Mohon tunggu...
Ko In
Ko In Mohon Tunggu... Wiraswasta - Berikan senyum pada dunia krn tak sedikit yg berat beban hidupnya

Mendengar dan bersama cari solusi.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Cinta, Mangkok Merah dan Peace Ajinomoto

18 Februari 2017   22:36 Diperbarui: 19 Februari 2017   21:51 2199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto:www.ajinomoto.com

Berbicara masakan sesungguhnya berbicara tentang cinta. Aktivitas memasak sejatinya adalah perwujudan dari rasa cinta. Ungkapan cinta dan sayang mewujud dalam sebuah makanan dengan rasa yang sulit disebutkan apalagi mencari padanan katanya. Ekspresi wajah yang mampu menggambarkan tentang kenikmatan dan enaknya masakan yang tengah disantap.

Melihat lahapnya anggota keluarga yang menikmati masakan saat makan adalah kebahagian tersendiri bagi orang yang memasak, karena memasak bentuk ungkapan cinta serta kasih sayang.

Memasak aktivitas yang sarat dengan sentuhan rasa cinta. Walaupun sama dari sisi bahan, bumbu dan cara pengolahan serta penyajian namun hasilnya atau rasanya akan selalu berbeda dan tidak pernah sama antara satu orang dengan yang lainnya. Masakan sop kacang merah atau snereg dengan daging sapi buatan ibu menurut lidah saya merupakan sop snereg yang paling enak. Masakan sop snereg istri belum mampu menyaingi lezatnya masakan ibu demikian pula masakan sop snereg dari ibu mertua.

Namun untuk opor ayam, masakan istri rasanya paling lezat dibanding masakan ibu dan ibu mertua.  Sementara ibu mertua paling jago rasanya dalam memasak sayur sambal goreng tahu dengan krecek. Sementara untuk dadar telor dengan cabe, lidah saya mengatakan masakan nenek yang paling enak dan sulit untuk dicari duanya.

Walau saya sudah puluhan kali membuat dadar telor dengan cabe merah uleg untuk keluarga dengan berbagai cara serta tambahan penguat rasa atau bumbu masak yang dikenal dengan nama moto, vitsin dan ada yang menyebut micin atau MSG (Monosodium Glutamate). Sepertinya tidak pernah bisa menyamai enaknya gorengan dadar telor dengan campuran cabe merah uleg buatan nenek.

Padahal ketika mereka memasak saya mengamati cara mereka manambakan sedikit moto dalam tiap masakannya. Jumlah atau ukurannya itu yang sulit dipastikan, kadang seperempat sendok teh atau hanya seperti menyentuhkan ujung sendok teh ke dalam kemasan penyedap rasa atau moto. Tetapi rasa masakannya tetap sulit untuk ditiru.

Masih teringat jelas bagaimana nenek menambahkan sedikit moto saat mencampurkan cabe merah uleg dengan telor ayam atau telor bebek. Tentunya moto waktu itu bukan moto cap mangkok merah yang kemudian populer dengan nama Ajinomoto. Kenangan indah saat kanak-kanak bersama nenek di dapur waktu menggoreng telur dengan tungku yang terbuat dari tanah liat dan bahan bakar kayu terjadi di awal tahun 1970. Waktu itu usia baru sekitar lima tahun.

Sebutan Ajinomoto nampaknya sengaja lebih ditonjolkan daripada sebutan mangkok merah karena di beberapa daerah dan tempat, nama tersebut mempunyai arti khusus tersendiri. PT. Ajinomoto Indonesia baru berdiri pada tahun 1969 di Jakarta dan mendirikan pabriknya di Mojokerto Jawa Timur di tahun 1970. Sementara rumah nenek berada di salah satu desa di Jawa Tengah, sepertinya pemasaran atau marketing produk jaman dulu belum seluas dan secepat sekarang

Dan nenek menyimpan sisa moto atau bumbu masak bukan di almari atau tempat khusus aneka macam bumbu tetapi cukup menyelipkannya diantara anyaman dinding dapur yang terbuat dari anyaman bambu bersama pisau, parut dan suthil atau alat penggoreng. Bahkan dinding dapur menjadi tempat untung menggantungkan dhandang alat untuk memasak nasi, wajan tempat untuk menggoreng makanan dan kawan-kawannya yang menjadi hiasan khas dapur nenek yang tidak akan pernah ditemui lagi saat ini.

Liburan di rumah nenek menjadi hal yang wajib saat liburan sekolah walau usia sudah meranjak remaja dan itu mengingatkan pada bakso langganan yang hampir setiap hari selalu lewat di depan rumah nenek antara pukul 12.30 sampai pukul 13.30.       

Jangan ditanya berapa mangkok bakso yang bisa dihabiskan dalam seharinya. Malu saya untuk mengakuinya. Semua karena rasa bakso yang sungguh enak dan dengan sabar menunggu penjual bakso meraciknya dalam mangkok.

Sebagaimana kebiasaan anak kecil yang memiliki sifat  ingin tahu demikian pula dengan saya  saat menunggu bakso pesanan.

“Pak, kok dikasih garam dua kali…?,” tanyaku.

“Bukan, yang ini garam, yang ini moto” jawabnya.

Waktu terus berlalu, perubahan terus terjadi tetapi kenangan akan telur dadar campur cabe merah uleg serta bakso langganan masih terpatri di benak dan lidah. Nenek semakin renta dan tidak sampai hati memintanya untuk membuatkan telur dadar dengan campuran cabe merah uleg saat berkunjung ke rumah nenek.       

Penjual bakso keliling langganan masa kecil juga sudah tidak pernah lewat lagi. Karena rindu  bakso khas desa nenek maka pencarian bakso dimulai namun setelah ketemu rasanya tidak sama dengan rasa bakso langganan waktu kecil dulu.

Hingga hari ini, setiap kali usai makan bakso, sekitar lima belas menit kemudian muncul rasa mual dan sakit kepala. Awalnya kurang begitu memperhatikan namun setiap kali selesai makan bakso selalu muncul gejala yang sama. Sampai setiap kali memesan bakso harus ada pesan tambahan yang tidak boleh lupa, tidak memakai moto. Tetapi hasilnya tetap sama, selesai makan bakso rasa mual dan pusing menyerang tidak lama kemudian.

Kata literatur atau  informasi di internet menyebutkan, hal itu merupakan sebagian dari gejala penyakit yang disebut Chinese Restaurant Syndrome karena terlalu banyak makanan yang mengandung MSG. Pertanyaan kemudian muncul mengapa setiap kali habis makan bakso masih mengalami rasa mual dan sakit kepala walau hanya memakan baksonya, kuah tidak ikut disrutup dan tanpa tambahan moto atau vitsin. Kalau tidak keliru, baksonya itu sendiri sudah diberi moto.

Apakah berbahaya mengkonsumsi MSG atau moto, terkait dengan gejala atau tanda  Chinese Restaurant Syndromeyang saya alami. Jawabannya ada dalam putusan Permenkes no.722 tahun 1988 tentang tambahan bahan makanan yang menyebutkan MSG aman dikonsumsi dengan penggunaan secukupnya.

Demikian pula menurut para ilmuwan dan badan kesehatan dunia yang memasukkan MSG sebagai bahan tambahan pangan yang aman untuk manusia. Bahkan Food and Drug Administration (FDA) semacam Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Amerika Serikat berpendapat bahwa tidak ada bukti ilmiah apa pun yang membuktikan bahwa MSG menyebabkan lesi otak dan penyakit kronis. (Kompas.com,7/3/2011). Lesi otak istilah kedokteran untuk menunjukkan adanya suatu cedera atau kerusakan jaringan dalam otak dan lesi otak sangat bervariasi jenisnya.

Tetapi mengapa masakan nenek, ibu, istri, ibu mertua dan masakan yang saya buat sendiri dengan menambahkan sedikit MSG atau moto, saya tidak mengalami gejala  Chinese Restaurant Syndrome ?

Jawaban sepertinya terletak dalam jumlah atau ukuran pemakaian moto atau micin.

Ketika saya memasak tumis buncis dengan bakso dan cabe rawit  menambahkan sedikit bumbu masak Ajinomoto dan saus tiram Saori. Atau  menumis kacang panjang campur ikan teri dan tambahan sedikit Ajinomoto, kecap serta saus tiram Saori. Sesaat setelah memakannya tidak pernah merasakan Chinese Restaurant Syndrome,mual atau pusing.Tetapi yang terjadi nasi di alat penghangat nasi menjadi tinggal  sedikit dan itu berarti tidak cukup untuk makan malam.

Cinta memang sulit diukur sebagaimana menunjukkan rasa cinta lewat ukuran pemberian MSG yang sulit dipastikan  seberapa banyak MSG yang harus ditaburkan dalam masakan. Karena hanya sentuhan cinta yang bisa membuat keluarga bahagia lewat taburan Ajinomoto dengan ukuran yang tepat. Tidak hanya membuat makanan menjadi lezat dan enak tetapi juga aman.

Tetapi mohon jangan cerita ke siapa-siapa. Malu saya mengakuinya karena saat menyiapkan tulisan ini, baru mengetahui kalau saus tiram Saori yang biasa kami pakai sekitar lima tahun lalu untuk membuat nasi goreng dengan bakso atau dengan sosis, ternyata salah satu dari produk Ajinomoto.

Peace, Ajinomoto.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun