Balsem waktu itu belum populer seperti sekarang. Pertengahan tahun 70an nampakya simbah baru mengenal balsem. Waktu itu saya menanyakan "Ini apa...?" saat menemukan ada botol balsem tergeletak di kasur, di samping bantalnya. Sayang saya tidak ingat merek balsem yang selalu tersedia di samping bantalnya.
"Kok mukamu pucet. Dikeriiki yo....." katanya sambil membuatkan teh panas. Simbah sudah hafal kalau saya bersedia dikeroki jika hanya dengan bawang merah.
Usai dikerok saya tidur pulas di kamarnya dengan parfum aroma bawang merah. Saat bangun, badan terasa ringan. Sementara bau badan, jangan ditanya. Kamar simbah serasa pindah ke dapur yang menyebarkan bau bumbu masak.
Kini tidak ada lagi yang ngerok saya dengan bawang merah kemudian di balur dengan minyak kayu putih atau balsem.Tradisi kerokan simbah menurun ke ibu juga adik. Saat mengunjungi rumahnya, langsung disambut cerita keponakan.
"Lagi ganti baju, habis kerokan pak dhe.....Biasa lagi pegel-pegel. Bentar lagi selesai kok."katanya. "Ibu, Â kalau dikeroki itu lucu. Kayak anak kecil.Bilang sakit tapi minta diteruskan." jelasnya.
Endorfin menurut mediskus.com  ialah hormon seperti morfin yang diproduksi  tubuh. Efeknya mengurangi rasa sakit dan memicu perasaan tenang. Fungsinya meningkatkan imunitas, mood dan sebagai zat anti penuaan.
Sementara kehadiran Balsem Lang membantu menjaga suhu tubuh tetap hangat selama dikerok. Selain memberi beberapa manfaat :
Pertama, sebagai media melicinkan aktivitas kerokan. Kedua, aroma terapi dengan rasa mint atau menthol merupakan aroma khas yang mampu menciptakan suasana rileks dan menenangkan.
Saat melakukan kerokan aroma Balsem Lang membantu menciptakan suasana nyaman. Tidak heran jika ada istilah kapok lombok. Pedas atau sakit tetapi masih menginginkan lagi untuk dikerok.