dan menjadi keprtihatinan tersendiri . Tahun 2016 angka impor gandum  mencapai  10,53 juta ton, dengan nilai sekitar 2,4 miliar dolar. Meningkat 42% dibanding tahun 2015 impor gandum hanya 7,4 juta ton atau  sekitar 2,08 miliar dollar.

Tahun 2017 USDA(United States Development of Agriculture ) memprediksi Indonesia menjadi negara pengimpor gandum terbesar di dunia dengan total volume sekitar 12,5 juta ton. Prediksi tersebut  tidak meleset.

(mediaindonesia.com)
(mediaindonesia.com)
Data dari Asosiasi Tepung Terigu Indonesia atu Aptindo menyebutkan impor gandum tahun 2017 naik 9,9 % dibanding tahun 2016. Konsumsi gandum mencapai 11,48 juta ton, sehingga  negeri ini harus mengeluarkan dana sebesar 2,65 miliar dolar Amerika. Dengan rincian kebutuhan 8 juta ton untuk konsumsi dan sisanya sekitar  3,8 juta ton untuk pakan ternak .  

Kafi Kurnia, penggagas Indonesia Sembuh atau Sembuh Indonesia, lewat platform digital yang diberi nama Sembutopia, prihatin dengan kondisi negara dan masyarakat yang kurang maksimal memanfaatkan potensi alam yang dimiliki termasuk memanfaatkan bahan pangan asli atau lokal Indonesia.

(dbento.com)
(dbento.com)
Kafi, konsultan marketing mencontohkan bagaimana Vietnam memanfaatkan kelebihan beras dengan cara membuat mie bukan berbahan tepung gandum tetapi dari tepung beras. Sehingga mengurangi ketergantungan dari negara lain.

Kafi Kurnia (Foto: Riana Dewie)
Kafi Kurnia (Foto: Riana Dewie)
Dengan mengkonsumsi produk lokal dan melakukan riset atau pengembangan produk lokal  seperti makanan berbahan dasar umbi, mestinya membuat Indonesia mandiri dalam memenuhi pangan. Kentang bukan asli dari Indonesaia tetapi dapat dibudidayakan dengan baik di Indonesia. Semua pilihan. Umbi atau beras...? Pilihlah dengan cerdas, bukan karena tradisi atau budaya.

Mulai mengganti beberapa bahan baku roti atau kue dan makanan lain dari gandum dengan umbi termasuk kentang. Barangkali pilihan cerdas agar bangsa ini mandiri.

Bertempat di Hotel  Grand Aston Yogyakarta, awal pekan bulan April 2018, sejumlah blogger Yogya diundang untuk mencicipi beberapa makanan berbahan dasar kentang. Sekaligus mengingatkan bahwa tanggal 7 April merupakan hari  Kesehatan Dunia.

Kue Blinis (Foto: Ko In)
Kue Blinis (Foto: Ko In)
Bloger Yogya mendapat sajian Blinis with Asian Fish, Sate Buntel, Krecek Sigar semuanya terbuat dari kentang bukan tepung gandum. Krecek sigar merupakan makanan yang di dalammnya berisi krecek dibalut dengan adonan dari kentang. Seperti balutan adonan tepung gandum di kue molen. Rasanya tidak kalah enak dengan bahan adonan dari gandum.

Kue yang terbuat dari tepung kentang masih terasa empuk setelah 3 hari karena kadar airnya tinggi sementara kue yang terbuat dari tepung gandum umumnya menjadi alot setelah tiga hari dan terkena angin.

Kelebihan tepung kentang lainnya menurut Leonard Tjahjadi, konsultan dan pelaku usaha kentang. Tepung kentang menjadikan roti terasa lebih lembut dan pemberian warna alami pada roti menjadi lebih merata serta hasilnya lebih terang. 

Roti dari tepung kentang (Foto: Riana Dewie)
Roti dari tepung kentang (Foto: Riana Dewie)
Bahkan dari sejumlah penelitian kentang lebih sehat daripada gandum. Selain indeks  glikemiknya rendah, kentang memiliki banyak manfaat. Kentang mengandung banyak zat potasium yang membantu menghalangi terjadinya penumpukan kolesterol dalam darah. Dengan catatan cara memasaknya tidak dengan digoreng tetapi direbus.

(kandungan-gizi-kentang.whfood.com)
(kandungan-gizi-kentang.whfood.com)
Menarik dan menggoda untuk mencicipnya ada krecek cigar. Jangan cepat-cepat menebak ada tembakau di makanan ini. Tepung kentang menjadi  bahan utama untuk menyembunyikan krecek pedas di dalamnya.

Walau sudah lama tinggal di Yogya dan selalu hafal dengan rasa krecek saat makan gudeg atau sambal goreng tempe dan ati. Krecek pedas di dalam Krecek Cigar, membuat kening berkerut dan menebak-nebak sensasi pedas apa yang ditimbulkan dari kue ini. Sadar itu krecek setelah ingat penjelasan Leonard Tjahjadi sebelumnya.  

krecek cigar (Foto: Ko In)
krecek cigar (Foto: Ko In)
sate buntel (Foto: Ko In)
sate buntel (Foto: Ko In)
Demikian pula dengan sate buntel. Dari tampilan seperti sate dengan daging yang empuk dan kelihatan gemuk. Namun setelah lidah merasakan sate ini, teringat bergedel buatan nenek dan ibu di rumah. Yang membedakan, bergedel klas hotel ini ada rasa seperti mint. Rasa ini keluar dari batang serai atau sere dan bergedel ini tidak terlalu banyak minyak. 

Ehmmm.......

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun