Mohon tunggu...
Ko In
Ko In Mohon Tunggu... Wiraswasta - Berikan senyum pada dunia krn tak sedikit yg berat beban hidupnya

Mendengar dan bersama cari solusi.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Kayu Putih Aroma, Jembatan Generasi Z yang Hidup di Dua Dunia

12 Desember 2017   09:38 Diperbarui: 15 Desember 2017   06:22 1005
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
www.banjarmasintribunnews.com dan www.intihealth.com

Setiap orang membutuhkan rasa hangat diterima dilingkungan dimana dirinya berada. Merasa aman, nyaman  dan tentram. Merasa mendapat cinta. Mereka yang sedang sensitif karena merasa tidak enak badan dan hati, terbantu mengembalikan moodnya manakala mendapat kehangatan baluran minyak kayu putih dari orang terdekat atau orang tercinta.

Dari generasi ke generasi, hangat minyak kayu putih dan sentuhan lembut dari orang tercinta. Memberi dampak positif secara fisik dan psikologis bagi yang sedang bermasalah dengan tubuh dan suasana hatinya. Tambahan aroma, di minyak kayu putih Cap Lang memberikan efek menenangkan untuk mereka yang butuh perhatian dan kasih sayang lebih dari biasanya.

Anak kami tiga, walau sudah beranjak dewasa mereka tetap membutuhkan perhatian dan kasih sayang. Dua perempuan dan satu laki-laki. Sejak bayi mereka terbiasa merasakan baluran minyak kayu putih dari tangan mamanya. Ungkapan kasih sayang, tradisi tidak tertulis keluarga yang dilakukan istri, orang tua, sampai nenek ke anak-anaknya.

Kami belajar tentang ungakapan cinta yang tak terucap,  termasuk dari tante atau bibi. Mereka biasa membaluri saudara sepupu dengan minyak kayu putih usai mandi, manakala masih balita atau kanak-kanak.

Generasi harapan masa depan (Foto: Ko In)
Generasi harapan masa depan (Foto: Ko In)
Anak pertama kami lahir di tahun generasinya para Melenial. Nomor dua, adiknya laki-laki lahir tahun 1995. Nomor tiga, perempuan lahir tahun 1996. Mereka berdua menjadi bagian dari generasi yang dinamakan dengan generasi Z. Generasi yang memiliki banyak aktivitas yang sifatnya kreatif, ekspresif, independent dan luas jejaringnya di dunia maya dan dunia nyata.

Walau mereka beranjak dewasa dimata kami mereka masih tetap anak-anak. Mereka masih sering ledhek  atau ejek satu sama lain. Khususnya antara si sulung dan adiknya nomer dua. Sementara si bungsu, cenderung pendiam dan menjadi penonton ketika kakaknya saling ledhek dan bertengkar.

Salah satu topik ledhekan atau ejekan, yang membuat kami tidak dapat menahan tawa,  seputar minyak kayu putih yang dipakai anak nomor dua.

Singkat cerita, anak nomor satu mulai sering menolak dibalur minyak kayu putih oleh mamanya walau usianya saat itu masih duduk di bangku akhir Sekolah Dasar. Kecuali jika  merasa tidak enak badan karena masuk angin atau pusing. Dia tidak protes manakala mendapat olesan atau baluran minyak kayu putih.

Minyak kayu putih Cap Lang (Foto: Ko In)
Minyak kayu putih Cap Lang (Foto: Ko In)
Berbeda dengan adik laki-lakinya, ketika memasuki usia Sekolah Menengah Pertama (SMP). Terbiasa membalur badannya dengan minyak kayu putih usai mandi. Suatu hari kakaknya mencium aroma minyak kayu putih yang begitu kuat saat berpapasan dengan adiknya yang akan berangkat sekolah.

Si sulung berkomentar sambil mencolek pipi adiknya, " Adek bayi, mau sekolah ya....?" sambil senyum-senyum. Tentu adiknya marah sambil mengibaskan tangan kakaknya. Sementara si bungsu yang melihat tingkah kedua kakaknya hanya senyum.

Walau sering mendapat ledhekan dari kakaknya. Kebiasaan itu masih dilakukan sampai menginjak usia ditingkat Sekolah Menengah Atas (SMA). Rupanya kakak dan adiknya mulai bersekutu mengejeknya, terkait kebiasaan memakai minyak kayu putih.

Kebiasaan itu lambat laun mulai berkurang dan jarang semenjak anak kami laki-laki satu-satunya, diterima kuliah di perguruan tinggi negeri. Gantinya, setiap kali ke kampus saat akan melakukan praktikum lapangan, saya sering melihat minyak kayu putih Cap Lang yang biasa ada di kotak obat keluarga berpindah ke tas kuliahnya.

Masuk hutan dan kebun (dok pribadi)
Masuk hutan dan kebun (dok pribadi)
Nyamuk, aneka serangga dan hewan kecil lainnya menjadi teman yang sering dijumpainya, saat melakukan penelitian di hutan di daerah Jawa Timur. Atau kuliah lapangan di Wonosari, Yogya. Jaraknya kira-kira butuh waktu sembilan puluh menit untuk sampai ke hutan Wanagama.

Jika lupa membawa minyak kayu putih maka oleh-olehnya berupa bentol-bentol di tangan dan terkadang leher  penuh dengan bintik-bintik merah .

Sejak itu kakaknya tidak pernah lagi meledhek adiknya. Malah sering mengingatkan, "Dek, minyak kayu putihnya jangan lupa.....!". Manakala mengetahui adiknya akan praktik lapangan. Mungkin kasihan melihat kulit adiknya tambah hitam ditambah bentol-bentol berwarna merah di kulit akibat gigitan serangga yang tidak cepat dioles dengan minyak kayu putih.

Adiknya pun menjawab singkat, "Iya, mbak....!"  sambil berpamitan untuk pergi ke kampus atau ke hutan Wanagama.

Buku dan Kayu Putih Aroma Lavender (Foto Ko In)
Buku dan Kayu Putih Aroma Lavender (Foto Ko In)
Belum lama ini kami siapkan minyak kayu putih aroma lavender Cap Lang diantara buku-buku yang akan dibawanya ke kampus.  Ketika pulang, langsung mencari mamanya untuk minta dibelikan minyak kayu putih aroma Cap Lang ukuran lebih besar. Khususnya aroma lavender.

Generasi Z, Generasi Minyak Kayu Putih Aroma

Menurutnya ada sedikit bau harum. Beberapa teman perempuan yang biasa meminta minyak kayu putih saat praktikum di lapangan. Berkomentar minyak kayu putih yang ini, aroma atau baunya sedikit manis. Mungkin maksudnya, wangi.

Setelah teman-temannya membalur tangan, kaki dan lehernya dengan minyak KayuPutihAroma lavender Cap Lang. Anak saya merasa heran dengan sikap teman-temannya saat melakukan pengamatan atau penelitian terhadap bibit tanaman.

Mereka cenderung lebih teliti, sabar serta betah ada di tempat praktikum lapangan atau hutan untuk mengukur dan mencatat beberapa bibit tanaman yang menjadi obyek penelitian mereka.

"Tumben  Uut yang biasanya bawel, gak sabaran. Jadi anteng bawaannya," cerita anak kami, yang akrab dipanggil Nil oleh teman-temannya.

Mungkinkah generasi Z adalah generasi yang menyukai minyak kayu putih aroma? Waktu yang akan membuktikannya karena anak generasi Z, generasi yang ekspresif dan terbuka pikirannya akan hal baru.

Ukur tunas pohon (dok pribadi)
Ukur tunas pohon (dok pribadi)
Minyak Kayu Putih Aroma Lavender Menenangkan

Aroma lavender menurut penelitian dapat menghilangkan kecemasan atau stress dan meningkatkan mood atau suasana hati. Pengalaman mengoles minyak kayu putih aroma levender Cap Lang. Aroma lavendernya ternyata lebih lama tinggal atau melekat di kulit dibandingkan aroma minyak kayu putihnya sendiri.

Maka tidak heran jika minyak kayu putih aroma levender  membantu anak-anak generasi Z tenang menjalankan kegiatannya di tengah hutan. Membuat anak kami dan teman-temannya merasa lebih nyaman dan tenang saat melakukan aktivitasnya.

Aroma yang menenangkan saat jauh dari kebisingan segala macam aktivitas manusia. Termasuk kebisingan aneka informasi yang melintas di dunia virtual atau maya karena sulit mendapatkan sinyal saat di hutan.

Salah satu ciri anak-anak generasi Z ini, sulit untuk dipisahkan dengan perangkat gadget atau gawainya. Manakala gawainya tidak mendapat sinyal, tidak sedikit anak generasi Z bingung seolah dunia ini kiamat.

dokpri
dokpri
Pengamatan tunas baru (dok pribadi)
Pengamatan tunas baru (dok pribadi)
Praktik lapangan menjadikan mereka asik dengan kegiatan yang nyata, yang riil. Melihat secara langsung, mengalami bagaimana alam ini berproses. Melihat biji berproses menjadi tunas pohon yang baru. Memberi kesadaran anak generasi Z bahwa hidup di dunia nyata itu mengasyikkan apalagi ditemani minyak kayu putih aroma.

Minyak KayuPutihAroma lavender, mampu menghalau nyamuk. Sedikit olesan dapat meredakan sakit karena gigitan serangga atau gatalnya terkena bulu ulat. Keberadaan aneka macam serangga tersebut merupakan sesuatu yang alami dan tidak terhindarkan.

Anak kami dan teman-temannya adalah generasi Z, akrab dengan dunia maya lewat teknologi terkini. Namun tidak melupakan aktivitas nyata mengamati, mencatat dan mendokumentasikan setiap pertumbuhan bibit pohon nangka. Termasuk mencari cara bagaimana menjaga bibit tanaman yang menjadi obyek penelitian mereka, tidak diganggu oleh hama seperti ulat atau bekicot, yang menyukai daun muda. Yang dapat mengganggu pertumbuhan bahkan dapat mengakibatkan matinya bibit pohon muda.

Menjaga tunas baru dari hama (dok pribadi)
Menjaga tunas baru dari hama (dok pribadi)
Kayu putih aroma jadi pewangi badan

Generasi Z, generasi yang masih muda dalam pengalaman hidup. Tetapi mereka memiliki semangat belajar bagaimana menghargai kehidupan. Generasi Z , generasi yang memiliki banyak aktivitas. Generasi yang membawa harapan adanya perubahan. Mereka tidak segan mengekspresikan diri demi sebuah kehidupan yang lebih baik.

Walau terkadang tidak sempat pulang ke rumah atau tempat kost untuk mandi usai praktikum lapangan. Anak kami dan beberapa temannya langsung mengikuti kuliah tambahan atau kegiatan lainnya.

Beruntung ada minyak kayu putih aroma Cap Lang. Selain sebagai penghangat tubuh, dapat berfungsi sebagai pewangi badan menghilangkan bau  badan akibat keringat dan bau lainnya dari hutan atau bau polusi udara dari jalan. Sehingga anak-anak generasi Z tidak canggung mengikuti aneka kegiatan produktif  seperti kuliah atau bertemu dengan kenalan serta teman jejaringnya dari dunia maya.

Minyak KayuPutihAroma bagi generasi Z bagai jembatan dua dunia yang menghubungkan antara yang maya dengan yang nyata.

Teman kampus menuggu diskusi enterpreuner (dok pribadi)
Teman kampus menuggu diskusi enterpreuner (dok pribadi)
Teknologi bagi generasi Z menjadi sarana menyalurkan kreatifitas sekaligus ciri identitas anak pada jamannya. Saya dan si sulung sempat kaget dengan kreativitas anak nomer dua dalam memanfaatkan gadget, gawai atau perangkat komunikasi pintarnya. Sepulang dari kampus dan kegiatan praktik lapangan, dia pulang membawa durian ke rumah.

"Mbak, tak bawain duren...." ujarnya. "Beli dimana, dek...?" tanya kakaknya. "Aku gak beli ini sebagian keuntungan jualan."

"Lho, kamu jualan duren juga di pinggir jalan....?," tanya kakaknya serius campur kaget demikian  pula saya. Karena bayangan saya, dia mendapat durian dari pemberian penduduk, yang tinggal sekitar hutan tempat praktikum lapangannya.

"Ya, gak lah....," jawabnya. "Aku jualan duren on line. Kalau teman kantor butuh duren, buka instagramku ya, Mbak.... Jaminan enak dan matang pohon, siap antar. Siap ganti jika tidak enak." jelasnya sambil promosi ke kakaknya.

instagram anak kedua (Foto: Ko In)
instagram anak kedua (Foto: Ko In)
Mendengar penjelasan anaknya, mamanya berpesan untuk tetap jaga kesehatan dan kondisi tubuh. Apalagi sekarang mulai musim hujan sambil bertanya, "Minyak kayu putih aroma masih nggak...? Kalau gak enak badan, langsung di kayu putih." ujar mamanya.

Saat itu juga si bungsu, anak generasi Z kami yang lebih pendiam, yang sedang di Malaysia mengikuti pertukaran pelajaran, melakukan video call. Mengingatkan tidak lama lagi akan pulang ke Indonesia. Mendengar kabar tersebut, kakaknya nomor dua seperti diingatkan.

"Jangan lupa oleh-olehnya, ya Nin...." katanya. Si bungsu, yang akrab dipanggil Nin langsung menjawab, "Minyak kayu putih.....?"

Kami semua langsung tertawa mendengar jawaban si bungsu. Minyak kayu putih tidak hanya menghangatkan tubuh tetapi juga menjadi jembatan hati serta keakraban bagi keluarga kami.

Informasi tambahan, distribusi penjualan minyak kayu putih Cap Lang sudah menjangkau seluruh negara anggota Asean. Bahkan kini sudah sampai di beberapa negara di Timur Tengah dan Afrika.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun