Mohon tunggu...
Ko In
Ko In Mohon Tunggu... Wiraswasta - Berikan senyum pada dunia krn tak sedikit yg berat beban hidupnya

Mendengar dan bersama cari solusi.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Memilih dengan Cerdas

21 April 2018   22:31 Diperbarui: 22 April 2018   00:21 962
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Roti dari tepung kentang (Foto: Riana Dewie)

(kontan.co.id)
(kontan.co.id)
(pinterpolitik.com)
(pinterpolitik.com)
Menurut Hilal Elver dari Pelapor Khusus untuk Hak Atas Pangan Dewan HAM PBB, beranggapan kebijakan pemerintah Indonesia yang berfokus pada swasembada beras bukan solusi jangka panjang bagi ketahanan pangan dan gizi nasional (www.cnnindonesia.com).

Akankah Indonesia seperti orang yang sudah jatuh tertimpa tangga ? Pemerintah mengeluarkan dana cukup besar untuk impor beras. Beras atau nasi yang dikonsumsi  berpotensi menjadi salah satu asupan makanan yang kurang sehat karena nasi memiliki indeks glikemis yang cukup tinggi.

Hal itu dapat memicu naiknya biaya kesehatan masyarakat dan menurunnya kualitas sumberdaya manusia. Belum lagi dengan perilaku pola hidup konsumtif dengan makan makanan dari gandum yang tersaji di hotel,  restoran atau cafe sampai  di warung pinggir jalan semua membutuhkan tepung gandum impor. Dari roti, cemilan sampai mendoan. Tempe yang dibalut dengan tepung kemudian digoreng.

(dietsehat.co.id)
(dietsehat.co.id)
Termasuk  bahan baku untuk pembuatan mie instan dan mie jawa, semuanya membutuhkan gandum. Padahal negeri ini bukan negeri penghasil  utama gandum sehingga harus impor diantaranya dari Australia, Canada, Amerika Serikat. Walau Indonesia  memiliki ladang gandum seperti  di Tosari, Pasuruan,  Jawa Timur dan Sulawesi namun lahan tersebut sebagai tempat penelitian. 

Impor gandum Indonesia terus beranjak naik dari tahun ke tahun dan menjadi keprtihatinan tersendiri . Tahun 2016 angka impor gandum  mencapai  10,53 juta ton, dengan nilai sekitar 2,4 miliar dolar. Meningkat 42% dibanding tahun 2015 impor gandum hanya 7,4 juta ton atau  sekitar 2,08 miliar dollar.

Tahun 2017 USDA(United States Development of Agriculture ) memprediksi Indonesia menjadi negara pengimpor gandum terbesar di dunia dengan total volume sekitar 12,5 juta ton. Prediksi tersebut  tidak meleset.

(mediaindonesia.com)
(mediaindonesia.com)
Data dari Asosiasi Tepung Terigu Indonesia atu Aptindo menyebutkan impor gandum tahun 2017 naik 9,9 % dibanding tahun 2016. Konsumsi gandum mencapai 11,48 juta ton, sehingga  negeri ini harus mengeluarkan dana sebesar 2,65 miliar dolar Amerika. Dengan rincian kebutuhan 8 juta ton untuk konsumsi dan sisanya sekitar  3,8 juta ton untuk pakan ternak .  

Kafi Kurnia, penggagas Indonesia Sembuh atau Sembuh Indonesia, lewat platform digital yang diberi nama Sembutopia, prihatin dengan kondisi negara dan masyarakat yang kurang maksimal memanfaatkan potensi alam yang dimiliki termasuk memanfaatkan bahan pangan asli atau lokal Indonesia.

(dbento.com)
(dbento.com)
Kafi, konsultan marketing mencontohkan bagaimana Vietnam memanfaatkan kelebihan beras dengan cara membuat mie bukan berbahan tepung gandum tetapi dari tepung beras. Sehingga mengurangi ketergantungan dari negara lain.

Kafi Kurnia (Foto: Riana Dewie)
Kafi Kurnia (Foto: Riana Dewie)
Dengan mengkonsumsi produk lokal dan melakukan riset atau pengembangan produk lokal  seperti makanan berbahan dasar umbi, mestinya membuat Indonesia mandiri dalam memenuhi pangan. Kentang bukan asli dari Indonesaia tetapi dapat dibudidayakan dengan baik di Indonesia. Semua pilihan. Umbi atau beras...? Pilihlah dengan cerdas, bukan karena tradisi atau budaya.

Mulai mengganti beberapa bahan baku roti atau kue dan makanan lain dari gandum dengan umbi termasuk kentang. Barangkali pilihan cerdas agar bangsa ini mandiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun